{"title":"Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche di SDN 44 Kota Bima","authors":"Maya Febriyanti","doi":"10.53770/amhj.v1i3.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.54","url":null,"abstract":"ABSTRACK Introduction: The average age of menarche in adolescents has decreased from 12.4 years to 11.8 years. One of the causal factors is nutritional factors that can be assessed from Body Mass Index (BMI). This study aimed to analyze the relationship between BMI and the age of menarche. Methods: This research is a quantitative analytical study with a cross-sectional design. The location is at SDN 44 Bima City. The population in this study were all students in grades IV-VI with the sampling technique of total sampling. Results: Of the4 respondents who had a lightweight BMI, all of them experienced normal menarche age, and those who had a normal BMI, most of them experienced normal menarche age, that is ten respondents (83.3%), while respondents who had a light fat BMI were seven respondents and all experienced (100%) abnormal age of menarche or early menarche. The statistical tests showed a p-value of 0.00(<0.05). Conclusion: there is a significant relationship between BMI and age of menarche. It is hoped that the next researcher will examine other factors that influence menarche and a larger population. ABSTRAK Pendahuluan: Umur menarche pada remaja rata-rata telah berkurang dari 12,4 tahun menjadi11,8 tahun. Salah satu faktor penyebab yaitu faktor gizi yang bisa dinilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan IMT dengan usia menarche. Metode :penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional, lokasi penelitian di SDN 44 Kota Bima. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IV-VI dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil: Dari 4 responden yang memiliki IMT kurus ringan seluruhnya mengalami usia menarche normal dan yang memiliki IMT normal sebagian besar mengalami usia menarche normal yaitu sebanyak 10 responden (83,3%), sedangkan responden yang memiliki IMT gemuk ringan sebanyak 7 responden dan semua mengalami (100%) usia menarche tidak normal atau menarche dini. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,00 (<.0,05). Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan usia menarche. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi menarche serta jumlah populasi yang lebih banyak.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127775259","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kadar Kafein Pada Minuman Kopi Import Yang Beredar Dikota Batam dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV","authors":"Yuliyana Yuliyana, Hesti Marliza, Mawardi Badar, Yunisa Friscia Yusri","doi":"10.53770/amhj.v1i3.62","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.62","url":null,"abstract":"ABSTRACK\u0000Introduction: Coffee is one of the delicious drinks that many people like. Coffee (Coffeasp) contains chemical compounds, one of which is caffeine. If consumed in excess, caffeine negatively affects the human body, such as nervousness, tremors, insomnia, hypertension, and seizures. UV spectrophotometry. Analysis of caffeine content of imported coffee was qualitatively used parry reagent, and analysis of caffeine content of imported coffee was quantitatively determined using UV spectrophotometry at a wavelength of 273.05 nm. Based on the qualitative test conducted, seven samples of imported coffee were positive for caffeine. In sample A, 43.15 mg caffeine content, sample B 95.1 mg caffeine content, sample C 49.3 mg caffeine content, sample D 106.05 mg caffeine content, sample E 45.81 mg caffeine content, sample F 57, 2 mg caffeine content, sample G 22 mg caffeine content. Based on the research that has been done, three samples of imported coffee do not meet the SNI standard, namely 50 mg/serving and four samples of coffee that meet the SNI standard.\u0000ABSTRAK\u0000Pendahuluan: Kopi merupakan salah satu minuman lezat yang banyak digemari oleh masyarakat. Kopi (Coffea sp) memiliki kandungan senyawa kimia salah satunya yaitu kafein. Kafein memiliki efek negative pada tubuh manusia jika dikonsumsi secara berlebihan seperti, gugup, tremor, insomnia, hipertensi dan kejang. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui berapa kadar kafein pada kopi Import yang beredar dikota Batam dan apakah sudah memenuhi standar SNI dengan menggunakan metode spektrofotometri UV. Analisis kadar kafein kopi import secara kualitatif menggunakan reagen parry dan analisis kadar kafein kopi import secara kuantitatif ditentukan menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 273,05 nm. Berdasarkan uji kualitatif yang dilakukan tujuh sampel kopi import positif mengandung kafein. Pada sampel A 43,15 mg kadar kafein, sampel B 95,1 mg kadar kafein, sampel C 49,3 mg kadar kafein, sampel D 106,05 mg kadar kafein, sampel E 45,81 mg kadar kafein, sampel F 57,2 mg kadar kafein, sampel G 22 mg kadar kafein. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan terdapat tiga sampel kopi import yang tidak memenuhi standar SNI yaitu<50 mg/sajian yaitu sampel B, D, F dan empat sampel kopi yang memenuhi standar SNI yaitu sampel A, C, E dan G.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128986939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Husnul Warnidah, Rusdiati Helmidanora, Triswanto Sentat, Yullia Sukawaty, E. Handayani
