{"title":"Optimalisasi Perencanaan Perbaikan Strategis Dengan Pelaksanaan Standar Akreditasi Pascasurvei","authors":"Aam Sumadi, A. Sumarno","doi":"10.35727/JHA.V3I2.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V3I2.105","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Rumah Sakit yang telah mendapatkan status akreditasi nasional diwajibkan membuat Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) sesuai dengan rekomendasi surveyor untuk memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang belum tercapai. Rumah Sakit (RS) menyampaikan PPS ke Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) satu bulan setelah survei akreditasi. PPS merupakan strategi/ pendekatan yang akan diterapkan RS untuk menangani setiap temuan sebagai tindak lanjut dan bukti komitmen langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memenuhi standar yang belum dilaksanakan dalam waktu satu tahun. Implementasi PPS dilihat saat survei verifikasi yang bertujuan untuk mengevaluasi RS dalam mempertahankan, dan atau meningkatkan mutu pelayanan RS sesuai dengan rekomendasi dari surveior. \u0000Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen, yaitu PPS dengan variabel dependen yaitu hasil survei verifikasi akreditasi 1 di RS yang terakreditasi paripurna Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan kuantitatif observasional dengan menganalisis data retrospektif, bersumber dari big data KARS yaitu dokumentasi RS yang telah dilakukan dengan kriteria inklusi yaitu 8 RS yang telah dilakukan survei verifikasi ke 1 dan memiliki PPS. penilaian akreditasi oleh KARS periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2019, dengan perhitungan sampel 61 RS. \u0000Hasil: Hasil penilaian survei verifikasi 1 yang terpenuhi 65,5%, dan belum terpenuhi 37,5%. Dari 37,5% yang belum terpenuhi terdapat peningkatan pada semua standar sebesar 16,23% dari 25,5% pada saat survei. Variabel PPS yang lengkap 37,5%, dan tidak lengkap 65,5% dengan sub variabel metode perbaikan yang dibuat oleh RS dengan rerata 91,75 dengan nilai tertinggi, artinya RS memahami strategi yang dilaksanakan dan sub variabel kesesuaian waktu implementasi maksimal 1 bulan setelah survei dengan rerata 45,75 merupakan nilai terendah, artinya RS belum mengimplementasikan metode perbaikan berdasarkan target waktu yang direncanakan. \u0000Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan PPS tidak ada hubungannya dengan hasil survei verifikasi. Disarankan bahwa PPS harus dibuat sesuai dengan standar dan dilaksanakan dengan baik sesuai target waktu yang direncanakan.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125192962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peran Staf Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Peningkatan Mutu","authors":"S. Sunarto, Citra Resmi Wulandari","doi":"10.35727/JHA.V3I2.96","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V3I2.96","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Salah satu tujuan pelaksanaan akreditasi adalah menciptakan budaya mutu dan budaya keselamatan di rumah sakit. Budaya mutu ditandai dengan terjadinya proses peningkatan mutu (PM) secara internal di seluruh unit kerja yang berlangsung secara sistematis dan berkelanjutan. Agar terjadi PM secara berkelanjutan, diperlukan peran staf yang optimal. Akreditasi diharapkan dapat menjadi daya ungkit pelaksanaan PM di unit kerja pada sebuah rumah sakit. \u0000Tujuan: Mengetahui gambaran peran staf dalam melakukan peningkatan mutu di RSUD Raja Ahmad Tabib Propinsi Kepulauan Riau. \u0000Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengambilan data dilaksanakan di RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau. Subyek penelitian dipilih dengan cara purposive sampling dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada partisipan dan dilakukan analisis data dengan analisis tematik. \u0000Hasil: Staf RSUD Raja Ahmad Tabib menyadari bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama unsur pelayanan dan unsur manajemen. Dampak kegiatan akreditasi adalah terjadinya peningkatan perilaku staf rumah sakit baik yang bertugas di manajemen ataupun di pelayanan. Namun demikian, RSUD Raja Ahmad Tabib belum memiliki mekanisme tindak lanjut untuk mempertahankan perubahan. \u0000Kesimpulan: Staf RSUD Raja Ahmad Tabib telah memahami tugas dan perannya masing-masing, serta dapat menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan PM di unit kerjanya. Staf menyadari bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus menjadi tanggung jawab bersama antara manajemen dan pelayanan, namun manajemen rumah sakit harus memiliki sistem yang efektif untuk mempertahankan perubahan. Pemberian reward dan punishment diperlukan untuk memberikan motivasi kepada staf untuk mempertahankan perubahan.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"263 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117101789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ronald Irwanto, Djoko Widodo, Azizah Ariyani, Hadianti Adlani
