Silvi ayu Wulansari, U. Umarudin, Lailatus Sa’diyah
{"title":"Pengaruh Variasi Jenis dan Konsentrasi Gelling Agent Terhadap Karakteristik Fisik Emulgel Koenzim Q10","authors":"Silvi ayu Wulansari, U. Umarudin, Lailatus Sa’diyah","doi":"10.52365/jecp.v2i2.464","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i2.464","url":null,"abstract":"Koenzim Q10 berperan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan akibat radikal bebas. Koenzim Q10 untuk memenuhi kebutuhan sel jumlahnya terbatas, sehingga untuk mencegah timbulnya penuaan dengan menggunakan skin care secara topical, salah satu bentuk sediaan topikal yaitu emulgel. Penggunaan bahan pembentuk gel merupakan komponen penting dalam sediaan gel, karena jenis dan konsentrasi bahan pembentuk gel dapat mempengaruhi karakteristik fisik gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jenis dan konsentrasi gelling agent terhadap sifat fisik emugel koenzim Q10. Pada penelitian ini dibuat 6 formula dengan variasi jenis dan konsentrasi gelling agent. F1, F2, F3 mengandung carbopol 940 (0,5; 0,75 dan 1%) F4, F5, F6 mengandung CMC-Na (3; 3,5 dan 4%) dan semua formula emugel mengandung koenzim Q10 0,5%. Parameter yang diamati adalah karakteristik fisik emulgel koenzim Q10 (pengamatan organoleptis dan homogenitas, pengujian pH, daya sebar, pengujian viskositas, dan pengujian daya lekat). Analisa data penelitian ini dengan One Way Anova. Hasil penelitian karakteristik fisik sediaan pada formula 1-6 emulgel koenzim Q10 dari segi organoleptis memiliki karateristik sesuai dengan spesifikasi dari bentuk sediaan, warna, aroma dan homogenitas. Temuan penelitian ini sediaan emulgel yang mengandung carbopol 940 pada F1, F2, F3 memiliki nilai pH (5,91c; 5,77b; 5,32a) daya sebar (6,4c; 6,1b; 5,8a) viskositas (2.445a; 2.976b; 3.083c) dan daya lekat (18a; 21b; 29c) dan sediaan emulgel yang mengandung CMC-Na pada F4, F5, F6 memiliki nilai pH (6,25a ; 6,28a; 6,27a) daya sebar (6,6c; 6,3b; 5,1a) viskositas (2.379a; 2.926b; 3.157c) dan daya lekat (13a; 19b; 37c). Simpulan penelitian ini gelling agent yang digunakan pada emulgel koenzim Q10 dapat berpengaruh terhadap karakteristis fisik sediaan, dari keenam formula (F1-F6) formula F2 yang menggunakan gelling agent carbopol 940 merupakan formula yang paling optimum.Coenzyme Q10 acts as an antioxidant to prevent aging caused by free radicals. Coenzyme Q10 to meet the needs of cells is limited in number, so to prevent aging by using skin care topically, one of the topical dosage forms is emulgel. The use of gelling agents is an important component in gel preparations, because the type and concentration of gelling agents can affect the physical characteristics of the gel. This study aims to determine the effect of variations in the type and concentration of gelling agent on the physical properties of emugel coenzyme Q10. In this study, 6 formulas were made with variations in the type and concentration of gelling agent . F1, F2, F3 contained carbopol 940 (0.5 ; 0.75 and 1%) F4, F5, F6 contained CMC-Na (3; 3.5 and 4%) and all emugel formulas contained coenzyme Q10 0.5% . Parameters observed were physical characteristics of coenzyme Q10 emulgel (organoleptic and homogeneity observations, pH testing, dispersion, viscosity testing, and adhesion testing). Analysis of this research data with One Way Anova . T","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131005308","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kajian Morfologi, Fitokimia, dan Aktivitas Imunomodulator Tiga Spesies Genus Etlingera : E. elatior, E. hemisphaerica, dan E. pauciflora","authors":"L. Vania, M. Wulan, Syipa Siti Saripah","doi":"10.52365/jecp.v2i2.424","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i2.424","url":null,"abstract":"Salah satu tanaman khas Indonesia yang berpotensi sebagai imunomodulator adalah genus Etlingera. Indonesia memiliki tiga spesies genus Etlingera yaitu E. elatior, E. hemisphaerica, dan E. pauciflora. