A. Prasetiyo, Lungguk Hutagaol, Gayatri Indah Pramesti
{"title":"POTENSI MINYAK ALMOND SEBAGAI BAHAN BAKU LIP BALAM STICK","authors":"A. Prasetiyo, Lungguk Hutagaol, Gayatri Indah Pramesti","doi":"10.47219/ath.v8i2.215","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.215","url":null,"abstract":"Minyak almond merupakan turunan almond dengan komponen utama asam oleat dan linoleat yang dapat menutrisi dan memperbaiki sel kulit sehingga mampu melemabkan kulit. Tujuan penelitian ini memformulasi sediaan stik balsam bibir dari minyak almond dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dan diuji stabiltas fisika dan kimia selama satu bulan. Metode pembuatan dilakukan dengan cara peleburan dan pencampuran bahan lilin atau malam dan minyak yang ditambah dengan bahan lain. Kemudian dievaluasi stabilitas selama 4 minggu meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu pemeriksaan kondisi fisik, uji titik lebur dengan metode melting point, uji kekerasan, uji kekuatan dan uji keseragaman bobot. Selain itu, dilakukan uji kemampuan sediaan melembabkan bibir terhadap variasi sediaan yang dibuat dengan menggunakan alat penganalisa kulit. Hasil dari uji mutu fisik menunjukkan bahwa keempat balsam bibir yang diformulasikan homogen, tidak mengeluarkan keringat maupun kristal, warna putih kekuningan, dan bau yang harum, keempat formula memenuhi syarat pada uji keseragaman bobot, uji titik lebur sesuai dengan SNI 16-4769-1998 (64,20-65,6oC), uji kekuatan dan kekerasan memenuhi syarat sediaan menurut balsam bibir pembanding. Hasil dari uji kemampuan sediaan melembabkan bibir didapatkan bahwa sediaan balsam bibir F3 sebesar 5,6%. Sediaan stik balsam bibir dengan peningkatan kelembaban tertinggi dan memenuhi seluruh persyaratan uji yaitu Formula 3","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138615045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cyntia Wulandari, Lusi Agus Setiani, Oktaviana Zunnita, Muhammad Ikramin
{"title":"COST EFFECTIVENESS ANALYSIS KOMBINASI OBAT ANHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE 2020","authors":"Cyntia Wulandari, Lusi Agus Setiani, Oktaviana Zunnita, Muhammad Ikramin","doi":"10.47219/ath.v8i2.293","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.293","url":null,"abstract":"Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan darah meningkat di atas kisaran normal. Penggunaan obat antihipertensi yang tepat sangat penting agar pengobatan menjadi lebih efektif karena hipertensi tergolong penyakit kronis seiring dengan meningkatnya biaya pelayanan medis. Maka diperlukan kajian farmakoekonomi analisis efektivitas biaya untuk mengetahui dan menentukan terapi kombinasi antihipertensi yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah dengan biaya minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai paling cost-effective dari terapi kombinasi dua obat antihipertensi di Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jakarta. Metodologi yang digunakan adalah non eksperimen dengan pendekatan deskriptif dan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien tahun 2020 dan data harga obat pasien .core. Berdasarkan hasil studi, nilai ACER terkecil atau paling menguntungkan diperoleh dari kombinasi kelompok CCB dan IEC, yaitu sebesar Rp233,42. Untuk nilai ICER minimum, kombinasi CCB dan gugus adrenolitik sentral adalah Rp -8.628","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 30","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138611322","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI MUTU FISIK TEH HERBAL BUNGA KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea L.)","authors":"Nur Atika Aqila, Nur Ida, Tahirah Tahirah","doi":"10.47219/ath.v8i2.252","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.252","url":null,"abstract":"Tubuh membutuhkan antioksidan untuk mencegah stress oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Salah satu sumber antioksidan adalah bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.). Pembuatan teh herbal bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.) perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan tanaman. Tujuan penelitian untuk menentukan nilai IC50 dan mutu fisik teh herbal bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.). Metode penelitian meliputi pembuatan teh herbal dari simplisia bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.). Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian mutu fisik yaitu uji kadar air, kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam dan alkalinitas abu. Hasil uji aktivitas antioksidan teh herbal bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.) diperoleh nilai IC50 sebesar 259,84 ± 0,50 ppm dengan pembanding asam askorbat sebesar IC50 2,657 ± 0,007 ppm dan hasil uji mutu fisik yaitu kadar air 5,4%, kadar abu total 6,3%, kadar abu larut air 4,2%, kadar abu tidak larut asam 0,42% dan alkalinitas abu 2,1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa teh herbal bunga kembang telang (Clitoria ternatea L.) memiliki aktivitas antioksidan dan memenuhi 4 syarat mutu fisik teh yaitu kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan alkalinitas abu","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":"38 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138622934","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lusi Ariani, Kartiningsih Kartiningsih, Shinta Yon Purwaningrum
{"title":"PENGGUNAAN ETIL SELULOSA DAN METIL SELULOSA DALAM PREPARASI MIKROKAPSUL METFORMIN HIDROKLORIDA","authors":"Lusi Ariani, Kartiningsih Kartiningsih, Shinta Yon Purwaningrum","doi":"10.47219/ath.v8i2.267","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.267","url":null,"abstract":"Metformin hidroklorida memiliki waktu paruh pendek sehingga ketersediannya dalam tubuh akan cepat hilang dan diperlukan pemberiaan secara berulang. Salah satu cara yaitu metformin hidroklorida diformulasikan menjadi bentuk mikroenkapsulasi dengan teknik penguapan pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metformin hidroklorida yang pelepasan obatnya dapat dikendalikan secara mikroenkapsulasi. Tahapan metode yang dilakukan yaitu bahan aktif yang digunakan didispersikan dalam cairan penyalut lalu diemulsifikasikan dalam fase pembawa yang mengandung emulgator untuk pembentukan emulsi. Selanjutnya dilakukan penguapan pelarut penyalut dengan pengadukan sehingga terbentuk mikrokapsul. Mikrokapsul yang dihasilkan selanjutnya dilakukan uji evaluasi meliputi organoleptik, morfologi, ukuran partikel, penetapan kadar, efisiensi penjerapan dan uji disolusi. Hasil penelitian yang diperoleh untuk formula 1 dan formula 2 untuk ukuran partikel berturut-turut yaitu 5,632 dan 14,78 μm. Efisiensi penjerapan berturut-turut yaitu 83,17 dan 81,12%. Persen terdisolusi pada menit ke-480 berturut-turut yaitu 53,24% dan 47,54%. Dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik dengan anova satu arah diperoleh nilai sig 0,421 yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai persentase terdisolusi antara kelompok etil selulosa dan metil selulosa","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138615120","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Sulistyowati, Embriana Dinar Pramestyani, Salma Hilmy Rusydi Hashim
{"title":"EFEKTIVITAS BIAYA OBAT ANTIDIABETIK ORAL PASIEN DMT 2 DI RS X KOTA BOGOR PERIODE JULI-DESEMBER 2022","authors":"R. Sulistyowati, Embriana Dinar Pramestyani, Salma Hilmy Rusydi Hashim","doi":"10.47219/ath.v8i2.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.257","url":null,"abstract":"Tingginya jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 menimbulkan beban biaya yang sangat besar. Berdasarkan data laporan tahunan Rumah Sakit X, diabetes melitus tipe 2 termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas biaya dan terapi pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit X pada periode Juli-Desember 2022. Metode analisis data dengan menghitung nilai ACER dan ICER berdasarkan kelompok terapi obat antidiabetes oral yaitu kelompok A terapi tunggal, kelompok B terapi kombinasi 2 obat, kelompok C terapi kombinasi 3 obat. Nilai ACER atau nilai biaya terendah pada kelompok A sebesar Rp 15.115 untuk terapi obat glimepirid, kelompok B sebesar Rp 28.561 untuk terapi obat kombinasi metformin dan glimepirid, kelompok C sebesar Rp 9.233 untuk terapi obat kombinasi metformin dan glimepirid dan piglitazon. Nilai ICER atau biaya yang dibutuhkan untuk mengganti terapi obat yang lebih baik pada kelompok A sebesar Rp 4.173 untuk terapi obat gliquidon, kelompok