Indika Rona Maharani, Martyas Adi Cahya, Fani Fauziah
{"title":"Biodiversitas Serangga Aerial di Perkebunan Teh PPTK Gambung","authors":"Indika Rona Maharani, Martyas Adi Cahya, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.191","url":null,"abstract":"Perkebunan teh di Indonesia tersebar luas, salah satunya terletak di Jawa Barat yaitu kebun teh milik Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (PPTK). Lahan yang luas kemudian dibagi menjadi beberapa blok yang memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut mendasari faktor pengaruh keragaman, salah satunya keragaman serangga aerial. Penelitian dilaksanakan di 9 blok berbeda pada bulan Oktober-Desember tahun 2022. Serangga aerial ditangkap menggunakan yellow pan trap yang sudah dimodifikasi dan sweep net. Faktor pengaruh biodiversitas antara lain lingkungan dan ekosistem. Tingkat keragaman dihitung menggunakan metode indeks Shannon Wiener untuk menentukan tingkat keragaman serangga aerial pada kebun teh PPTK Gambung yang diketahui memiliki keanekaragaman sedang.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"294 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139830166","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kekerabatan Genetik 50 Klon Kina (Cinchona ledgeriana) Berdasarkan Karakter Morfologi pada Fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)","authors":"Vina Dwiayu Wardhani, Rahadi Vitria Puspitasari, Syahrian Heri, Prayoga M. Khais","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.178","url":null,"abstract":"Kina (Cinchona) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki kandungan alkaloid, kinin sulfat, dan saponin yang baik untuk kesehatan manusia. Untuk merakit varietas unggul baru melalui persilangan buatan perlu diketahui data tingkat kekerabatan antar klon terlebih dahulu dalam memilih tetua. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kekerabatan 50 klon koleksi plasma nutfah kina berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilaksanakan di kebun kina Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai bulan Juli sampai Agustus 2022. Karakter morfologi tanaman kina yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebar daun, bentuk daun, bentuk pangkal daun, dan jumlah tulang daun. Tingkat kekerabatan 50 klon kina ditentukan dengan metode analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) dan analisis klaster (Cluster Analysis) dengan menggunakan aplikasi PAST3 sehingga menghasilkan dendrogram antar klon kina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 klon plasma nutfah kina yang diteliti memiliki keragaman pada karakter morfologi tinggi tanaman, jumlah daun, dan bentuk daun dengan nilai koefisien keragaman masing-masing 32,09%, 36,36%, dan 48,85%. Hasil dendrogram 50 klon tersebut terbagi menjadi 4 kelompok pada titik potong jarak di atas skala 25, sedangkan jarak ketidakmiripan mencapai skala 40. Kelompok I terdiri dari 14 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 2. Kelompok II terdiri dari 2 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 1. Kelompok III terdiri dari 26 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 3. Sedangkan kelompok IV terdiri dari 6 klon dengan morfologi bentuk daun tipe 4.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"46 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139880699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kekerabatan Genetik 50 Klon Kina (Cinchona ledgeriana) Berdasarkan Karakter Morfologi pada Fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)","authors":"Vina Dwiayu Wardhani, Rahadi Vitria Puspitasari, Syahrian Heri, Prayoga M. Khais","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.178","url":null,"abstract":"Kina (Cinchona) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki kandungan alkaloid, kinin sulfat, dan saponin yang baik untuk kesehatan manusia. Untuk merakit varietas unggul baru melalui persilangan buatan perlu diketahui data tingkat kekerabatan antar klon terlebih dahulu dalam memilih tetua. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kekerabatan 50 klon koleksi plasma nutfah kina berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilaksanakan di kebun kina Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai bulan Juli sampai Agustus 2022. Karakter morfologi tanaman kina yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebar daun, bentuk daun, bentuk pangkal daun, dan jumlah tulang daun. Tingkat kekerabatan 50 klon kina ditentukan dengan metode analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) dan analisis klaster (Cluster Analysis) dengan menggunakan aplikasi PAST3 sehingga menghasilkan dendrogram antar klon kina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 klon plasma nutfah kina yang diteliti memiliki keragaman pada karakter morfologi tinggi tanaman, jumlah daun, dan bentuk daun dengan nilai koefisien keragaman masing-masing 32,09%, 36,36%, dan 48,85%. Hasil dendrogram 50 klon tersebut terbagi menjadi 4 kelompok pada titik potong jarak di atas skala 25, sedangkan jarak ketidakmiripan mencapai skala 40. Kelompok I terdiri dari 14 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 2. Kelompok II terdiri dari 2 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 1. Kelompok III terdiri dari 26 klon dengan karakteristik morfologi bentuk daun tipe 3. Sedangkan kelompok IV terdiri dari 6 klon dengan morfologi bentuk daun tipe 4.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"90 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139821054","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indika Rona Maharani, Martyas Adi Cahya, Fani Fauziah
