{"title":"PENERAPAN MOSEHE DALAM PENYELESAIAN KONFLIK OLEH MASYARAKAT TOLAKI DAN MASYARAKAT PENDATANG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA","authors":"A. Hafid, Raodah Raodah","doi":"10.36869/wjsb.v9i1.20","DOIUrl":"https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i1.20","url":null,"abstract":"Penelitian ini mendeskripsikan tentang mosehe sebagai salah satu hukum adat orang Tolaki yang masih tetap dipatuhi dan dijalankan oleh orang Tolaki, terkhusus buat mereka yang tinggal di Kabaupaten Konawe. Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melaui wawancara mendalam, studi pustaka, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa mosehe merupakan sebuah ritual yang telah berlangsung secara turun-temurun hingga sekarang sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa (Sangia), agar Tuhan Yang Maha Kuasa (Ombu) berkenan menerima upacara tersebut. Bagi orang Tolaki, mosehe berfungsi untuk kepentingan keselamatan dan kemaslahatan orang banyak. Selain itu, eksistensi mosehe merupakan salah satu bentuk penyelesaian konflik/sengketa bagi masyarakat Tolaki, yang awalnya dilatarbelakangi oleh peristiwa di masa lampau dan terjadi secara turun temurun oleh generasi orang Tolaki hingga sekarang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa perkataan sumpah, sikap, dan tindakan oleh nenek moyang orang Tolaki yang berimbas pada kehidupan generasi orang Tolaki hingga sekarang.","PeriodicalId":374972,"journal":{"name":"Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126863898","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BUDAYA KOMUNIKASI DALAM MASYARAKAT JEPANG","authors":"C. I. Iqbal","doi":"10.36869/wjsb.v9i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i1.25","url":null,"abstract":"Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan komunikasi mempengaruhi budaya. Penelitian ini fokus pada budaya komunikasi pada masyarakat Jepang. Etika dalam berkomunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam usaha menyampaikan pesan atau tuturan kepada peserta tutur lain. Etika dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan masyarakat Jepang meliputi Aizuchi (Memberikan Respon), Aisatsu (Memberi Salam), dan Zoutoubunka (Budaya Pemberian Hadiah). Kemudian, pola komunikasi dalam interaksi sosial masyarakat Jepang meliputi Uchi-Soto (Dalam-Luar), Honne-Tatemae (Sikap Sesungguhnya-Sikap yang Tampak dari Luar), Horenso atau Houkoku (Laporan), Renraku (Komunikasi), Soudan (Konsultasi) dan Keigo (Bahasa Sopan). Dalam berkomunikasi, mereka lebih banyak menggunakan komunikasi non-verbal. Komunikasi non-verbal yang digunakan dalam interaksi masyarakat Jepang adalah Miburi (gerak tubuh), kontak mata, dan ekspresi wajah.","PeriodicalId":374972,"journal":{"name":"Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132390561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BERAS SEBAGAI KOMODITI UTAMA DALAM PERDAGANGAN MARITIM DI MAKASSAR","authors":"Sritimuryati Sritimuryati","doi":"10.36869/wjsb.v9i1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i1.26","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterlibatan Kerajaan Gowa-Tallo dalam lintas perdagangan maritim sebagai pelabuhan transito. Runtuhnya Selat Malaka mengantarkan Kerajaan Gowa-Tallo sebagai kerajaan terbesar di wilayah timur Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian sejarah, yaitu menelusuri dokumen-dokumen dan studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa komoditas utama kerajaan Gowa- Tallo adalah beras yang disuplai dari Maros dan Sumbawa untuk kemudian ditukarkan dengan rempah-rempah di Maluku. Sebelum mengenal sistem pembayaran dengan menggunakan uang, diterapkan sistem barter. Beras dan barang lainnya yang dibeli di pelabuhan bagian barat oleh pedagang Bugis-Makassar dijual secara barter dengan rempah-rempah. Penukaran secara barter ini didasarkan pada perbandingan kesatuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak.","PeriodicalId":374972,"journal":{"name":"Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132380354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"INTEGRASI AWAL TERBENTUKNYA KERAJAAN-KERAJAAN LOKAL DI SULAWESI SELATAN","authors":"Sahajuddin Sahajuddin","doi":"10.36869/wjsb.v9i1.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i1.22","url":null,"abstract":"Kajian ini bertujuan mengungkapkan integrasi awal terbentuknya kerajaan-kerajaan lokal di Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa terbentuknya kerajaan-kerajaan lokal yang ada di Sulawesi Selatan terjadi pada abad XIII. Kerajaan-kerajaan tersebut telah ada sebelum kelompok persekutuan kesukuan yang disebut akkarungeng atau karaengang. Kerajaan yang terbentuk pada abad XIII adalah kerajaan yang sudah terorganisir dari segi sistem pemerintahannya. Proses awal terbentuknya kerajaan-kerajaan tersebut berawal dari adanya konflik-konflik internal kerajaan yang berhasil dipersatukan oleh To Manurung. Keberadaan To Manurung di setiap kerajaan berbeda-beda, ada yang menganggapnya sebagai mitos atau dongeng, ada pula yang menganggapnya sebagai peristiwa sejarah. Terlepas dari itu, harus diakui bahwa mitos tentang To Manurung di Sulawesi Selatan merupakan salah satu faktor yang ikut menguatkan nilai kebudayaan Bugis- Makassar atau masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.","PeriodicalId":374972,"journal":{"name":"Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":"10 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123682323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}