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji informasi terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai morfologi, kandungan kimia, dan aktivitas imunomodulator tiga spesies genus Etlingera (E. elatior, E. hemisphaerica, dan E. pauciflora). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode kajian literatur sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi tiga spesies genus Etlingera dapat dibedakan dari bentuk setiap bagian tanamannya. Bunga E. elatior memiliki tepian berwarna putih dengan bentuk mahkota meruncing, sedangkan E. hemisphaerica memiliki tepian bunga berwarna kuning terang dengan bentuk mahkota bunga melebar. E. pauciflora memiliki bunga berwarna merah kejinggan dengan bentuk runcing memanjang. Tanaman ini mengandung berbagai senyawa yang dapat meningkatkan imunitas tubuh seperti flavonoid, tanin, terpenoid, saponin dan essential oil. Etlingera elatior menunjukkan aktivitas paling tinggi sebagai imunostimulan dengan mekanisme kerja fagositosis, sedangkan spesies Etlingera hemisphaerica juga memiliki aktivitas dengan mekanisme peningkatan jumlah leukosit yang signifikan namun tetap dalam batas normal sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Belum ditemukan penelitian lebih lanjut terhadap spesies E. pauciflora mengenai kandungan kimia maupun aktivitas imunomodulatornya. Dapat disimpulkan bahwa tanaman genus Etlingera dapat dibedakan secara morfologi, sedangkan dua dari tiga spesies yaitu E.elatior dan E.hemisphaerica memiliki aktivitas sebagai imunostimulan dengan kandungan utamanya adalah flavonoid.One of the typical Indonesian plants that have the potential as an immunomodulator is the genus Etlingera. Indonesia has three species of the genus Etlingera, namely E. elatior, E. hemisphaerica , and E. pauciflora . The purpose of this study was to review information on previous studies regarding the morphology, chemical composition, and immunomodulatory activity of three species of the genus Etlingera ( E. elatior, E. hemisphaerica , and E. pauciflora ). This research is a qualitative research with a systematic literature review method. The results showed that the morphology of the three species of the genus Etlingera could be distinguished from the shape of each part of the plant. E. elatior flowers have white edges with a tapered crown, while E. hemisphaerica flowers have bright yellow edges with wide flower crowns. E. pauciflora has orange-red flowers with an elongated pointed shape. This plant contains various compounds that can increase the body's immunity such as flavonoids, tannins, terpenoids, saponins and essential oils . Etlingera elatior showed the highest activity as an immunostimulant with a phagocytosis mechanism, while Etlingera hemisphaerica species also had activity with a significant increas","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"106 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115741959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik Krim Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.)","authors":"Awalludin Awalludin, Robert Tungadi, E. Djuwarno","doi":"10.52365/jecp.v2i2.433","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i2.433","url":null,"abstract":"Minyak biji kelor merupakan tanaman yang memiliki efek antioksidan karena memiliki kandungan flavanoid yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengembangan minyak biji kelor dalam bentuk sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi serta mengevaluasi sediaan krim. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan krim dibuat dengan dengan tiga formula konsentrasi minyak biji kelor yang berbeda yaitu FI (3%); FII (4%); FIII (5%). Evaluasi stabilitas sediaan krim meliputi pengamatan organoleptik (bau, warna, tekstur), uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar. Hasil pemeriksaan mutu sediaan organoleptik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dalam sediaan krim maka semakin kental pula sediaan tersebut, uji homogenitas sediaan menunjukkan susunan yang homogen, uji pH yang dihasilkan 5,8-6,1, uji viskositas sediaan yang dihasilkan 5900 Cp, 5300 Cp, dan 5240 Cp, dan uji daya sebar yang dihasilkan 7 