{"title":"Studi Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alami di Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau","authors":"Sapa Riani, Syamswisna Syamswisna, Asriah Nurdini Mardiyyaningsih","doi":"10.33019/ekotonia.v8i2.4455","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar. \nKata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut MuaraPenggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar.Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut Muara","PeriodicalId":474995,"journal":{"name":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","volume":"123 48","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi","FirstCategoryId":"0","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4455","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar.
Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut MuaraPenggunaan pewarna sintetis dapat memicu masalah kesehatan dan lingkungan. Pewarna alami menjadi salah satu inovasi untuk mengganti pemanfaatan pewarna sintetis karena bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan. Masyarakat Desa Raut Muara Kabupaten Sanggau memanfaatkan beberapa tumbuhan sebagai pewarna alami seperti tipu (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) sebagai pewarna minuman, bajakah merah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) sebagai kosmetik, dan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) sebagai pewarna kain. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang jenis, bagian-bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan yang dilakukan masyarakat Desa Raut Muara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi yang merupakan gabungan dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan 53 informan. Hasil penelitian diperoleh 26 jenis tumbuhan dari 22 famili yang dimanfaatkan bagian daun, buah, biji, dan akar.Kata Kunci: Etnobotani, Pewarna alami, Desa Raut Muara