{"title":"Studi Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alami di Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau","authors":"Sapa Riani, Syamswisna Syamswisna, Asriah Nurdini Mardiyyaningsih","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4455","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4455","url":null,"abstract":"Penggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar. \u0000Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut MuaraPenggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar.Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut Muara","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"51 45","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139845080","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Studi Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alami di Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau","authors":"Sapa Riani, Syamswisna Syamswisna, Asriah Nurdini Mardiyyaningsih","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4455","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4455","url":null,"abstract":"Penggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar. \u0000Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut MuaraPenggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar.Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut Muara","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"123 48","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139784944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perilaku Binturong (Arctictis binturong) di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi, Provinsi Bangka Belitung","authors":"Anggraeni Anggraeni, Fauziyah Shabirah, Zenab Fauziyah Fauziyah, Febbi Julia Nandi, Ratri Pramudita, Munica Ade Citra","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4157","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4157","url":null,"abstract":"Binturong (Arctictis binturong) merupakan hewan famili Viverridae dan salah satu spesies yang hampir punah. Penelitian dilakukan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi dari tanggal 27-30 April 2023. Pusat penyelamatan satwa (PPS) Alobi merupakan lembaga konservasi khusus yang terletak di Provinsi Bangka Belitung. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi perilaku hewan Binturong (Arctictis binturong) pada kawasan PPS Alobi. Penelitian menggunakan metode observasi langsung, behaviour sampling, wawancara, dan analisis data. Objek hewan yang diamati adalah tiga binturong yaitu binturong jantan (Wembi dan Bembi) dan binturong betina (Maya). Hasil yang diperoleh selama penelitian yaitu aktivitas lokomosi tertinggi pada Maya dengan frekuensi 233, dan lokomosi terendah pada Bembi dengan frekuensi 74,5. Lalu, grooming tertinggi pada Maya dengan frekuensi 34 dan terendah Bembi 26 diikuti dengan aktivitas makan dan minum tertinggi pada Maya dengan frekuensi 18 dan terendah pada Bembi 2. Aktivitas sosial tertinggi pada Bembi 13,5 dan terendah pada Wembi yaitu 0. Aktivitas istirahat frekuensi tertinggi yaitu 77 pada Maya dan terendah pada Bembi 9. Nilai frekuensi tertinggi berurut yaitu 0,5 urinasi pada Maya, dan defekasi tertinggi 1 pada Bembi. Frekuensi tertinggi untuk perilaku menggaruk kayu yaitu Wembi yaitu 41, dan terendah Bembi 4,5. Perilaku vokalisasi frekuensi tertinggi pada Maya 4,5 dan terendah pada Bembi 0.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"173 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139842312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perilaku Binturong (Arctictis binturong) di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi, Provinsi Bangka Belitung","authors":"Anggraeni Anggraeni, Fauziyah Shabirah, Zenab Fauziyah Fauziyah, Febbi Julia Nandi, Ratri Pramudita, Munica Ade Citra","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4157","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4157","url":null,"abstract":"Binturong (Arctictis binturong) merupakan hewan famili Viverridae dan salah satu spesies yang hampir punah. Penelitian dilakukan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi dari tanggal 27-30 April 2023. Pusat penyelamatan satwa (PPS) Alobi merupakan lembaga konservasi khusus yang terletak di Provinsi Bangka Belitung. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi perilaku hewan Binturong (Arctictis binturong) pada kawasan PPS Alobi. Penelitian menggunakan metode observasi langsung, behaviour sampling, wawancara, dan analisis data. Objek hewan yang diamati adalah tiga binturong yaitu binturong jantan (Wembi dan Bembi) dan binturong betina (Maya). Hasil yang diperoleh selama penelitian yaitu aktivitas lokomosi tertinggi pada Maya dengan frekuensi 233, dan lokomosi terendah pada Bembi dengan frekuensi 74,5. Lalu, grooming tertinggi pada Maya dengan frekuensi 34 dan terendah Bembi 26 diikuti dengan aktivitas makan dan minum tertinggi pada Maya dengan frekuensi 18 dan terendah pada Bembi 2. Aktivitas sosial tertinggi pada Bembi 13,5 dan terendah pada Wembi yaitu 0. Aktivitas istirahat frekuensi tertinggi yaitu 77 pada Maya dan terendah pada Bembi 9. Nilai frekuensi tertinggi berurut yaitu 0,5 urinasi pada Maya, dan defekasi tertinggi 1 pada Bembi. Frekuensi tertinggi untuk perilaku menggaruk kayu yaitu Wembi yaitu 41, dan terendah Bembi 4,5. Perilaku vokalisasi frekuensi tertinggi pada Maya 4,5 dan terendah pada Bembi 0.