Amelia Tri Widya, Antusias Nurzukhrufa, Embun Aura Annisa Basica
{"title":"Transformasi Ruang Dalam Rumah Tradisional Pesisir di Kampung Cungkeng, Kota Bandar Lampung","authors":"Amelia Tri Widya, Antusias Nurzukhrufa, Embun Aura Annisa Basica","doi":"10.26760/terracotta.v5i1.10395","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v5i1.10395","url":null,"abstract":"Sebagai kampung transmigran Bugis-Makassar yang mendiami pesisir Kota Bandar Lampung, penduduk Kampung Cungkeng telah menghuni dan bertahan selama kurang lebih tujuh dekade lamanya. Transformasi fisik pada hunian merupakan proses dinamis selama berhuni, tidak terkecuali transformasi pada ruang dalam pada rumah tradisional Bugis-Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi transformasi ruang dalam pada rumah tinggal dan faktor penyebab transformasi di Kampung Cungkeng. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pengumpulan data melalui survei, observasi, dan wawancara mendalam kepada pemilik rumah tinggal. Transformasi ruang dalam hunian diamati baik secara vertikal maupun horizontal. Hasil penelitian menemukan pengalihan fungsi ruangan khususnya kolong hunian menjadi ruang servis, kamar tidur, dan ruang bersama. Selain itu, transformasi berupa penambahan ruang baru; pertumbuhan dan pembagian ruang dengan menambah/merobohkan dinding hunian; perluasan ruangan; dan perubahan zona ruangan. Adapun transformasi ruang dalam dipengaruhi oleh ketidakefisienan dan kebutuhan ruang karena penambahan anggota keluarga dan keterbatasan ruang gerak; kemampuan finansial; insentif perbaikan rumah; peluang ekonomi; dan ketersediaan lahan.","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"130 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139808005","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gemeente Semarang 1906 – 1942: Sebuah Riwayat Tata Kota Kolonial","authors":"Heru Mulyanto","doi":"10.26760/terracotta.v5i1.10135","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v5i1.10135","url":null,"abstract":"Sebelum menjadi gemeente, kondisi sosial, ekonomi, tata kelola air, dan sebagainya berada di bawah kontrol langsung dari pemerintah koloni dengan model yang sama seperti kota-kota di Eropa. Namun semenjak desentralisasi diterapkan, Semarang berubah secara cepat, menjadi kota dengan fasilitas yang memadai dan dengan infrastruktur yang berkesinmabungan. Permasalahan yang dibahas dalam riset ini adalah bagaimana pemerintah Hindia-Belanda mengatur kota semarang yang tadinya sangat Eropa-sentris, menjadi kota yang disesuaikan bagi penduduk pribumi. Urgensi / tujuan penulisan artikel ini ialah untuk mengungkap kronologi dan proses awal pengesahan Gemeente Semarang hingga pembangunan berbagai fasilitas publik di sebagian besar bidang, yaitu artitektur kota, dinamika pelabuhan, eksistensi pasar, “kampongverbetering” (perbaikan kampung) dan dinamika Burgerlijke Openbare Werken di Kota semarang dalam merekonstruksi kota ini dalam bentuk Gemeente. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sejarah yang meliputi empat tahap: Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, Historiografi. Hasil yang didapat adalah bahwa dilakukan sebuah “verbetering” atau perbaikan terhadap kampung-kampung di kota Semarang. Sementara dari segi pelabuhan, Semarang pada masa seelum desentralisasi telah dilakukan sebuah modernisasi oleh rezim Daendels.Dari segi arsitektur kota, sebelum dilakukan desentralisasi, model kota semarang hampir sama dengan Batavia yang mana, sungai merupakan urat nadi penting perekonomian masyarakat.","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139868703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Wardhani, Aldo Praseta, Salman Ramadhan, Thinka S Cahyowati, Debby N Achsanta
{"title":"STUDY OF LAYOUT, CIRCULATION, AND ORNAMENTS IN TEMPLE BUILDING (Case Study: Satya Budhi Temple, Bandung)","authors":"M. Wardhani, Aldo Praseta, Salman Ramadhan, Thinka S Cahyowati, Debby N Achsanta","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8694","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8694","url":null,"abstract":"The existence of temple buildings in Indonesia is part of the acculturation of Chinese culture that develops time by time. The temple, which is functionally used as a place of worship, has a unique role in historical developments in Indonesia, especially in Bandung. Satya Budhi Temple is one of the temple buildings in Bandung, which is more than 50 years old and is the oldest temple in this city. This building is part of the cultural