{"title":"Batas Konsentrasi Natrium Nitrit Untuk Fiksasi Warna Merah Muda Pada Produk Daging Sapi Kyuring","authors":"E. Saputro, V. P. Bintoro, Y. Pramono","doi":"10.36626/jppp.v13i23.114","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i23.114","url":null,"abstract":"Fiksasi warna merah muda yang diinginkan pada produk daging sapi telah dipahami paling baik dan paling jelas hasil dari penambahan natrium nitrit (NaNO2) pada daging sapi. Warna tersebut sering dianggap sebagai atribut yang sangat penting untuk penerimaan konsumen daging sapi. Namun, telah ditetapkan bahwa paparan suhu tinggi atau pH asam (asam lambung) pada daging sapi yang mengandung NaNO2 yang selanjutnya tereduksi menjadi nitrogen monoksida (NO) yang dapat berikatan dengan amina sekunder yang menyebabkan pembentukan senyawa berbahaya karsinogen N– nitrosamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki batas maksimal konsentrasi NaNO2 yang cukup untuk mengembangkan warna merah muda yang stabil pada produk daging sapi kyuring. Penambahan NaNO2 yang cukup dan tidak berlebih pada daging sapi diharapkan menjadi lebih aman dan lebih sehat untuk dikonsumsi. Empat perlakuan kyuring perendaman dalam larutan NaNO2 (20, 30, 40 dan 50 ppm) diaplikasikan pada daging sapi segar (bagian bottom round). Warna kyuring (merah muda) yang dihasilkan setelah pemanasan daging sapi pascakyuring dievaluasi oleh panelis ahli. Hasil evaluasi warna kyuring daging sapi kyuring kering oven menunjukkan bahwa semua perlakuan kyuring (20, 30, 40 dan 50 ppm NaNO2)berwarna coklat kemerahan. Kyuring dengan larutan 50 ppm NaNO2 menghasilkan warna kemerahan yang paling tinggi dibandingkan kyuring dengan konsentrasi larutan lainnya. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa konsentrasi NaNO2 minimal 20 ppm dan maksimal 50 ppm cukup untuk menginduksi dan memfiksasi warna kyuring pada daging sapi kyuring.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115455586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus Dan Kebuntingan Awal Pada Sapi Peranakan Ongole (PO)","authors":"S. Supriyanto, Pramu Pramu, N. Ahadiati","doi":"10.36626/jppp.v13i23.116","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i23.116","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan folikel ovarium selama siklus estrus dan awal kehamilan. Sebanyak dua belas sapi Ongole-persilangan yang disinkronisasi menggunakan prostaglandin, kemudian diperiksa melalui ultrasonografi (USG) dan diambil serum darah berturut-turut pada hari 19 (proestrus), hari 0 (estrus) atau pada saat inseminasi, hari 5 (metestrus), hari 15 ( diestrus), hari 19, hari 30 dan 60 setelah inseminasi. Penegasan status reproduksi sapi eksperimental dilakukan dengan penentuan konsentrasi estrogen dan progesteron. Pemeriksaan ultrasonografi selama siklus estrus dan awal kehamilan menunjukkan gambar perkembangan folikel tahap metestrus, diestrus dan awal kehamilan perubahan menjadi corpus tingkat luteum.Estrogen (pg / ml) vs progesteron (ng / ml) menunjukkan bahwa 19 hari setelah esrus (8,611 ± 0,126 dan 1,422 ± 0,097), b. Estrus (15,844 ± 0.150 dan 0,866 ± 0.100), c. Metestrus 5 hari setelah IB (3,667 ± 0,281 vs 2,788 ± 0,153); d. Diestrus 15 hari setelah IB (4,044 ± 0,235 vs 7,076 ± 0,122); e. bunting 30 hari setelah IB (4,272 ± 0,101 vs 8,186 ± 0,120).","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123882853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tampilan Ferning Pre - Post Inseminasi Buatan Berdasarkan Umur Sapi Simpo F1 Dan F2 Di Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah","authors":"N. Andini, E. T. Setiatin, S. Sutopo","doi":"10.36626/JPPP.V13I23.