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"46 24","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139782595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Meta-analisis Kolerasi antara Jumlah Trombosit dengan Karakteristik Pasien dalam Patogenesis Malaria","authors":"Windi Junianda, Wirdhatul Jannah, Windy Permata Sari, Ria Anggriyani","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4776","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4776","url":null,"abstract":"Malaria merupakan penyakit akibat gigitan nyamuk jenis Anopheles betina yang mengandung Plasmodium. Plasmodium merupakan makhluk hidup bersel satu dan termasuk dalam kelompok protozoa yang apabila masuk dalam tubuh nantinya akan hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Malaria hampir mempengaruhi semua komponen darah, yaitu salah satunya trombosit yang dapat menyebabkan trombositopenia. Plasmodium sp. diketahui juga memiliki pengaruh terhadap trombosit. Tujuan penelitian ini Kolerasi antara Jumlah Trombosit dengan Karakteristik Pasien dalam Patogenesis Malaria Metode : Ulasan literatur yang melakukan pemeriksaan trombosit pada penderita malaria akibat infeksi Plasmodium sp. Penelusuran literatur dengan menggunakan database pada Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Dengan menggunakan 21 sumber literature, dan 4 dari 21 itu dijadikan sebagai sumber data. Hasil: Penelusuran dari pencarian referensi atau literatur didapatkan bahwa yang paling menderita malaria berada pada rentang usia 12 25 tahun dan 26 45 tahun dan pada jenis kelamin lebih banyak laki-laki yang menderita malaria dibandingkan dengan perempuan dan diketahui bahwa terdapat korelasi antara jumlah trombosit dengan penderita malaria. ","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"180 40","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139843271","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Meta-analisis Kolerasi antara Jumlah Trombosit dengan Karakteristik Pasien dalam Patogenesis Malaria","authors":"Windi Junianda, Wirdhatul Jannah, Windy Permata Sari, Ria Anggriyani","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4776","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4776","url":null,"abstract":"Malaria merupakan penyakit akibat gigitan nyamuk jenis Anopheles betina yang mengandung Plasmodium. Plasmodium merupakan makhluk hidup bersel satu dan termasuk dalam kelompok protozoa yang apabila masuk dalam tubuh nantinya akan hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Malaria hampir mempengaruhi semua komponen darah, yaitu salah satunya trombosit yang dapat menyebabkan trombositopenia. Plasmodium sp. diketahui juga memiliki pengaruh terhadap trombosit. Tujuan penelitian ini Kolerasi antara Jumlah Trombosit dengan Karakteristik Pasien dalam Patogenesis Malaria Metode : Ulasan literatur yang melakukan pemeriksaan trombosit pada penderita malaria akibat infeksi Plasmodium sp. Penelusuran literatur dengan menggunakan database pada Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Dengan menggunakan 21 sumber literature, dan 4 dari 21 itu dijadikan sebagai sumber data. Hasil: Penelusuran dari pencarian referensi atau literatur didapatkan bahwa yang paling menderita malaria berada pada rentang usia 12 25 tahun dan 26 45 tahun dan pada jenis kelamin lebih banyak laki-laki yang menderita malaria dibandingkan dengan perempuan dan diketahui bahwa terdapat korelasi antara jumlah trombosit dengan penderita malaria. ","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"13 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139783122","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Effect of Mol of Rice Water Waste and Kepok Banana Peel to The Growth of Brassica rapa chinensis","authors":"Meta Yuliana, Belia Murni Dewi, Novin Teristiandi","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4644","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4644","url":null,"abstract":"MOL merupakan larutan fermentasi oleh mikroba dan bersumber dari bahan organik seperti kulit pisang. MOL berguna dalam mendorong penguraian bahan organik dan dapat digunakan sebagai pupuk organik cair karena mengandung NPK. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh fermentasi campuran air cucian beras putih dan kulit pisang kepok terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis) dan untuk mengetahui konsentrasi terbaik MOL dari kulit pisang kepok yang diberikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah P0 (kontrol), P1 (10%), P2 (20%), P3 (30%), dan P4 (40%). Data dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) yang dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOL kulit pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy pada beberapa parameter yaitu berat basah, berat kering dan panjang akar tanaman namun tidak terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman pakcoy. Perlakuan P2 (20%) menunjukkan hasil terbaik.