{"title":"Biodiversitas Serangga Aerial di Perkebunan Teh PPTK Gambung","authors":"Indika Rona Maharani, Martyas Adi Cahya, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.191","url":null,"abstract":"Perkebunan teh di Indonesia tersebar luas, salah satunya terletak di Jawa Barat yaitu kebun teh milik Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (PPTK). Lahan yang luas kemudian dibagi menjadi beberapa blok yang memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut mendasari faktor pengaruh keragaman, salah satunya keragaman serangga aerial. Penelitian dilaksanakan di 9 blok berbeda pada bulan Oktober-Desember tahun 2022. Serangga aerial ditangkap menggunakan yellow pan trap yang sudah dimodifikasi dan sweep net. Faktor pengaruh biodiversitas antara lain lingkungan dan ekosistem. Tingkat keragaman dihitung menggunakan metode indeks Shannon Wiener untuk menentukan tingkat keragaman serangga aerial pada kebun teh PPTK Gambung yang diketahui memiliki keanekaragaman sedang.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"35 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139889975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Martyas Adi Cahya, Indika Rona Maharani, Fani Fauziah
{"title":"Biodiversitas Serangga Tanah di Perkebunan Teh PPTK Gambung","authors":"Martyas Adi Cahya, Indika Rona Maharani, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.186","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.186","url":null,"abstract":"Perkebunan teh (Camellia sinensis L.) merupakan suatu agroekosistem kompleks yang dihuni oleh berbagai flora dan fauna. Serangga tanah menjadi salah satu fauna yang habitatnya di perkebunan teh, khususnya di atas permukaan atau di dalam tanah. Serangga tanah memiliki beragam fungsi dalam ekosistem. Keragaman atau biodiversitas menjadi indikator keseimbangan ekosistem dan menggambarkan proses berjalannya jaring-jaring makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biodiversitas serangga tanah di perkebunan teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung. Sampel penelitian diambil dari 8 blok berbeda dengan masing-masing 3 titik sampel menggunakan metode pitfall trap. Serangga tanah yang diperoleh selanjutnya dikoleksi dan diidentifikasi. Data dianalisis dengan menghitung persentase serangga berdasarkan ordo dan spesies. Indeks Shannon-Wiener digunakan untuk menganalisis diversitas serangga tanah. Jumlah serangga tanah yang diperoleh, yaitu 285 individu yang terdiri atas 6 ordo, 8 famili, dan 13 spesies. Hasil analisis menunjukkan bahwa Diacamma sp. menjadi spesies yang dominan dengan persentase 73% dan termasuk dalam Ordo Hymenoptera (Famili: Formicidae) yang memiliki persentase 88,1%. Biodiversitas serangga tanah di perkebunan teh PPTK Gambung tergolong sedang dengan nilai Indeks Shannon-Wiener sebesar 1,11.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"82 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139812039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Martyas Adi Cahya, Indika Rona Maharani, Fani Fauziah
{"title":"Biodiversitas Serangga Tanah di Perkebunan Teh PPTK Gambung","authors":"Martyas Adi Cahya, Indika Rona Maharani, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.186","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.186","url":null,"abstract":"Perkebunan teh (Camellia sinensis L.) merupakan suatu agroekosistem kompleks yang dihuni oleh berbagai flora dan fauna. Serangga tanah menjadi salah satu fauna yang habitatnya di perkebunan teh, khususnya di atas permukaan atau di dalam tanah. Serangga tanah memiliki beragam fungsi dalam ekosistem. Keragaman atau biodiversitas menjadi indikator keseimbangan ekosistem dan menggambarkan proses berjalannya jaring-jaring makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biodiversitas serangga tanah di perkebunan teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung. Sampel penelitian diambil dari 8 blok berbeda dengan masing-masing 3 titik sampel menggunakan metode pitfall trap. Serangga tanah yang diperoleh selanjutnya dikoleksi dan diidentifikasi. Data dianalisis dengan menghitung persentase serangga berdasarkan ordo dan spesies. Indeks Shannon-Wiener digunakan untuk menganalisis diversitas serangga tanah. Jumlah serangga tanah yang diperoleh, yaitu 285 individu yang terdiri atas 6 ordo, 8 famili, dan 13 spesies. Hasil analisis menunjukkan bahwa Diacamma sp. menjadi spesies yang dominan dengan persentase 73% dan termasuk dalam Ordo Hymenoptera (Famili: Formicidae) yang memiliki persentase 88,1%. Biodiversitas serangga tanah di perkebunan teh PPTK Gambung tergolong sedang dengan nilai Indeks Shannon-Wiener sebesar 1,11.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"13 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139871902","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Potensi Ekstrak Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) dan Pegagan (Centella asiatica) sebagai Biopestisida Terhadap Hama Empoasca flavescens pada Tanaman Teh","authors":"Ratu Salsabila Astrakusuma, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","url":null,"abstract":"Empoasca flavescens merupakan hama dominan pada budidaya tanaman teh di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan produksi teh hingga 50% dalam 45 hari. Di sisi lain, tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) dan pegagan (Centella asiatica) merupakan gulma yang sering ditemukan di area perkebunan teh. Kedua tumbuhan ini mengandung flavonoid, metabolit sekunder yang telah dilaporkan dapat menghambat