{"title":"Profil Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Muara Wis","authors":"Husnul Warnidah, Rusdiati Helmidanora, Triswanto Sentat, Yullia Sukawaty, E. Handayani","doi":"10.53770/amhj.v1i3.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.67","url":null,"abstract":"ABSTRACK\u0000Introduction: Patient compliance has an impact on treatment success. Poor adherence impedes hypertensive patients' ability to control their blood pressure; patients frequently fail to take the prescribed medication. This study aims to assess medication adherence in hypertensive patients at the Muara Wis Health Center. The MMAS-8 questionnaire and the calculation of the number of medicines were used to collect data (pill count). Patients with hypertension at the Muara Wis Health Center were eligible to participate in this study if they had been on medication for at least twelve months, had no complications, and provided informed consent. The descriptive analysis method was used to analyze the data. According to the questionnaire data, the low adherence level is 53.33 percent, moderate adherence is 33.33 percent, and high adherence is 13.33 percent. According to the pill count method, 50.00 percent of patients have low adherence, 30.00 percent have moderate adherence, and 20.00 percent have high adherence. The Spearman rank correlation test revealed a relationship between the questionnaire and pill count methods. The result shows that the patient's adherence to the Muara Wis Health Center is low. It is suggested that the Muara Wis Health Center is more active in counseling patients to increase patient motivation.\u0000ABSTRAK\u0000Pendahuluan: Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Kegagalan pasien hipertensi mencapai target penurunan darah seringkali disebabkan pasien tidak meminum obat yang diresepkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Muara Wis. Penelitian dilakukan dengan metode Cohort study menggunakan alat kuesioner MMAS-8 dan penghitungan jumlah obat yang belum diminum pasien (pill count). Sampel yang dipilih adalah pasien hipertensi di Puskesmas Muara Wis, telah meminum obat antipertensi minimal 12 bulan, tidak memiliki penyakit komplikasi, dan bersedia menjadi responden. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pasien memiliki tingkat kepatuhan minum obat yang rendah 53,33%, kepatuhan sedang 33,33%, kepatuhan tinggi 13,33%. Berdasarkan metode pill count, 50,00% pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah, 30,00% tingkat kepatuhan sedang, dan 20,00% tingkat kepatuhan tinggi. Uji korelasi spearman rank menunjukan bahwa bahwa ada hubungan antara antara tingkat kepatuhan pasien dari metode kuesioner dengan hasil perhitungan pill count. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pasien meminum obat antihipertensi di puskesmas Muara Wis masih rendah. Disarankan Puskesmas Muara Wis lebih aktif melakukan konseling kepada pasien untuk meningkatkan motivasi pasien.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"110 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126019903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Faktor Penyebab Hipertensi Pada Lansia: Literatur Review","authors":"Setiadi Syarli, Larasuci Arini","doi":"10.53770/amhj.v1i3.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.11","url":null,"abstract":"ABSTRACK\u0000Introduction: Hypertension is a public health problem in Indonesia. Results of Basic Health Research in 2018, hypertension sufferers 34.1%, hypertension is the cause of death of all ages, after stroke and TB. Hypertension is a significant cause of the increased risk of stroke, heart, and kidney. Hypertension in the elderly ranks first on the list of causes of death. This study aims to analyze the article discussing the factors associated with hypertension in the elderly. The design used is a literature review. Articles are collected using search engines such as Google Scholar, Scholar, and the Garuda Portal. Criteria for the articles used were 2013-2019. Based on the articles collected, it was found that the factors associated with the incidence of hypertension in the elderly included salt intake habits Pvalue <0.05, consumption of fatty foods Pvalue <0.05, smoking Pvalue <0.05, and exercise Pvalue <0.05. This study concludes that salt intake, consumption of fatty foods, smoking, and exercise are factors associated with hypertension in the elderly. Therefore, health workers need to promote health or prevent hypertension by providing knowledge about diet, regular physical activity, controlling stress and reducing smoking, and controlling blood pressure regularly.