{"title":"Survei Persepsi Kebutuhan dan Hambatan Rumah Sakit dalam Menjalankan Fungsi Panitia Pengendalian Resistensi Antibiotik","authors":"Ronald Irwanto, Djoko Widodo, Azizah Ariyani, Hadianti Adlani","doi":"10.35727/JHA.V1I2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.40","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 (2018) menetapkan pengkajian pengendalian resistensi antibiotik di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia sebagai salah satu syarat akreditasi rumah sakit. Namun, dalam pelaksanaannya, kerapkali pengendalian resistensi antibiotik mengalami banyak kendala. \u0000Tujuan: Menilai persepsi anggota Panitia Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) terhadap hambatan dan kebutuhan rumah sakit dalam menjalankan peran PPRA. \u0000Metode: Dilakukan survei potong lintang dengan membagikan kuesioner kepada responden 156 rumah sakit. Responden mengisi kuesioner berupa pertanyaan tertutup pilihan berganda dan memilih satu jawaban yang paling tepat. Analisa dilakuakn secara deskriptif. \u0000Hasil: Pada survei ini diperoleh 26.92% dari 156 rumah sakit yang telah menjalankan program PPRA di rumah sakit. 65.38% menyatakan hanya sebagian dokter yang duduk sebagai anggota PPRA mampu melakukan tugasnya. 40.48% dari responden rumah sakit yang telah menjalankan program PPRA mengatakan bahwa tidak adanya sistem implementasi merupakan kesulitan utama dalam menjalankan program PPRA. Sementara 61.90% mengatakan anggota PPRA rumah sakitnya baru setengah mampu melakukan restriksi antibiotik. 93.86% dari 114 responden rumah sakit yang belum menjalankan program PPRA menyatakan saat ini yang paling dibutuhkan adalah konsep yang jelas untuk menjalankan program PPRA. \u0000Kesimpulan: Sebagaian besar responden berpersepsi bahwa hanya sebagian dokter yang mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai anggota PPRA di rumah sakit. Kebutuhan terbesar dalam menjalankan PPRA di rumah sakit adalah konsep yang jelas, agar antibiotik dapat diberikan sesuai Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB), program restriksi dan penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara benar.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117313930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sistem Sesi Layanan Terbagi Memperbaiki Durasi Waktu Tunggu Layanan di Instalasi Rehabilitasi Medik","authors":"Guido Okta Vianney, Emi Kristiana, Andreas Andoko","doi":"10.35727/JHA.V1I2.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.42","url":null,"abstract":"Masalah Mutu: Pelayanan kesehatan yang berfokus pada kepuasan pasien tanpa mengesampingkan keselamatan merupakan halpenting di Rumah Sakit Baptis Kediri (RSBK). Peningkatan jumlah kunjungan di Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) denganketerbatasan sarana dan prasarana, berdampak pada lamanya waktu tunggu layanan. Diperlukan sistem pengelolaan untukmemenuhi salah satu indikator mutu unit IRM, yaitu waktu tunggu layanan tidak melebihi 30 menit.Pilihan Solusi: Kehadiran pasien di IRM diatur dengan sistem sesi layanan terbagi. Dalam satu hari layanan, terbagi menjadibeberapa kelompok sesi. Setiap pasien yang sudah terjadwal untuk menjalani layanan akan mendapatkan jadwal sesi yang tertentu. \u0000Implementasi: Setiap pasien yang terjadwal untuk menjalani layanan di IRM akan mendapatkan jadwal waktu yang tertentu.Implementasi dilaksanakan di IRM RSBK, dengan partisipan adalah pasien yang terjadwal untuk menjalani layanan di IRM periodeJanuari-Mei 2018. Waktu kedatangan saat mendaftar ulang di bagian administrasi dan waktu saat dipanggil pertama kali untukmenjalani layanan dicatat oleh petugas. Selisih waktu diantaranya tercatat sebagai waktu tunggu layanan, dan dihitung rerata waktu tunggu layanan. \u0000Evaluasi dan Pembelajaran: Rerata waktu tunggu adalah 12,10 menit, dengan waktu tunggu terpendek a 1 menit dan waktutunggu terlama 85 menit. Sistem layanan pasien dengan mengatur jam kehadiran pasien dalam sesi layanan terbagi, memperbaikidurasi waktu tunggu layanan di IRM RSBK.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126872899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andaru Dahesih Dewi, Iwan Dwiprahasto, Supra Wimbarti, B. Mulyono
