{"title":"万寿菊和积雪草提取物作为生物农药防治茶叶害虫的潜力","authors":"Ratu Salsabila Astrakusuma, Fani Fauziah","doi":"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Empoasca flavescens merupakan hama dominan pada budidaya tanaman teh di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan produksi teh hingga 50% dalam 45 hari. Di sisi lain, tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) dan pegagan (Centella asiatica) merupakan gulma yang sering ditemukan di area perkebunan teh. Kedua tumbuhan ini mengandung flavonoid, metabolit sekunder yang telah dilaporkan dapat menghambat metabolisme serangga dan hama. Maka dari itu, gulma bandotan dan pegagan berpotensi digunakan sebagai biopestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons olfaktometri dari hama E. flavescens terhadap ekstrak gulma bandotan dan pegagan. Kadar flavonoid juga diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan kompleks aluminium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama E. flavescens secara signifikan menghindari larutan 10% dan 50% (b/v) ekstrak gulma dalam pelarut etanol 70%. Konsentrasi (% b/v) dan jenis pelarut ekstrak berpengaruh signifikan pada kadar flavonoid, dengan kadar flavonoid tertinggi terdapat dalam larutan 50% (b/v) ekstrak gulma pegagan dalam etanol 70%. Kadar flavonoid yang semakin tinggi ini berkorelasi dengan respons olfaktometri dari hama, sehingga ekstrak gulma bandotan dan pegagan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai biopestisida komoditas teh. Penggunaan ekstrak gulma sebagai biopestisida akan sekaligus mengatasi masalah gulma dan hama pada tanaman teh, sehingga dapat menaikkan kualitas dan produksi komoditas teh Indonesia.","PeriodicalId":487121,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teh dan Kina","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Potensi Ekstrak Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) dan Pegagan (Centella asiatica) sebagai Biopestisida Terhadap Hama Empoasca flavescens pada Tanaman Teh\",\"authors\":\"Ratu Salsabila Astrakusuma, Fani Fauziah\",\"doi\":\"10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Empoasca flavescens merupakan hama dominan pada budidaya tanaman teh di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan produksi teh hingga 50% dalam 45 hari. Di sisi lain, tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) dan pegagan (Centella asiatica) merupakan gulma yang sering ditemukan di area perkebunan teh. Kedua tumbuhan ini mengandung flavonoid, metabolit sekunder yang telah dilaporkan dapat menghambat metabolisme serangga dan hama. Maka dari itu, gulma bandotan dan pegagan berpotensi digunakan sebagai biopestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons olfaktometri dari hama E. flavescens terhadap ekstrak gulma bandotan dan pegagan. Kadar flavonoid juga diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan kompleks aluminium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama E. flavescens secara signifikan menghindari larutan 10% dan 50% (b/v) ekstrak gulma dalam pelarut etanol 70%. Konsentrasi (% b/v) dan jenis pelarut ekstrak berpengaruh signifikan pada kadar flavonoid, dengan kadar flavonoid tertinggi terdapat dalam larutan 50% (b/v) ekstrak gulma pegagan dalam etanol 70%. Kadar flavonoid yang semakin tinggi ini berkorelasi dengan respons olfaktometri dari hama, sehingga ekstrak gulma bandotan dan pegagan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai biopestisida komoditas teh. Penggunaan ekstrak gulma sebagai biopestisida akan sekaligus mengatasi masalah gulma dan hama pada tanaman teh, sehingga dapat menaikkan kualitas dan produksi komoditas teh Indonesia.\",\"PeriodicalId\":487121,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Sains Teh dan Kina\",\"volume\":\"7 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-02-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Sains Teh dan Kina\",\"FirstCategoryId\":\"0\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sains Teh dan Kina","FirstCategoryId":"0","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22302/pptk.jur.jstk.v3i1.182","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
Empoasca flavescens 是印度尼西亚茶叶种植中的主要害虫。这种害虫能在 45 天内使茶叶减产 50%。另一方面,杂草 Bandotan(Ageratum conyzoides)和积雪草 Centella asiatica 也是茶园中常见的杂草。据报道,这两种植物都含有黄酮类物质,这种次生代谢物可抑制昆虫和害虫的新陈代谢。因此,万年青和积雪草有可能被用作生物农药。本研究旨在确定害虫 E. flavescens 对 bandotan 和 gotu kola 杂草提取物的嗅觉反应。此外,还采用基于铝络合物形成的紫外可见分光光度法测量了类黄酮的含量。结果表明,E. flavescens害虫对70%乙醇溶剂中10%和50%(w/v)的杂草提取物溶液有明显的趋避作用。提取物溶剂的浓度(% w/v)和类型对黄酮类化合物的含量有显著影响,在 70% 乙醇中的 50%(w/v)gotu kola 杂草提取物溶液中发现的黄酮类化合物含量最高。这些较高的类黄酮含量与害虫的嗅觉反应相关,因此 bandotan 和 gotu kola 杂草提取物有潜力进一步开发为茶叶商品的生物农药。使用杂草提取物作为生物农药将同时解决茶树中的杂草和害虫问题,从而提高印尼茶叶的质量和产量。
Potensi Ekstrak Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) dan Pegagan (Centella asiatica) sebagai Biopestisida Terhadap Hama Empoasca flavescens pada Tanaman Teh
Empoasca flavescens merupakan hama dominan pada budidaya tanaman teh di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan produksi teh hingga 50% dalam 45 hari. Di sisi lain, tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) dan pegagan (Centella asiatica) merupakan gulma yang sering ditemukan di area perkebunan teh. Kedua tumbuhan ini mengandung flavonoid, metabolit sekunder yang telah dilaporkan dapat menghambat metabolisme serangga dan hama. Maka dari itu, gulma bandotan dan pegagan berpotensi digunakan sebagai biopestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons olfaktometri dari hama E. flavescens terhadap ekstrak gulma bandotan dan pegagan. Kadar flavonoid juga diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan kompleks aluminium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama E. flavescens secara signifikan menghindari larutan 10% dan 50% (b/v) ekstrak gulma dalam pelarut etanol 70%. Konsentrasi (% b/v) dan jenis pelarut ekstrak berpengaruh signifikan pada kadar flavonoid, dengan kadar flavonoid tertinggi terdapat dalam larutan 50% (b/v) ekstrak gulma pegagan dalam etanol 70%. Kadar flavonoid yang semakin tinggi ini berkorelasi dengan respons olfaktometri dari hama, sehingga ekstrak gulma bandotan dan pegagan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai biopestisida komoditas teh. Penggunaan ekstrak gulma sebagai biopestisida akan sekaligus mengatasi masalah gulma dan hama pada tanaman teh, sehingga dapat menaikkan kualitas dan produksi komoditas teh Indonesia.