metabolisme serangga dan hama. Maka dari itu, gulma bandotan dan pegagan berpotensi digunakan sebagai biopestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons olfaktometri dari hama E. flavescens terhadap ekstrak gulma bandotan dan pegagan. Kadar flavonoid juga diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan kompleks aluminium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama E. flavescens secara signifikan menghindari larutan 10% dan 50% (b/v) ekstrak gulma dalam pelarut etanol 70%. Konsentrasi (% b/v) dan jenis pelarut ekstrak berpengaruh signifikan pada kadar flavonoid, dengan kadar flavonoid tertinggi terdapat dalam larutan 50% (b/v) ekstrak gulma pegagan dalam etanol 70%. Kadar flavonoid yang semakin tinggi ini berkorelasi dengan respons olfaktometri dari hama, sehingga ekstrak gulma bandotan dan pegagan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai biopestisida komoditas teh. Penggunaan ekstrak gulma sebagai biopestisida akan sekaligus mengatasi masalah gulma dan hama pada tanaman teh, sehingga dapat menaikkan kualitas dan produksi komoditas teh Indonesia.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"42 01","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139816359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Preferensi Serangga di Perkebunan Teh PPTK Gambung terhadap Perangkap Warna","authors":"Hashima Mega Pertiwi, Fauziah Fani","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.185","url":null,"abstract":"Serangga dapat ditemukan di hampir seluruh daerah karena memiliki tingkat adaptasi yang baik. Khusus pada bidang pertanian, serangga dapat berdampak positif maupun negatif. Maka dari itu, dilakukan pemantauan serangga atau monitoring. Selain itu, karena mereka memiliki mata yang mampu menangkap gelombang warna berbeda, menyebabkan serangga memiliki preferensi masing-masing terhadap warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga di kebun teh PPTK Gambung dan mengetahui preferensi serangga terhadap perangkap warna. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 7 Ordo seranggga yang terdiri dari Ordo Hymenoptera (48%), Diptera (41%), Hemiptera (8%), Lepidoptera (2%), Coleoptera (1%), dan Odonata (<1%). Serta membuktikan bahwa perangkap berwarna merah menarik serangga lebih banyak daripada warna kuning, hijau, dan biru pada perkebunan PPTK Gambung.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139826810","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Potensi Ekstrak Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) dan Pegagan (Centella asiatica) sebagai Biopestisida Terhadap Hama Empoasca flavescens pada Tanaman Teh","authors":"Ratu Salsabila Astrakusuma, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","url":null,"abstract":"Empoasca flavescens merupakan hama dominan pada budidaya tanaman teh di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan produksi teh hingga 50% dalam 45 hari. Di sisi lain, tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) dan pegagan (Centella asiatica) merupakan gulma yang sering ditemukan di area perkebunan teh. Kedua tumbuhan ini mengandung flavonoid, metabolit sekunder yang telah dilaporkan dapat menghambat metabolisme serangga dan hama. Maka dari itu, gulma bandotan dan pegagan berpotensi digunakan sebagai biopestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons olfaktometri dari hama E. flavescens terhadap ekstrak gulma bandotan dan pegagan. Kadar flavonoid juga diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan kompleks aluminium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama E. flavescens secara signifikan menghindari larutan 10% dan 50% (b/v) ekstrak gulma dalam pelarut etanol 70%. Konsentrasi (% b/v) dan jenis pelarut ekstrak berpengaruh signifikan pada kadar flavonoid, dengan kadar flavonoid tertinggi terdapat dalam larutan 50% (b/v) ekstrak gulma pegagan dalam etanol 70%. Kadar flavonoid yang semakin tinggi ini berkorelasi dengan respons olfaktometri dari hama, sehingga ekstrak gulma bandotan dan pegagan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai biopestisida komoditas teh. Penggunaan ekstrak gulma sebagai biopestisida akan sekaligus mengatasi masalah gulma dan hama pada tanaman teh, sehingga dapat menaikkan kualitas dan produksi komoditas teh Indonesia.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139876428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Preferensi Serangga di Perkebunan Teh PPTK Gambung terhadap Perangkap Warna","authors":"Hashima Mega Pertiwi, Fauziah Fani","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.185","url":null,"abstract":"Serangga dapat ditemukan di hampir seluruh daerah karena memiliki tingkat adaptasi yang baik. Khusus pada bidang pertanian, serangga dapat berdampak positif maupun negatif. Maka dari itu, dilakukan pemantauan serangga atau monitoring. Selain itu, karena mereka memiliki mata yang mampu menangkap gelombang warna berbeda, menyebabkan serangga memiliki preferensi masing-masing terhadap warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga di kebun teh PPTK Gambung dan mengetahui preferensi serangga terhadap perangkap warna. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 7 Ordo seranggga yang terdiri dari Ordo Hymenoptera (48%), Diptera (41%), Hemiptera (8%), Lepidoptera (2%), Coleoptera (1%), dan Odonata (<1%). Serta membuktikan bahwa perangkap berwarna merah menarik serangga lebih banyak daripada warna kuning, hijau, dan biru pada perkebunan PPTK Gambung.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139886577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}