B sebesar Rp 27.488 untuk terapi obat kombinasi metformin dan pioglitazon, kelompok C sebesar Rp 16.662 untuk terapi obat kombinasi metformin dan gliquidon dan pioglitazon. Nilai ACER terendah didapatkan pada kelompok C sebesar Rp 9.233 dengan terapi kombinasi obat metformin dan glimepird dan piglitazon, nilai ICER terendah pada kelompok A dengan terapi obat gliquidon","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138621117","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KANDUNGAN FITOKIMIA DAN METODE UJI EKSTRAK GENDARUSSA (Justicia gendarussa Burm. F) SEBAGAI ANTI-HIV : ARTIKEL REVIEW","authors":"W. Nurcholis, Hanifah Aryani, Firmanul Hasan","doi":"10.47219/ath.v8i2.222","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.222","url":null,"abstract":"Pencarian pengobatan alternatif terbarukan untuk HIV/AIDS terus berkembang. Salah satu pendekatan untuk pengembangan obat anti-HIV dilakukan melalui penelitian menggunakan obat herbal tradisional. Justicia gendarussa Burm. F terkenal memiliki banyak manfaat di bidang medis, seperti antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, analgesik, antikanker, antidiabetes, dan antiviral. Sebagai antiviral, ekstrak J. gendarussa teruji aktivitasnya secara in silico dan in vitro sebagai anti-HIV. Review ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait potensi ekstrak J. gendarussa sebagai pengobatan alternatif HIV/AIDS terbarukan serta metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitasnya sebagai anti-HIV. Senyawa-senyawa pada J. gendarussa yang teruji aktivitasnya sebagai anti-HIV adalah justiprocumin A dan B, patentiflorin A, dan gendarusin A. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas anti-HIV lebih baik dibandingkan obat HIV zidovudine (AZT) dan nevirapine serta dapat menghambat isolat HIV yang resisten terhadap obat NRTI (nucleoside reverse transcriptase inhibitor) dan NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" November","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138610906","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"DELIGNIFIKASI LIGNOSELULOSA DAUN NANAS SEBAGAI SUMBER ALFA SELULOSA","authors":"Triyani Sumiati, Sitaresmi Yuningtyas, Lely Elfrida BR Haloho","doi":"10.47219/ath.v8i2.301","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.301","url":null,"abstract":"Daun nanas merupakan bahan berlignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sember alfa selulosa karena mempunyai kandungan alfa selulosa yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi alfa selulosa menggunakan metode delignifikasi secara kimia menggunakan pelarut natrium hidroksida. Optimasi proses delignifikasi menggunakan variasi konsentrasi natrium NaOH dengan konsentrasi 8% memberikan hasil kadar alfa selulosa yang paling optimal sebesar 66% dan terjadi pengurangan kadar lignin menjadi 1%. Alfa selulosa serbuk daun nanas yang dikarakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan spektrum yang mirip dengan selulosa komersial","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138610295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Binar Nursanti, Tri Desminingrum, Listianawati Listianawati
{"title":"GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PASIEN HIV/AIDS DI POLIKLINIK EDELWEISS RSUD CIAWI KABUPATEN BOGOR","authors":"Binar Nursanti, Tri Desminingrum, Listianawati Listianawati","doi":"10.47219/ath.v8i2.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.253","url":null,"abstract":"HIV yaitu virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan turunnya sistem imun tubuh manusia, AIDS kumpulan tanda gejala yang muncul karena rusaknya system kekebalan tubuh akibat virus HIV. Pengobatan ARV bertujuan mengurangi laju penularan, menurunkan angka kesakitan dan kematian, memperbaiki kualitas hidup ODHIV. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dilakukan secara prospektif menggunakan data dari rekam medis pasien. Hasil penelitian ini Pasien HIV/AIDS terbanyak kelompok usia dewasa awal (26-35) (40,3%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak (71,4%), berlatar belakang pendidikan SMA (68,8%), pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta (63,3%), dan berstatus belum menikah (55,8%), sumber penularannya melalui hubungan seksual dan pasangan seksual dominasi yaitu homoseksual (LSL) sebanyak (43,5%), rata-rata pasien tidak memiliki infeksi oportunistik atau penyakit penyerta sebanyak (55,8%), serta pasien berada pada tahap stadium klinis III (58,4%) Pasien HIV/AIDS yang mendapat terapi ARV di Poliklinik Edelweiss RSUD Ciawi terbagi menjadi 6. Regimen yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi FDC (fixed Dose Combinasion) TDF+3TC+DTG (42,9%), kombinasi FDC TDF+3TC+EFV (41,6%), kombinasi AZT+3TC+NVP sebanyak (6,5%), kombinasi ABC+3TC+DTG (3,9%), pada kombinasi TDF+3TC+NVP dan kombinasi TDF+3TC+ALL (lini 2) dengan hasil masing-masing sebanyak (2,6%)","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":" 100","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138620268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENAMBATAN DAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER SENYAWA BIOAKTIF TANAMAN BAWANG DAYAK (Eleutherine Sp.) SEBAGAI INHIBITOR KAPSID VIRUS HEPATITIS B","authors":"Bina Lohita Sari, Usep Suhendar, Ridho Hamdani","doi":"10.47219/ath.v8i2.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.201","url":null,"abstract":"Hepatitis B merupakan penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Kapsid pada virus hepatitis B adalah lapisan yang berfungsi untuk melindungi RNA dan DNA virus dari kerusakan. Tanaman yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antivirus adalah bawang dayak. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa hit hasil penambatan dan simulasi dinamika molekuler. Target Makromolekul yang digunakan adalah PDB ID : 5GMZ dan 33 senyawa dari tanaman bawang dayak. Penambatan molekuler menggunakan AutoDock Vina dan validasinya dengan menentukan kurva ROC dan perhitungan nilai AUC, menentukan RMSD secara redocking. Seleksi dengan aturan Lipinski Rule of 5 untuk menghasilkan senyawa yang dapat digunakan secara oral. Simulasi dinamika molekuler menggunakan program Gromacs 5.1.5 dan g_mmpbsa. Hasil seleksi Lipinski Rule of 5 menghasilkan 28 senyawa. Hasil penambatan menunjukkan senyawa Eleuthosida A memiliki nilai afinitas lebih negatif (-7,5 kkal/mol) dibandingkan pembanding 6XU dan isothiafludine (-7,4 dan -6,1 kkal/mol). Simulasi dinamika selama 20ns menunjukkan nilai RMSD dan RMSF Eleuthosida A dalam keadaan stabil dengan okupansi ikatan hidrogen sebesar 18,81% pada asam amino Asp29. Energi bebas MM-PBSA pada senyawa Eleuthosida A merupakan senyawa dengan paling negatif yaitu -133,430 kkal/mol. Berdasarkan hasil tersebut, Eleuthosida A dapat dijadikan kandidat inhibitor kapsid virus hepatitis B","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":"7 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138621074","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pra Panca Bayu Chandra Panca, Ema Hermawati, Yuli Christian
{"title":"STANDARISASI SIMPLISIA DAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID FLAVONOID PADA EKSTRAK ETANOL 96% BUAH OKRA HIJAU DAN MERAH (Abelmoschus esculentus (L.) Moench","authors":"Pra Panca Bayu Chandra Panca, Ema Hermawati, Yuli Christian","doi":"10.47219/ath.v8i2.265","DOIUrl":"https://doi.org/10.47219/ath.v8i2.265","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi metode analisis flavonoid dan menentukan kadar flavonoid pada ekstrak etanol 96% varietas buah okra (Abelmoschus esculentus) dengan menggunakan metode Al(NO3)3-NaNO2 secara spektrofotometri UV-Vis. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Hasil validasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa linieritas dari uji flavonoid diperoleh koefisien korelasi 0,9999 dan koefisien fungsi regresi sebesar 0,37%. Akurasi (UPK) pada uji flavonoid didapatkan nilai yang memenuhi syarat % UPK 98-102% dan % KV yaitu ≤ 2 %. Batas deteksi (LOD) untuk flavonoid sebesar 0,3459 ppm dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 1,2621 ppm. Diperoleh kadar flavonoid ekstrak etanol 96% buah okra hijau sebesar 0,887 mg/g sedangkan kadar flavonoid ekstrak etanol 96% buah okra merah sebesar 1,079 mg/g","PeriodicalId":471177,"journal":{"name":"Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)","volume":"26 S66","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138623240","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}