heritage of Bandung, whose sustainability should be studied in terms of architecture. This research seeks to dig deeper into how the temple building's layout, circulation flow, and ornaments manifest the values of the Chinese philosophy of life, society, and culture. The research method uses a qualitative descriptive method accompanied by sketches of the elements forming space and circulation. The findings in this study show that the architecture of the temple has a distinctive spatial layout accompanied by a linear circulation which represents the journey towards the profane-sacred transition of humans towards God. From the findings of this study, it is hoped that cultural heritage buildings with a typology of worship places can continue to be preserved through preservation and revitalization efforts so that their historical value is well maintained.Keywords: Layout, Circulation flow, Ornament, Temple building, Cultural heritage building","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115108294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Faktor Shared street Yang Mempengaruhi Urban Livability di Koridor Jalan Jenderal Sudirman, Bantul","authors":"Marcelina Dwi Setyowati","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8020","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8020","url":null,"abstract":"Koridor Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalan protokol di Kabupaten Bantul yang direvitalisasi dengan konsep yang bisa diarahkan ke konsep shared street. Proyek revitalisasi tersebut meliputi pembangunan ruas jalan menjadi dua lajur. Kondisi eksisting koridor Jalan Sudirman pada tahun 2018 terdapat median jalan berupa taman linear dan jalur pejalan kaki dengan ketinggian yang berbeda dengan jalan raya di kedua sisinya. Penemuan di lapangan menunjukkan adanya dominasi ruang jalan oleh kendaraan bermotor yang mengakibatkan pejalan kaki, difabel dan pengguna kendaraan tidak bermotor mulai tersisihkan dalam memanfaatkan ruang jalan. Akibatnya livabilitas ruang menjadi menurun dikarenakan pergerakan pengguna dan pencapaian ruangnya terganggu oleh dominasi kendaraan bermotor. Shared street sangat memprioritaskan kepentingan pejalan kaki daripada pengguna lain sehingga dianggap dapat menyelesaikan permasalahan dominasi ruang jalan oleh kendaraan bermotor. Tujuan penelitian adalah mencari faktor shared street yang berpengaruh pada livabilitas di koridor Jalan Jenderal Sudirman yang sesuai agar dapat memaksimalkan pemanfaatan ruang di koridor tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deduktif kualitatif yaitu metode yang menemukan permasalahan di lapangan kemudian diolah untuk menentukan hasil yang kualitatif. Urban livability akan mempengaruhi perkembangan kota yang layak huni, tentang bagaimana ruang kota mampu memberikan kualitas hidup yang baik dan dapat memenuhi harapan penduduknya akan kesejahteraan.Kata kunci: shared street, koridor jalan, livabilitas","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126793082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analysis of Architectural Needs for Passive Low-Tech Fog and Dew Collector Building Design: A Narrative Literature Review","authors":"M. Khamdevi, Matius Mlt","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8544","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8544","url":null,"abstract":"Global warming and climate change have negative effects on life on earth. One of the consequences is a water crisis or water scarcity, both in quantity and quality. Indonesia also cannot avoid this problem. Therefore it is necessary to prepare an alternative water supply solution, one of which is from water vapor (atmospheric water), especially in the form of dew and fog. This study aimed to formulate the design requirements for passive low-tech dew and fog collector building by comparing several technologies and projects in the world that have been realized recently that have a relationship with architectural science. This research used qualitative research with a narrative literature review approach. This research produced design requirements in the form of principles and technical requirements in designing and realizing dew and fog collector building, especially in terms of function, construction, and appearance.Keywords: dew collector, fog collector, low-tech, water scarcity, architecture","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"257 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122660744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perubahan