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"119 30","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139785064","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Effect of Mol of Rice Water Waste and Kepok Banana Peel to The Growth of Brassica rapa chinensis","authors":"Meta Yuliana, Belia Murni Dewi, Novin Teristiandi","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4644","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4644","url":null,"abstract":"MOL merupakan larutan fermentasi oleh mikroba dan bersumber dari bahan organik seperti kulit pisang. MOL berguna dalam mendorong penguraian bahan organik dan dapat digunakan sebagai pupuk organik cair karena mengandung NPK. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh fermentasi campuran air cucian beras putih dan kulit pisang kepok terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis) dan untuk mengetahui konsentrasi terbaik MOL dari kulit pisang kepok yang diberikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah P0 (kontrol), P1 (10%), P2 (20%), P3 (30%), dan P4 (40%). Data dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) yang dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOL kulit pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy pada beberapa parameter yaitu berat basah, berat kering dan panjang akar tanaman namun tidak terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman pakcoy. Perlakuan P2 (20%) menunjukkan hasil terbaik.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"49 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139845039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Keragaman dan Kekerabatan Macaranga Pulau Bangka","authors":"Eddy Nurtjahya, Melia Panca Rani, Marlina Ardiyani","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4876","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4876","url":null,"abstract":"Macaranga Thou. (Euphorbiaceae) adalah marga terbesar yang dikenal sebagai perintis pada lahan terganggu akibat pembukaan lahan karena pertambangan, pertanian, dan pemukiman. Tujuan penelitian ini mencatat keragaman dan menganalisis kekerabatan Macaranga di Pulau Bangka serta membandingkannya dengan di kawasan Sundaland. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2018 di empat tipe habitat, yakni: perbukitan, hutan dataran rendah, hutan rawa gambut, dan lahan bukaan, dengan masing-masing di lima desa berbeda. Spesimen diidentifikasi dengan koleksi Herbarium Bangka Belitungense dan Herbarium Bogoriense. Sampel daun untuk uji molekuler menggunakan metode teabag, analisis DNA dengan primer kombinasi ITS4 dan ITS5, dan dianalisis dengan Maximum Likelihood. Lima spesies yang didokumentasikan adalah M. bancana, M. gigantea, M. javanica, M. pruinosa, dan M. trichocarpa. Semua jenis paling banyak tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan perbukitan, M. pruinosa hanya ditemukan di hutan rawa gambut. M. bancana dan M. pruinosa memiliki kekerabatan dekat dengan Macaranga di kawasan Semenanjung Malaya, M. trichocarpa dekat dengan jenis di Borneo, sedangkan M. javanica tidak diketahui kedekatannya baik dengan Semenanjung Malaya atau Borneo karena tidak adanya sekuens pembanding. M. gigantea tidak menunjukkan perbedaan genetik yang kuat dengan Semenanjung Malaya atau Borneo.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"2 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139783526","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Keragaman dan Kekerabatan Macaranga Pulau Bangka","authors":"Eddy Nurtjahya, Melia Panca Rani, Marlina Ardiyani","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4876","DOIUrl":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4876","url":null,"abstract":"Macaranga Thou. (Euphorbiaceae) adalah marga terbesar yang dikenal sebagai perintis pada lahan terganggu akibat pembukaan lahan karena pertambangan, pertanian, dan pemukiman. Tujuan penelitian ini mencatat keragaman dan menganalisis kekerabatan Macaranga di Pulau Bangka serta membandingkannya dengan di kawasan Sundaland. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2018 di empat tipe habitat, yakni: perbukitan, hutan dataran rendah, hutan rawa gambut, dan lahan bukaan, dengan masing-masing di lima desa berbeda. Spesimen diidentifikasi dengan koleksi Herbarium Bangka Belitungense dan Herbarium Bogoriense. Sampel daun untuk uji molekuler menggunakan metode teabag, analisis DNA dengan primer kombinasi ITS4 dan ITS5, dan dianalisis dengan Maximum Likelihood. Lima spesies yang didokumentasikan adalah M. bancana, M. gigantea, M. javanica, M. pruinosa, dan M. trichocarpa. Semua jenis paling banyak tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan perbukitan, M. pruinosa hanya ditemukan di hutan rawa gambut. M. bancana dan M. pruinosa memiliki kekerabatan dekat dengan Macaranga di kawasan Semenanjung Malaya, M. trichocarpa dekat dengan jenis di Borneo, sedangkan M. javanica tidak diketahui kedekatannya baik dengan Semenanjung Malaya atau Borneo karena tidak adanya sekuens pembanding. M. gigantea tidak menunjukkan perbedaan genetik yang kuat dengan Semenanjung Malaya atau Borneo.","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"71 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139843514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}