\u0000ABSTRAK\u0000Pendahuluan: Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 penderita hipertensi 34,1%, hipertensi berada pada urutan penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB. Hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Hipertensi pada lansia menempati urutan pertama pada daftar penyebab kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa artikel yang membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia. Desain yang digunakan adalah literature review. Artikel dikumpulkan hanya menggunakan mesin pencari seperti Google Scholar, Cendekia, dan Portal Garuda. Kriteria artikel yang digunakan adalah 2013-2019 Berdasarkan artikel yang dikumpulkan didapatkan hasil bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia meliputi kebiasaan asupan garam Pvalue <0,05, konsumsi makanan berlemak Pvalue <0,05, merokok Pvalue <0,05 dan olahraga Pvalue <0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah kebiasaan asupan garam, konsumsi makanan berlemak, merokok dan olahraga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Oleh karena itu, petugas kesehatan perlu untuk melakukan promosi kesehatan atau pencegahan hipertensi dengan memberikan pengetahuan tentang diet, aktifitas fisik secara teratur, mengontrol stress dan mengurangi merokok, dan pengontrolan tekanan darah secara rutin.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115759883","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Diabetic Peripheral Neuropaty dengan Metode Sensorimotor Exercise","authors":"M. Fadli, W. Wahyuni, Farid Rahman","doi":"10.53770/amhj.v1i3.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.53","url":null,"abstract":"ABSTRACK\u0000Introduction:Diabetic peripheral neuropathy causes sensory disturbances such as the reduced sensation of vibration, pressure, pain, and joint position, this will result in reduced ability to balance and coordinate a person's gait. Sensory-motor exercise is used to correct muscle imbalances through sensory input. This study aims to determine the effect of exercise therapy on sensory improvement, balance, and functional ability using the sensory-motor exercise method in patients with diabetic peripheral neuropathy. The research method used in this study is an experiment with the case report method, and the sample is taken using an incidental technique. Results: After being given exercise therapy using the sensory-motor exercise method, the results were an increase in sensory input sensitivity, an increase in static balance, an increase in dynamic balance, and an increase in the patient's functional ability in the form of a better walking pattern. Conclusion: exercise therapy using the sensory-motor exercise method effectively improves balance and improves walking patterns in patients with diabetic peripheral neuropathy. Suggestion: exercise to increase the movement ability of sensory and functional functions can be combined with sensory training in patients with diabetic peripheral neuropathy.\u0000ABSTRAK\u0000Pendahuluan: Diabetic peripheral neuropati mengakibatkan gangguan sensorik seperti berkurangnya sensasi getaran, tekanan, nyeri dan posisi sendi, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan keseimbangan dan koordinasi gaya berjalan seseorang, sensory motor exercise merupakan metode latihan yang digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan otot melalui input sensorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi latihan terhadap perbaikan sensoris, keseimbangan dan kemampuan fungsional dengan menggunakan metode sensori motor exercise pada pasien dengan diabetic peripheral neuropaty. Metode penelitian yang digunakan pada studi ini merupakan eksperimen dengan metode case report, dan sampel di ambil dengan teknik insindental. Hasil: setelah diberikan terapi latihan dengan metode sensory motor exercise didapatkan hasil berupa peningkatan sensitifitas input sensorik, peningkatan keseimbangan statis dan peningkatan keseimbangan dinamis serta peningkatan dari kemampuan fungsional pasien berupa pola berjalan yang lebih baik. Kesimpulan: terapi latihan dengan metode sensory motor exercise efektif untuk meningkatkan keseimbangan dan memperbaiki pola berjalan pada pasien dengan diabetic peripheral neuropaty. Saran: latihan peningkatan kemampuan gerak fungsi sensoris dan fungsional dapat dikombinasikan dengan latihan sensomotori pada penderita diabetic peripheral neuropaty.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"206 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134453507","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III","authors":"Gladeva Yugi Antari, Uyunun Nudhira","doi":"10.53770/amhj.v1i3.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i3.52","url":null,"abstract":"ABSTRACK\u0000Introduction:WHO states that 40% of pregnant women worldwide suffer from anemia, while 44.2% of pregnant women experience anemia in Indonesia. 75% of maternal mortality is due to complications such as severe bleeding (mostly bleeding after delivery), infection (usually after delivery), high blood pressure during pregnancy (pre-eclampsia and eclampsia), complications from childbirth, and apocalyptic abortion. One of the causes of heavy bleeding in pregnant women is anemia. Anemia in pregnant women is caused by a lack of iron needed for the formation of hemoglobin which is called iron deficiency anemia. The purpose of this study was the risk factors for anemia in pregnant women at the Moyo Hulu Health Center. The type of research used is descriptive-analytic with a cross-sectional approach. The sample size is 23 pregnant women. Analysis of the data used is the Chi-square test. This study shows that four factors have a relationship with the anemia status of TM III pregnant women with a p-value = 0.001, namely age, nutritional status, knowledge, and compliance. The relationship between anemia status of TM III pregnant women and parity with p-value = 0.781.