Morfologi Koridor Jalan dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Komersial di Jalan Lawu Karanganyar","authors":"Adhitya Permana","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8145","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8145","url":null,"abstract":"AbstrakPerubahan morfologi jalan akibat proyek jalan berdampak terhadap aktivitas ekonomi pada ruang samping kanan dan jalan kiri. Adanya perubahan dimensi pada elemen ruang jalan mengakibatkan perubahan pola aktivitas komersial yang mendekati koridor jalan. Penelitian ini menjelaskan secara teoritik tentang perubahan morfologi ruang jalan dan pengaruhnya terhadap aktivitas komersial di Jalan Lawu. Metode penelitian ini adalah metode deduktif kualitatif dengan pendekatan teorisasi deduktif untuk menguji variabel yang telah dideduksi dari kajian teori dengan elemen tetap, semi tetap, tidak tetap dan variabelnya yaitu badan Jalan Lawu, jalur pejalan kaki dan jalan bersama, bangunan komersial permanen dan non permanen , street furniture, area parkir dan vegetasi, aktivitas rutin dan insidental. Pengambilan data untuk variabel tersebut dengan teknik time sampling saat weekday dan weekend pada waktu pagi, siang, malam. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama.Kata kunci : morfologi jalan, aktivitas komersial, pengaruh perubahan","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125133181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Studi Komparasi Karakteristik Arsitektur Candi Kalasan dengan Candi Budha Era Mataram Kuno dalam Mengembangkan Rekonstruksi Virtual","authors":"Catharina Audrey Gumulya","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8501","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8501","url":null,"abstract":"ABSTRAKKarakteristik memiliki arti dengan sifat khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik dapat memperlihatkan suatu ciri khas yang ada, contohnya pada arsitektur. Dalam ranah arsitektur, karakteristik sendiri membantu dalam mengklasifikasi tipologi-tipologi setiap arsitekturnya. Pada bangunan candi dalam hal menentukan karakteristiknya dapat dilihat dari ornamentasi yang digunakan pada setiap sudut candi serta elemen dekorasinya. Ciri khas dari Candi Kalasan bisa ditentukan berdasarkan eranya, yakni berada pada era Mataram Kuno. Berdasarkan klasifikasi era tersebut dapat membuktikan karakteristik yang ada pada Candi Kalasan. Pada peneitian ini untuk memastikan karakteristik guna mengembangkan rekonstruksi virtual, diperlukan studi komparasi karakteristik pada arsitektur Candi Kalasan dengan candi Budha pada era Mataram Kuno. Sehingga dari hasil tersebut dapat membantu dalam pengolahan data dalam merekonstruksi Candi Kalasan dari segi bentuk, wujud, dan sosok dari candi tersebut yang dapat mengangkat pengembangan kepariwisataan dan edukasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-eksploratif dalam menganalisis karakteristik Candi Kalasan berdasarkan perbandingan candi yang serupa pada candi-candi Budha di era Mataram Kuno. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh data serta perhitungan dari ukuran wujud candi yang masih belum terekonstruksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukannya karakteristik serta proporsi Candi Kalasan dari hasil komparasi Candi Kalasan dengan candi pembandingnya. Penelitian ini bisa digunakan dalam merekonstruksi kembali Candi Kalasan dan dapat menambah pemahaman akan arsitektur Candi Kalasan.Kata kunci: rekonstruksi virtual, komparasi, karakteristik, Candi Kalasan","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131433109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kesesuaian Penggunaan Bahan Bangunan Rumah Tinggal Di Indonesia","authors":"Wandi Krisdian","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8096","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8096","url":null,"abstract":"Indonesia terletak di jajaran gunung api aktif pasifik, yang sering disebut cincin api atau ring of fire merupakan penyebab seringnya Indonesia mengalami gempa bumi. Leluhur sudah memberikan contoh hunian yang cocok dan sudah teruji untuk ditinggali di daerah gempa. Kondisi geografis yang berbeda di setiap daerah menyebabkan rumah tradisional setiap suku di Indonesia berbeda-beda juga. Namun akibat gencarnya budaya luar masuk ke Indonesia, banyak dari masyarakat membangun huniannya mengikuti budaya luar.Tentu saja hunian ini kurang cocok di Indonesia karena berbeda kondisi alamnya. Banyak hunian yang rusak atau hancur