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/JPPP.V13I23.105","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan ferning sapi betina SIMPO F1 dan F2 berdasarkan umur di Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 20 ekor sapi betina SIMPO, masing-masing 7 ekor SIMPO F1 dan 13 ekor SIMPO F2 milik peternak rakyat. Metode pengambilan lendir serviks menggunakan ulas vagina, dikoleksi sebanyak 6 jam sekali dalam 24 jam, dengan menggunakan cotton bud. Parameter yang diamati meliputi tampilan ferning, kelimpahan dan konsistensi lendir serviks. Gambaran ferning diperoleh dengan cara mengoleskan lendir serviks di atas object glass, dikeringudarakan kemudian diamati dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 10x10. Gambaran tampilan ferning sapi betina SIMPO F1 dan F2 bervariasi, berupa cabang primer, sekunder dan tersien. Kemudian dievaluasi berdasarkan skoring. Gambaran terlihat lebih jelas dan nyata membentuk daun pakis. Hasil uji observasional dan deskriptif dapat disimpulkan bahwa tampilan ferning, kelimpahan dan konsistensi berbeda pada 20 SIMPO F1 dan F2. ","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130793677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Robertus Septian Randy Pratama, T. A. Sarjana, E. Suprijatna, A. Atmomarsono
{"title":"Pemanfaatan Protein Ransum pada Ayam Broiler yang Dipelihara pada Tingkat Kandang Kepadatan Tinggi","authors":"Robertus Septian Randy Pratama, T. A. Sarjana, E. Suprijatna, A. Atmomarsono","doi":"10.36626/jppp.v16i29.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v16i29.66","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan protein ransum padaayam broiler yang dipelihara dalam kandang kepadatan tinggi. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah ayam broiler sebanyak 280 ekor umur 15 hari dengan bobot badan rata-rata 298,37±23,33g. Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan pada penelitian ini dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu T1 = kepadatan kandang 8 ekor/m 2 , T2 = kepadatan kandang 12 ekor/m 2 , T3 = kepadatan kandang 16 ekor/m 2 dan T4 = kepadatan kandang 20 ekor/m 2 . Parameter penelitian terdiri dari konsumsi protein, kecernaan protein, dan retensi nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kepadatan kandang berpengaruh nyata menurunkan konsumsi protein (P<0,05) tanpa mempengaruhi kecernaan protein dan retensi nitrogen. Disimpulkan bahwa peningkatan kepadatan kandang tinggi dapat menurunkan konsumsi protein tetapi tidak berpengaruh buruk pada nilai kecernaan protein dan retensi nitrogen. ","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124027038","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Umur Pemangkasan Batang Tanaman Jagung Diatas Tongkol (Topping) Untuk Pakan Ternak Terhadap Bobot Panen Tanpa Klobot","authors":"N. Nuryanto","doi":"10.36626/jppp.v16i29.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v16i29.68","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan (Mei sampai dengan Agustus 2018) dilahan sawah seluas 1.000 m2 di Desa Pagersari, Mungkid, Magelang. Lahan dibagi 64 petak (2,25 x 6 m) untuk ditanami jagung hibrida jarak baris 70 cm dan jarak dalam baris 20 cm. Secara acak, 64 petak dibagi 8 macam perlakuan umur pemangkasan tanaman jagung diatas tongkol untuk pakan ternak (topping) dan diulang 8 kali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot hijauan pakan tenak hasil hasil topping (gr/btg) dan bobot panen jagung tanpa klobot (gr/tkl). Data dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (8 X 8) danuntuk uji kepastiannya digunakan Duncan’s Multiple Range Test. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa, umur topping berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap bobot hijauan pakan ternak maupun bobot panen jagung tanpa klobot. Pada umur topping 8 sampai dengan 11 minggu, bobot hijauan hasil topping semakin menurun, yakni berturut-turut 148 gr/btg, 120 gr /btg, 114 gr/btg dan 113 gr/btg tetapi bobot panen jagung tanpa klobot semakin meningkat, yakni berturut-turut 127 gr/tkl, 139 gr/tkl, 149 gr/tkl dan 159 gr/tkl. Mulai umur topping 12 sampai dengan 15 minggu, kedua variabel cenderung konstan, yakni bobot hijaun hasil topping berturut-turut 107 gr/btg, 101 gr/btg, 100gr/btgdan 100 gr/btg sedangkan bobot panen jagung tanpa klobot berturut-turut adalah 180 gr/tkl, 181 gr/tkl, 186 gr/tkl dan 187 gr/tkl. Disimpulkan bahwa, agar bobot panen tanpa klobot tidak terpengaruh, maka pemangkasan tanaman jagung diatas tongkol (topping) untuk pakan ternak seyogyanya dilakukan mulai umur 12 minggu.