{"title":"UPACARA NGUSABHA SATUH DI PURA DALEM BANJAR PAKEL DESA GEGELANG","authors":"I. P. Sarjana","doi":"10.32795/vw.v1i2.193","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/vw.v1i2.193","url":null,"abstract":"Tulisan ini mengkaji tentang Ngusabha Satuh di Pura Pura Dalem Banjar Pakel Desa Gegelang Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem antara lain; daksina, peras, soda, banten pengambian, prayascita, byakawonan, penyeneng dan caru ayam berumbun. Materi utama dari upacara Ngusabha Satuh tersebut adalah satuh dan Emping. Upacara Ngusabha Satuh yang dilaksanakan di Pura Dalem Banjar Pakel mempunyai makna religius magis, makna kesucian dan makna pendidikan (pendidikan tattwa, pendidikan etika dan pendidikan upacara). Makna religius magis upacara Ngusabha Satuh sebagai suatu sradha/keyakinan bahwa upacara ini memiliki makna dan tujuan untuk memohon kesehatan atau keselamatan agar tidak diserang wabah penyakit (Gering) diwujudkan melalui upakara (banten). Kesucian jasmani dan rohani, sekala dan niskala yang diutamakan dalam upacara ini merupakan makna kesucian yang terkandung dalam upacara Ngusabha Satuh ini. Sebagai rasa angayu bagia kehadapan Ida Sang Hyang Widhi beserta Ista Dewatanya. Sebagai Sradha Bhakti atas anugrah yang dilimpahkan kepada manusia.","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"32 7","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114123197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TINJAUAN HUKUM ADAT BALI TERHADAP PELAKSANAAN PERKAWINAN NYEBURIN","authors":"I. G. A. Artatik","doi":"10.32795/vw.v1i2.188","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/vw.v1i2.188","url":null,"abstract":"Perkawinan nyeburin adalah nama jenis atau bentuk perkawinan menurut adat dan agama Hindu di Bali dimana si wanita berstatus sebagai purusa yang ditetapkan sebagai sentana rajeg dan si pria selaku predana keluar dari rumpun keluarga asalnya dan melakukan (mecebur) atau masuk kedalam lingkungan keluarga istrinya. Upacara perkawinan secara agama Hindu akan dapat dilaksanakan bilamana kedua mempelai beragama Hindu. Jika sebelumnya salah seorang dari mempelai itu tidak beragama Hindu, maka kepada yang bersangkutan wajib mengikuti upacara Sudhi Wadani. Tanpa upacara ini, menurut hukum Agama Hindu maupun secara administrative perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan, karena setiap perkawinan menurut agama Hindu akan sah bila sebelumnya kedua mempelai beragama Hindu.","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"105 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124214603","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMANFAATAN DAN MAKNA AIR DALAM VEDA","authors":"N. Sudaryati","doi":"10.32795/VW.V1I2.194","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/VW.V1I2.194","url":null,"abstract":"Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam suatu makhluk hidup mengingat, air menjadikan segala jenis makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemanfaatan dan makna air dalam Veda. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan pada bulan Oktober 2018. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa pemanfaatan air di masyarakat bersumber dari ajaran Veda, yang memiliki makna di masing-masing pemanfaatan tersebut. Adapun pemanfaatan dan makna air dalam Veda sebagai berikut: Air sebagai makna penyembuhan, makna kesuburan, makna penyucian, makna keabadian, makna siklus, dan air sebagai makna pelestarian.","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122309512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"DISEQUILIBRIUM BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT","authors":"I. Paramita","doi":"10.32795/VW.V1I2.190","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/VW.V1I2.190","url":null,"abstract":"Tulisan ini ingin membahas tentang ketidakseimbangan (disequilibrium) harmonisasi tubuh dan alam yang merupakan dampak dari kebudayaan modern yang cenderung antroposentrik. Sebagaimana kebudayaan timur, khususnya Hindu memandang antara manusia dan alam sebagai satu kesatuan. Budaya Bali cenderung melihat keseluruhan dan keutuhan sebagai sesuatu yang utama. Individu atau bhuana alit, tidak memiliki peranan sendiri yang asali, ia harus menyesuaikan diri dengan kembali pada kosmos besar – bhuana agung. Keduanya memiliki unsur-unsur pembentuk yang sama. Itulah sebab tubuh memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda alam. Bisa dikatakan, hubungan antara manusia dan alam tidak lagi sebatas etis, tetapi ontologis. Hilangnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam menyebabkan terjadinya disekuilibrium – ketidakseimbangan. Kebudayaan antroposentrik yang berpusat pada “aku berpikir” memutus relasi ontologis antara manusia dan alam. Inilah yang menyebabkan aksi-aksi perusakan terhadap lingkungan alam. ","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124056133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM CERITA PERGURUAN SANG ARUNIKA, SANG UTAMANYU, DAN SANG WEDA KEPADA BHAGAWAN DHOMYA","authors":"I. W. Dauh","doi":"10.32795/VW.V1I2.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/VW.V1I2.185","url":null,"abstract":"Pendidikan merupakan sebuah proses di mana manusia memperoleh pengajaran untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan kehidupan. Dalam proses pendidikan, peran guru tidak saja mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya, tetapi lebih pada pembentukan sikap, moral, dan pribadi yang luhur terhadap siswa. Tuntunan ajaran agama Hindu banyak sekali dituangkan dalam konsep cerita karena pendidikan agama Hindu sesungguhnya dari dulu telah mengusahakan pendidikan kepada siswa dengan menyeimbangkan aspek jasmani dan rohani. Salah satu ajaran tata susila yang ada dalam ajaran agama Hindu adalah ajaran yang terkandung dalam cerita “Bhagawan Dhomya”. Cerita Bhagawan Dhomya merupakan cerita yang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang mampu dijadikan pedoman atau pegangan pada masa (tahapan) berguru baik sebagai siswa dan guru, karena mengingat penyelenggaraan pendidikan terhadap tingkah laku siswa di zaman sekarang yang semakin cenderung menurun.","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132537906","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POSISI WANITA PADA HUKUM HINDU DALAM SISTEM VIVAHA SAMSKARA","authors":"Wayan Martha","doi":"10.32795/vw.v1i2.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.32795/vw.v1i2.184","url":null,"abstract":"Artikel ini berupaya menjelaskan tentang posisi wanita pada hukum Hindu khususnya dalam sistem Vivaha Samskara. Posisi wanita selalu harus terjaga, terlindungi, terawat dan terpelihara. Sejak perempuan (wanita) masih bayi sampai ia menjadi dewasa ia dipelihara oleh orang tuanya, sejak sudah menikah ia dipelihara suaminya dan setelah sudah tua ia dipelihara oleh anak-anaknya. Jadi wanita selalu dalam posisi dijaga ekstra ketat, tidak terlalu memberikan kebebasan dengan alasan yang sangat logis, wanita selalu dalam posisi tereksploitasi, termarginalkan dan menanggung beban, ujung-ujungnya yang kena getah pasti wanita. Dalam keaadan demikian wanita selalu menjaga kehormatannya (pativrata), menjalankan tugas dan kewajiban (sadvi) serta keharuman nama keluarga (kirtim).","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115884789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}