ketika terjadi gempa bumi. Hal ini karena ketidakcocokan bahan bangunan yang digunakan. Oleh karena itu, kajian ini dibuat untuk mengetahui material bangunan apa yang tidak cocok digunakan di daerah rawan gempa. Kajian ini menggunakan metoda kuantitatif dengan mengumpulkan dan menganalisa data-data dari Badan Pusat Statistik Nasional dan sumber lainnya. Kajian ini juga menawarkan solusi berupa informasi kepada masyarakat tentang material bangunan yang sebaiknya digunakan di daerah rawan gempa. Bahan bangunan yang sudah teruji oleh alam dan leluhur. Dengan adanya hasil kajian ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya kerusakan bangunan ketika terjadi gempa bumi.","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115730990","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Widi Dwi Satria, Puspita Sari Sinaga, Yoga Hadi Wibowo
{"title":"Kenyamanan Sirkulasi Bangunan Kampus Berdasarkan Persepsi Pengguna (Studi Kasus Gedung E ITERA)","authors":"Widi Dwi Satria, Puspita Sari Sinaga, Yoga Hadi Wibowo","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8428","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8428","url":null,"abstract":"Institut Teknologi Sumatera (ITERA) merupakan salah satu institut teknologi yang berada di Pulau Sumatera. ITERA haruslah menyediakan fasilitas gedung yang memadai untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Salah satu gedung perkuliahan yang disediakan oleh ITERA yakni Gedung E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap kenyamanan sirkulasi Gedung E ITERA. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan observasi dan penilaian kuesioner terhadap 50 responden dengan tujuan untuk memperdalam analisa yang dilakukan antara kondisi lapangan dengan persepsi pengguna terhadap suatu fenomena yang terjadi secara apa adanya. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% sirkulasi pada area ruang dalam Gedung E ITERA masih dapat dikategorikan nyaman. Adapun berdasarkan hasil kusesioner tentang kelayakan, kesesuaian, kenyamanan, kebisingan, dan keamanan gedung E menunjujukkan hasil yang masih dirasakan nyaman oleh penghuni. Beberapa hal yang masih dirasa kurang oleh pengguna Gedung E adalah tingkat kesesuaian ruang kelas yang dinilai kurang oleh pengguna.","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125071289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penerapan Kualitas Akustik pada Ruang Kelas Studio Arsitektur (Studi Kasus: Kelas Studio Gambar Laboratorium Teknik 2, Institut Teknologi Sumatera)","authors":"Verza Dillano Gharata, Widi Dwi Satria, Wenny Arminda","doi":"10.26760/terracotta.v4i2.8545","DOIUrl":"https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i2.8545","url":null,"abstract":"Dalam kegiatan proses pembelajaran dibutuhkan tempat yang nyaman dengan kualitas akustik yang baik. Pembelajaran dalam suatu ruang kelas dibutuhkan kejelasan suara yang baik agar dapat tersampaikan secara baik dan jelas sehingga proses belajar mengajar dalam berjalan lancar. Agar dapat berjalan dengan baik maka diperlukan ruangan dengan kualitas akustik yang baik pula. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati dan melakukan pengukuran pada ruang kelas studio gambar arsitektur Institut Teknologi Sumatera.Kebisingan pada ruang kelas tentunya akan menyebabkan proses belajar mengajar terganggu karena suara tidak dapat tersampaikan dengan baik, menganggu kenyamanan, dan konsentrasi pelajar. Dalam mendukung proses belajar mengajar yang baik suatu ruangan harus mempunyai kualitas akustik yang baik agar tidak menimbulkan cacat akustik seperti dengung dan echo. Penelitian ini difokuskan untuk mengamati kualitas akustik pada ruang kelas studio gambar arsitektur Institut Teknologi Sumatera sudah memadai ataukah belum untuk memenuhi kenyamanan akustik yang dibutuhkan ruang tersebut. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara mengamati kualitas akustik dan kenyamanan, serta melakukan pengukuran elemen elemen (dinding, lantai, plafon, waktu dengung, jendela) yang ada pada ruang kelas dengan menggunakan alat alat seperti meteran laser dan meteran. Tujuan penelitian ini adalah mengamati kualitas akustik ruang kelas studio gambar arsitektur Institut Teknologi Sumatera dan akan dilakukan pembahasan mendalam mengenai material dan elemen akustik dalam ruangan tersebut. ","PeriodicalId":329781,"journal":{"name":"Jurnal Arsitektur TERRACOTTA","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126071989","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}