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115094949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Penggunaan Tepung Limbah Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Profil Hematologis Itik Pengging Betina","authors":"F. Evandharu, I. Isroli, E. Suprijatna","doi":"10.36626/jppp.v13i24.80","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.80","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung limbah rumput laut fermentasi (TLRLF) terhadap profil hematologis itik Pengging betina. Materi penelitian adalah 125 ekor itik Pengging betina umur 32 minggu. Ransum tersusun dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, CaCO3, premix, methionin, lysin, tepung sumpil (Brotia costulla), tepung limbah rumput laut (TLRL) dan TLRLF. Rancangan Acak Lengkap (RAL) diterapkan dengan 5 perlakuan, 5 ulangan, T0: ransum kontrol tanpa TLRL; T1: ransum mengandung 15% TLRL, T2: ransum mengandung 15% TLRLF; T3: ransum mengandung 17,5% TLRLF; T4: ransum mengandung 20% TLRLF. Parameter yang diamati yaitu jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin, tetapi meningkatkan (P<0,05) kadar hematokrit.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130033463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Massa Kalsium Dan Phospor Tulang Pada Ayam Lokal Persilangan Yang Diberi Ransum Menggunakan Kayambang (Salvinia Molesta)","authors":"K. Adnan, N. Suthama, W. Sarengat","doi":"10.36626/jppp.v13i24.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.76","url":null,"abstract":"Penelitian dilakukan untuk mengetahui level penggunaan Kayambang (Salvinia molesta) terhadap retensi kalsium dan phospor, massa kalsium dan phospor tulang, asupan protein dan pertambahan bobot badan harian pada ayam kampung persilangan. Materi penelitian menggunakan 100 ekor ayam persilangan umur 3 minggu dengan bobot badan awal 218,76±0,54 gram. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (ransum basal, 6% ransum mengandung kayambang, 12%, dan ransum mengandung kayambang 18%) dengan 5 ulangan yang terdiri dari 5 ekor setiap unit. Parameter yang diamati meliputi retensi Ca dan P, massa Ca dan P, asupan protein dan pertambahan bobot badan harian. Hasil penelitian menunjukan pemberian kayambang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi dan massa Ca dan P, asupan protein dan pertambahan bobot badan harian. Pemanfaatan kayambang sampai 18% dapat meningkatkan retensi Ca dan P, massa Ca dan P, asupan protein dan pertambahan bobot badan harian pada ayam kampung persilangan.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114149485","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Pendapatan Dan Profitabilitas Usaha Ternak Ayam Pedaging Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati","authors":"P. M. Puspita, S. Santoso, W. Sarengat","doi":"10.36626/jppp.v13i24.93","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.93","url":null,"abstract":"Sebuah penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usaha serta untuk mengetahui tingkat profitabilitas pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan ayam pedaging di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi (pengamatan). Jenis data dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai aspek teknis dan keuangan. Data primer berupa data “Time Series” selama bulan Januari-Desember 2014. Analisis kuantitatif diuji menggunakan one sample t-test, untuk membandingkan nilai profitabilitas terhadap suku bunga deposito perbankan. Berdasarkan hasil penelitian pendapatan bersih usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Cluwak pada tahun 2014 mencapai Rp 40.998.101. Nilai profitabilitas yang dicapai pada tahun 2014 sebesar 7,52%. Berdasarkan one sample t-test perbandingan profitabilitas dengan suku bunga deposito perbankan, menunjukkan hanya terdapat satu perusahaan dari 5 perusahaan inti yang berbeda nyata (P≤0,05), sedangkan keempat yang lain tidak berbeda nyata (P>0,05). Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Profitabilitas sebagian besar peternak plasma dari seluruh perusahaan inti di Kecamatan Cluwak menghasilkan keuntungan melalui angka profitabilitas yang lebih besar dibanding suku bunga deposito bank.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123987923","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Efek Fermentasi Hijauan Potensi Antelmintik Menggunakan Trichoderma Sp. Terhadap Jumlah Epg Feses Dan Eritrosit Kambing","authors":"Pramu Pramu, Y. R. Kusuma, T. Susilo","doi":"10.36626/jppp.v13i24.92","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.92","url":null,"abstract":"Pengendalian penyakit cacing nematoda secara efektif dibutuhkan untuk kesehatan ruminansia kecil. Penggunaan antelmintik telah dilaporkan mampu memunculkan potensi resistensi. Oleh karena itu perlu upaya penemuan bahan alami yang lebih ramah lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek fermentasi pada hijauan daun potensi antelmintik menggunakan Trichoderma sp. terhadap jumlah egg per gram feses cacing H. contortus dan jumlah eritosit pada kambing. Trichoderma sp diisolasi dan diperbanyak. Empat macam hijauan potensi antelmintik dikeringkan dengan dijemur untuk kemudia difermentasikan. 15 ekor kambing digunakan dalam uji in vivo dikelopokkan menjadi 5 kelompok; tidak diobati, 5X106 Trichoderma sp, fermentasi hijauan potensi antelmintik Trichoderma sp, hijauan potensi antelmintik, Levamisol. Terdapat perbedaan nyata (P<0,05) penurunan jumlah telur cacing terutama antara kelompok yang tidak diobati dengan kelompok perlakuan. Penurunan terbesar terjadi pada pemberian levamisol, kemudian diikuti pada pemberian hijauan potensi antelmintik, kemudian pada pemberian fermentasi hijauan, dan pemberian 5X106 Trichoderma sp. Terdapat perbedaan yang nyata pada jumlah eritrosit (P<0,05) antara kelompok perlakuan maupun lama waktu pemberian perlakuan. Pemberian hijauan potensi antelmintik, Trichoderma sp, dan fermentasi Trichoderma sp pada kambing yang terinfeksi H contortus masing-masing secara nyata mampu menurunkan jumlah telur cacing H contortus serta meningkatkan jumlah eritrosit.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131693155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kecernaan Dan Fermentabilitas Nutrien Rumput Gajah Secara In Vitro Ditanam Dengan Pemupukan Arang Aktif Urea","authors":"Y. Widodo, L. K. Nuswantara, F. Kusmiyati","doi":"10.36626/jppp.v13i24.95","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.95","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pemupukan arang aktif urea pada rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO) dan produksi VFA. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu T1=0% (tanpa arang aktif) dengan urea 1,0 g/tanaman , T2=5 g arang aktif dengan urea 1,0 g/tanaman, T3=10 g arang aktif dengan urea 1,0 g/tanaman dan T4=15 g arang aktif dengan urea 1,0 g/tanaman. Parameter yang diamati : Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA, Produksi NH3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata (P<0,05) pemupukan arang aktif urea terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan produksi NH3. Simpulan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemupukan arang aktif urea pada T3 dan T4 menghasilkan kecernaan (bahan kering dan bahan organik) serta fermentabilitas (produksi VFA dan NH3) nutrien rumput gajah secara in vitro yang tertinggi.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"171 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114737815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}