cm, 6,5 cm, 5,5 cm. Maka dapat disimpulkan bahwa FI, FII dan FIII krim minyak biji kelor dapat diformulasikan sebagai sediaan krim.Moringa seed oil is a plant that has an antioxidant effect because it has a high flavonoid content, so it is necessary to develop Moringa seed oil in the form of cream preparations. This study aims to formulate and evaluate cream preparations. This research is an experimental laboratory research. Cream preparations were made with three different concentration formulas of Moringa seed oil, namely FI (3%); FII (4%); FIII (5%). Evaluation of the stability of the cream preparation included organoleptic observations (smell, color, texture), homogeneity test, pH test, viscosity test, and spreadability test. The results of the quality inspection of organoleptic preparations showed that the higher the concentration in the cream preparation, the thicker the preparation, the homogeneity test of the preparation showed a homogeneous arrangement, the pH test produced was 5.8 -6.1, the viscosity test of the preparation produced 5900 Cp, 5300 Cp , and 5240 Cp, and the resulting dispersion test was 7 cm, 6.5 cm, 5.5 cm. So it can be concluded that FI, FII and FIII Moringa seed oil cream can be formulated as a cream preparation.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125002939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Insyira Fadliana Basri, Fihrina Mohamad, N. Slamet, Arlan K. Imran, Rizka Puji Astuti Daud, Fitriah Ayu Magfirah Yunus, P. S. Wicita, Rakhmadhana Fitraeni Basri
{"title":"Skrining Fitokimia dari Ekstrak Metanol Akar Kelor (Moringa oleifera L.)","authors":"Insyira Fadliana Basri, Fihrina Mohamad, N. Slamet, Arlan K. Imran, Rizka Puji Astuti Daud, Fitriah Ayu Magfirah Yunus, P. S. Wicita, Rakhmadhana Fitraeni Basri","doi":"10.52365/jecp.v2i2.345","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i2.345","url":null,"abstract":"Tanaman kelor tumbuh di daerah tropis dan telah dikenal oleh masyarakat sebagai sayur dan berkhasiat sebagai obat tradisional. Sangat jarang ditemukan penelitian yang mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada bagian akar kelor. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam akar kelor (Moringa oleifera L.) yang berasal dari Desa Talulobutu, Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian ini menggunakan reagen Mayer dan reagen Dragendorff untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid, reagen NaOH 4% untuk mengidentifikasi senyawa tanin, reagen Pb(C2H3O2)2 10% untuk megidentifikasi senyawa flavonoid, dan uji buih menggunakan aquadest panas untuk megidentifikasi senyawa saponin.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132420131","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Reza Agung Sriwijaya, Ahmad Fatoni, Anggraini Anggraini
{"title":"Evaluasi Mutu Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi RS. X Palembang Berdasarkan Standart Nasional Akreditasi Rumah Sakit","authors":"Reza Agung Sriwijaya, Ahmad Fatoni, Anggraini Anggraini","doi":"10.52365/jecp.v2i1.371","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.371","url":null,"abstract":"Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP),salah satunya penyimpanan obat harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu penyimpanan obat berdasarkan Standar Akreditasi Nasional Rumah Sakit (SNARS) Jenis penelitian ini adalah non eksperimental,deskriptif dengan pengamatan langsung terhadap fasilitas penyimpanan obat. Pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan apoteker di Instalasi Farmasi bagian penyimpanan obat rumah sakit X menggunakan lembar chek list ditabel pengamatan, kemudian dihitung persentasenya. hasil didapat Standar Operasional Prosedur Penyimpanan sebesar 100% (baik), kondisi sarana dan prasarana penyimpanan kesesuaian sebesar 93% (Baik) dan pengaturan penyimpanan obat kesesuaian sebesar 96% (Baik).","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121823682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perilaku Swamedikasi pada Pandemi COVID-19","authors":"Adilla Dwi