{"title":"Peran SNARS dalam Perubahan Perilaku Kebersihan Tangan pada Profesional Kesehatan","authors":"Andaru Dahesih Dewi, Iwan Dwiprahasto, Supra Wimbarti, B. Mulyono","doi":"10.35727/JHA.V1I2.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.39","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kebersihan tangan adalah kunci keselamatan pasien, menjadi standar akreditasi RS sejak tahun 2012, namunimplementasinya masih fluktuatif. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi faktor dan peran Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) dalam perubahan perilaku kebersihan tangan. \u0000Tujuan: (1) Mengeksplorasi komponen perubahan perilaku yang mempengaruhi kepatuhan petugas dalam praktik kebersihantangan; (2) Menyempurnakan metode edukasi, mentoring dan dukungan teknis lingkungan sesuai hasil eksplorasi; dan (3) Mengukur perubahan ketepatan praktik kebersihan tangan setelah intervensi. \u0000Metode: Penelitian dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Juni 2014–April 2016. Dilakukan 22 wawancara mendalam dan 9diskusi kelompok terfokus dilakukan terhadap staf, dipilih judgemental sampai mencapai saturasi data. Kuesioner yangmengeksplorasi tingkat pengetahuan dan persepsi praktik kebersihan tangan diisi seluruh petugas di ruang rawat intensif dan bedah (n 186), dianalisis dengan chi-square. Hasil digunakan untuk menyesuaikan metode reedukasi. Ketepatan-konsistensi praktik sesuai kategori petugas di ruang observasi diukur dan dianalisis time series. \u0000Hasil: Persepsi positif praktik tidak dipengaruhi karakteristik demografik. Manajemen perubahan perilaku selanjutnya disesuaikankonsep mindfulness mengikuti ‘Pendekatan Lewin, unfreeze–change–refreeze’. Kampanye kreatif dan partisipasi aktif ditujukanmencairkan cara pikir lama. Reedukasi ditujukan membangun kesadaran dan motivasi bertindak individual/kelompok, melibatkanpimpinan sebagai role model. Perubahan dipertahankan dengan sistem audit yang ditautkan ke sistem pembinaan SDM dan evaluasi SNARS diposisikan sebagai tantangan eksternal untuk refreeze perubahan menjadi budaya. Analisis time series ketepatan dan konsistensi praktik menunjukkan trend sistematik meningkat (dari 60-70% menjadi 85-90%) dengan indikasi adanya periode postevent exhausted. Intensitas, lama paparan edukasi, mentoring, kreativitas promotif, kekerapan booster disesuaikan dengan pola setempat, mengedepankan bukti lokal. \u0000Kesimpulan: Pendekatan mindfulness berbasis data lokal bermanfaat membangun budaya kebersihan tangan. Instrumen SNARSberperan dalam refreeze proses perubahan perilaku profesional petugas. Indikator luaran yang peka mengidentifikasi ketidakpatuhan perlu dieksplorasi lebih lanjut.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"138 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123226281","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Modifikasi Manajemen Risiko Jatuh Pada Pasien Rawat Inap Psikogeriatri RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang","authors":"Yuniar Sunarko, M. Zamroni, Diah Ayu Kusumawardani, Jennyla Puspitaning Ayu, Mariani Indahri, Etha Riska Amalia","doi":"10.35727/JHA.V1I2.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.43","url":null,"abstract":"Masalah Mutu: Jatuh adalah insiden keselamatan pasien yang sangat menonjol pada populasi pasien berusia lanjut dengan masalah psikogeriatrik di rumah sakit, sehingga manajemen risikonya tidak dapat disamakan dengan populasi umum. Berbagai karakteristik yang melekat pada populasi ini menyebabkan para Profesi Pemberi Asuhan (PPA) harus melakukan pengamatan yang seksama, merencanakan, implementasi, hingga mengevaluasi secara terus menerus. Pedoman Manajemen Risiko Jatuh yang ada di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) belum dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan di atas. \u0000Pilihan Solusi: Implementasi peningkatan mutu berkelanjutan dan konsep patient-centered care dalam manajemen risiko jatuh sehingga sesuai bagi populasi pasien psikogeriatrik di RSJRW. \u0000Implementasi: Tim Pengembang Layanan Psikogeriatri bekerjasama dengan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien melakukan modifikasi sebagai translasi hasil pengamatan dalam implementasi asesmen, reasesmen, penggunaan penanda risiko, integrasi proses asuhan, pendokumentasian, dan tindak lanjut pelaporan insiden yang berkaitan dengan risiko jatuh pada pasien rawat inap psikogeriatri di RSJRW. \u0000Evaluasi dan Pembelajaran: Proses yang melibatkan PPA multidisipliner ini berhasil menurunkan angka kejadian pasien jatuh dari 1,5% (2016) menjadi 0,8% (2017), dan 0% (2018). Komunikasi efektif dan komitmen semua pihak mendasari semua proses pembelajaran berkelanjutan ini, sementara pendokumentasian menggunakan sistem informasi teknologi menjadi katalisator perubahan-perubahan yang terjadi.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126516534","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Meningkatkan Kesadaran Atas Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit, Melalui Standar Akreditasi","authors":"Djoni Darmadjaja","doi":"10.35727/JHA.V1I2.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.38","url":null,"abstract":"KARS telah memasukkan edisi penyelenggaraan PPRA di rumah sakit sebagai standar akreditasi dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 yang diberlakukan sejak 1 Januari 2018. Seluruh rumah sakit yang akan menjalani proses akreditasi, dipersyaratkan melakukan 5 kegiatan pokok dalam standar PPRA \u0000{translate key=\"article.abstract\"} - {$article->getViews()} {if $galleys} {foreach from=$galleys item=galley name=galleyList} {$galley->getGalleyLabel()} - {$galley->getViews()} {/foreach} {/if}","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"159 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134393761","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penerapan Lean Management Untuk Menurunkan Waktu Tunggu Proses Pemulangan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta","authors":"Retno Esti Respati Wirandari, Adi Utarini","doi":"10.35727/JHA.V1I2.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I2.41","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), RS dituntut juga untuk dapat mengendalikan mutu dan biaya. Waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap di rumah sakit merupakan masalah yang penting diatasi oleh karena masih melebihi standar waktu yang ditetapkan (yaitu 2 jam). Untuk memecahkan masalah tersebut, diterapkan Lean management. \u0000Tujuan: Menerapkan Lean management dengan mengekplorasi peran tim Kaizen dan menggunakan Value Stream Mapping untuk menurunkan waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap di RS Panti Waluyo Surakarta. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan desain Action Research. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi pemulangan pasien rawat inap dan wawancara mendalam. Selanjutnya dilakukan penerapan tools Kaizen dan Value Stream Mapping dalam Lean dengan intervensi berupa perubahan alur proses pemulangan pasien rawat inap di RS Panti Waluyo Surakarta. \u0000Hasil: Rerata lama waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap di RS Panti Waluyo menurun secara bermakna dari 3 jam 10 menit menjadi 2 jam 14 menit penerapan Lean management (p<0,01). \u0000Kesimpulan: Lama waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap di RS Panti Waluyo Surakarta dapat diturunkan dengan penerapan Lean, meskipun belum mencapai standard pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah. Perlu dilakukan tindak lanjut perbaikan untuk mencapai standar yang ditetapkan.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127507718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Mendorong riset dan berbagi pengalaman untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit","authors":"Sutoto Sutoto, Adi Utarini","doi":"10.35727/JHA.V1I1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I1.18","url":null,"abstract":"Persoalan mutu dan peningkatan mutu selalu menjadi urusan penting setiap lembaga yang memberikan pelayanan kepada konsumennya. Hal ini berlaku tanpa memandang baik kegiatan utama yang dilakukan oleh lembaga tersebut, apakah lembaga tersebut berorientasi untuk mencari keuntungan ataupun tidak (profit atau non-profit), seberapa ketat persaingan antar lembaga sejenis, berapa besar konsumen yang dilayani, serta bahkan apakah di lembaga tersebut mempunyai tim yang khusus dibentuk untuk menangani mutu. Mutu menjadi penentu kelangsungan hidup organisasi. \u0000Bagi lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, mutu