Nur Yadika","doi":"10.52365/jecp.v2i1.372","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.372","url":null,"abstract":"Penggunaan obat-obatan tanpa konsultasi profesional medis dan membeli obat bebas adalah salah satu masalah penting yang mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat. Swamedikasi menjadi ancaman dan perhatian serius di karena kasusnya terus meningkat. Walaupun dibeberapa tempat di dunia swamedikasi masih dilakukan dalam batas wajar namun timbul kekhawatiran karena kurangnya literasi kesehatan, program pendidikan dan pelatihan tentang swamedikasi dan juga kebijakan yang belum kuat tentang pelarangan obat-obatan tanpa resep dokter. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menilai perilaku swamedikasi pada pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan studi literature review, Sumber ilmiah didapatkan dari google scholar dan Pubmed berupa textbook dan jurnal ilmiah yang berjumlah 26 buah. Tingginya aktivitas swamedikasi yang belum tepat dan tanpa konsultasi profesional medis dan membeli obat bebas adalah salah satu masalah penting yang mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat. Swamedikasi menjadi ancaman dan perhatian serius di karena kasusnya terus meningkat dan membawa dampak merugikan seperti resistensi antibiotik dan reaksi obat yang merugikan.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116469510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fadli Husain, Vyani Kamba, Zulfiayu Zulfiayu, Arlan K. Imran
{"title":"Analisis Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Gorontalo Periode Tahun 2018 dan 2019","authors":"Fadli Husain, Vyani Kamba, Zulfiayu Zulfiayu, Arlan K. Imran","doi":"10.52365/jecp.v2i1.352","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.352","url":null,"abstract":"Instalasi farmasi sering menghadapi permasalahan pada tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan. Pengelolaan obat yang buruk menyebabkan tingkat ketersediaan obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk karena tidak sesuainya perencanaan obat, serta banyaknya obat yang kadaluwarsa/rusak akibat sistem distribusi yang kurang baik sehingga dapat berdampak kepada inefisiensi penggunaan anggaran/biaya obat di tingkat Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dan concurent. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Kab. Kota se-Provinsi Gorontalo. Alat ukur penelitian ini adalah daftar pertanyaan berdasarkan indikator standar yang telah ditetapkan sesuai pedoman yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi pengelolaan obat kabupaten/kota, serta melakukan wawancara langsung kepada penanggung jawab Instalasi Farmasi setempat. Hasil penelitian didapatkan bahwa; alokasi dana pengadaan obat tahun 2018 > 2 Miliar rupiah dan tahun 2019 1,7 Miliar - 4,3 Miliar rupiah. Terdapat 50% Kabupaten/kota yang sudah memiliki Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT) di lingkungan Dinas Kesehatan. Biaya obat perkapita bila menggunakan standar WHO 1 US$ perkapita maka 80% Kabupaten/Kota sudah sesuai bahkan melampaui, hanya 1 kabupaten yang dibawah standar WHO. Terdapat 83% Kabupaten/kota yang kesesuaian item obat dengan DOEN diatas 80% dan seluruh Kabupaten Kota mempunyai kesesuaian FORNAS lebih dari 80%.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128481154","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kajian Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Untuk Penyakit Hipertensi Di Kelurahan Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa","authors":"Nurul Hidayah Base, Yusriyani Yusriyani, Siti Hardianti","doi":"10.52365/jecp.v2i1.341","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.341","url":null,"abstract":"Tumbuhan obat merupakan seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu tumbuhan obat tradisional, tumbuhan obat modern, dan tumbuhan obat potensial. Kajian etnofarmakologi tumbuhan obat dalam pengobatan penyakit hipertensi dilakukan untuk mengkaji informasi tentang pemanfaatan tumbuhan obat meliputi nama tumbuhan, bagian Tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan dan penggunaannya berdasarkan kebiasaan masyarakat di kelurahan Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Penelitian dilakukan dengan metode Snowball sampling dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikaji dengan metode literasi untuk mendapatkan informasi ilmiah dari hasil penelitian maupun dari rujukan buku dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 13 jenis tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit hipertensi yang terdiri dari 46,15% daun, 38,64% buah, 7,69% akar, dan 7,69% umbi. Rata-rata tumbuhan obat diolah dengan cara direbus menggunakan air mendidih kemudian dikonsumsi dengan cara diminum dan 84,6% merasakan gejala penyakit berkurang setelah penggunaan tumbuhan obat secara rutin.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115686911","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Santri","authors":"Widowati Galuh Premesti, Muskhab Eko Riyadi","doi":"10.52365/jecp.v2i1.366","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.366","url":null,"abstract":"Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gastritis di Indonesia salah satunya adalah pola makan. Pola makan yang salah dapat menyebabkan infeksi pada lambung. Santry memiliki pola makan yang tidak teratur dan sering mengonsumsi makanan yang menyebabkan sakit perut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada santri Pondok Pesantren Al Itishom Gunungkidul, DI. Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan desain penelitian potong lintang yang melibatkan 159 santri Pondok Pesantren Al-Itishom Gunungkidul DI. Yogyakarta dengan besar sampel 61 responden. Pengambilan sampel berurutan digunakan untuk metode pengambilan sampel, dan uji chi-kuadrat digunakan untuk pengujian statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola makan santri yang paling banyak adalah Pondok Pesantren Al Itishom Gunungkidul DI. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) sama ~0,502, dimana Diet dan tekanan sedang menunjukkan adanya hubungan antara kejadian gastritis","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"120 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123619623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemberian Injeksi Antibiotik Pada Pasien di Ruang Perawatan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Palembang","authors":"Estelita O.N. Siregar, Sarmalina Simamora, Sonlimar Mangunsong","doi":"10.52365/jecp.v2i1.347","DOIUrl":"https://doi.org/10.52365/jecp.v2i1.347","url":null,"abstract":"Penggunaan antibiotic (AB) haruslah sesuai dengan kebutuhan klinis. Penggunaan tidak tepat memberikan berbagai dampak negatif antara lain timbulnya efek samping, mempercepat terjadinya resistensi, terjadi resiko kegagalan terapi, bertambah beban penyakit pasien, lamanya pasien menderita, serta meningkatkan biaya pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa ketepatan pemberian antibiotik injeksi di ruang rawat inap. Jenis Penelitian adalah observasional dengan pendekatan deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien dirawat inap Rumah Sakit yang diberikan antibiotik pada bulan Januari-April 2019 yang berjumlah 176 dilihat pada kartu rekam medik. Tepatnya waktu penyuntikan injeksi antibiotik dilihat dari kesesuaian catatan rekam medik dengan paraf petugas perawat SD(±30 menit) dari setiap pemberian pertama. Frekuensi umur 46-65 yang paling banyak diberikan antibiotic. Frekuensi berat badan yang < 70 kg paling banyak menggunakan antibiotik injeksi sesuai dosis. Pemberian dosis AB dengan Berat badan >70 kg belum tampak penyesuaian dosis. Pada riwayat alergi hanya 1 pasien ditemukan alergi terhadap antibiotik dari total sampel. Kesimpulan ketepatan waktu pemberian antibiotik injeksi dinyatakan 80% tepat waktu penyuntikan antibiotik injeksi sedangkan 20% tidak tepat. Sebanyak 20% belum patuh dalam penulisan rekam medik.","PeriodicalId":168977,"journal":{"name":"Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132459297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}