dan keselamatan pasien menjadi ibarat ruh kegiatan setiap orang dengan berbagai peran dan latar belakang profesi yang bekerja di rumah sakit serta menjadi harapan setiap pasien, keluarga dan masyarakat dari berbagai tingkatan sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan latar belakang lainnya sebagai penerima pelayanan kesehatan. Demikian pula bagi pihak regulator yang bekerja memastikan bahwa seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan keselamatan pasien serta pihak yang menjamin pembiayaan kesehatan. \u0000Di Indonesia, upaya-upaya untuk peningkatan mutu pelayanan dapat ditelusuri sejak tahun 1980an. Penelusuran historikal upaya mutu sebelum masa tersebut mungkin lebih merupakan faktor tantangan administratif dalam menemukan dokumen yang relevan. Saat ini, meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas adalah satu dari 12 strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 (Kementerian Kesehatan, 2015). \u0000Berbagai upaya peningkatan mutu telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan, diantaranya adalah melalui mekanisme perijinan fasilitas pelayanan kesehatan, total quality management dengan gugus kendali mutunya, quality assurance, berbagai sertifikasi sistem manajemen mutu, serta akreditasi lembaga pemberi pelayanan kesehatan. Implementasi cakupan kesehatan semesta di Indonesia sejak tahun 2014 menjadi pendorong kuat pula agar seluruh masyarakat dapat mengakses pelayanan yang bermutu. Secara nyata, Kementerian Kesehatan membentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi pada tahun 2016 dan menguatkan strategi nasional mutu pelayanan kesehatan. \u0000Akreditasi merupakan strategi utama peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang telah diinisiasi sejak tahun 1995. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) merupakan badan yang melaksanakan akreditasi rumah sakit. Bagi lembaga KARS, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien tidak hanya berlaku bagi rumah sakit, namun juga bagi lembaga KARS yang melaksanakan akreditasi. \u0000Seluruh potensi rumah sakit, baik dalam bidang pelayanan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terus didorong oleh KARS melalui berbagai strategi. Sebagai lembaga yang melakukan akreditasi rumah sakit, organisasi KARS menunjukkan komitmen terhadap mutu melalui akreditasi oleh the International Society for Quality in Health Care (ISQua) da","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"489 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116194330","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sistem Pengingat Klinis untuk Perbaikan Kepatuhan Peresepan Berdasarkan Formularium dan Formularium Nasional di RS Bethesda Yogyakarta","authors":"Rizaldy T. Pinzon, Loury Priskila","doi":"10.35727/JHA.V1I1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.35727/JHA.V1I1.16","url":null,"abstract":"Masalah Mutu: Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi salah satu penyebab utama cedera dan bahaya dalam pelayanan kesehatan. Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, pemberian obat menjadi sangat selektif mengingat hal ini mempengaruhi biaya yang dikeluarkan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan. \u0000Pilihan Solusi: Sistem pengingat klinis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengingatkan tenaga kesehatan khususnya dokter, untuk meningkatkan kepatuhan peresepan obat sesuai formularium. Pada sistem ini setiap dokter akan memberikan resep, dengan pengingat yang terkait kriteria pemberian obat. \u0000Implementasi: Dengan sistem pengingat klinis ini kepatuhan peresepan obat sesuai formularium pada bulan Januari-Mei secara berturutan adalah sebesar 99,81% (97.058 resep dari total 97.240 pasien), 99,39% (82.947 resep dari total 83.453 pasien), 99,78% (87.653 resep dari total 87.848 pasien), 99,72% (81.866 resep dari total 82.092 pasien), dan 99,67% (83.748 resep dari total 84.023 pasien). \u0000Evaluasi dan Pembelajaran: Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan dokter dalam melakukan peresepan sesuai Formularium RS Bethesda sudah tercapai. Diharapkan dengan adanya alat ini membantu dalam mengendalikan biaya operasional rumah sakit terkait peresepan obat.","PeriodicalId":420592,"journal":{"name":"The Journal of Hospital Accreditation","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125246875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}