\u0000ABSTRAK\u0000Pendahuluan: WHO menyebutkan bahwa 40% wanita hamil di seluruh dunia menderita anemia, sedangkan di Indonesia 44,2% wanita hamil mengalami anemia. Kematian pada ibu hamil sebesar 75% disebabkan oleh beberapa komplikasi seperti pendarahan hebat (kebanyakan pendarahan setelah melahirkan), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan dan aborsi propokatus. Salah satu penyebab perdarahan hebat pada ibu hamil adalah anemia. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin yang disebut anemia defisiensi besi.Tujuan Penelitian ini menganalisa Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Moyo Hulu. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, besar sampel sebesar 23 orang ibu hamil. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi square. Penelitian ini menunjukkan empat faktor memiliki hubungan terhadap status anemia ibu hamil TM III dengan p value = 0,001 yaitu pada faktor umur, status gizi, pengetahuan dan kepatuhan. Hubungan status status anemia ibu hamil TM III dengan paritas dengan nilai p value = 0.781.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125438929","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penurunan Tingkat Kecemasan dan Depresi Pasien Gagal Jantung Kronis dengan Meditasi","authors":"Astri Yulia Sari Lubis, Ashar Abilowo","doi":"10.53770/amhj.v1i2.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i2.45","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Angka kematian rata-rata dari pasien gagal jantung kronis tinggi, yaitu mencapai 10% pada tahun pertama didiagnosis dan meningkat sampai 50% setelah 5 tahun. Prevalensi kecemasan pada pasien gagal jantung kronis yang dirawat di Rumah Sakit adalah 40% - 60% dan depresi sebesar 13,9% - 77,5%. Kecemasan dan depresi pada pasien gagal jantung kronis dapat memperburuk prognosis pasien tersebut. Meditasi dapat menurunkan tingkat kecemasan dan depresi pasien gagal jantung kronis. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan dan depresi pasien gagal jantung kronis. Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dan rancangan penelitianya adalah pretest-posttest control group design. Tiga puluh enam pasien gagal jantung kronis dirandomisasi dengan teknik simple randomized sampling untuk menentukan responden kelompok treatment dan kontrol. Tingkat kecemasan dan depresi diukur menggunakan skala Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sebelum dan setelah penelitian. Responden penelitian kelompok treatment diajarkan meditasi dan diminta melakukannya selama 4 minggu sedangkan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Perbedaan tingkat kecemasan dan depresi (pre- dan post-test) diuji menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasilnya adalah setelah 4 minggu melakukan meditasi terdapat penurunan tingkat kecemasan dan depresi yang signifikan pada kelompok treatment yaitu pada tingkat kecemasan (p value = 0,025) dan depresi (p value = 0,008). Kesimpulannya adalah program meditasi efektif diterapkan untuk menurunkan tingkat kecemasan dan depresi pasien gagal jantung kronis. Meditasi dapat dilakukan secara terus menerus pada pasien gagal jantung kronis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129442174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Kunjungan Antenatal Care dan Pengalaman Persalinan Terhadap Depresi Pada Ibu Hamil","authors":"Yatri Hilinti, R. Situmorang, Mepi Sulastri","doi":"10.53770/amhj.v1i2.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i2.16","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Secara umum terjadi peningkatan depresi pada Ibu hamil disebabkan oleh kunjungan ANC tidak tepat dan adanya pengalaman kurang menyenangkan pada kehamilan dan persalinan sebelumnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kunjungan ANC dan pengalaman persalinan terhadap depresi pada ibu hamil di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan design cross sectional, Sampel pada penelitian ini adalah Ibu hamil Trimeter II dan III di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu yang berjumlah 158 responden. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Data yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan SPSS. Hasil: dari 158 orang responden ditemukan sebanyak 99 orang (62,7%) ibu yang tidak tepat dalam melakukan Kunjungan ANC, 86 orang (54,4%) ibu yang mengalami penyulit dalam persalinan sebelumnya, 81 orang (51,3%) ibu yang tidak mengalami depresi saat hamil, ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC tidak tepat sebesar 57 orang (36%) mengalami depresi, dan ibu hamil yang memiliki pengalaman persalinan dengan penyulit 50 orang (31,6%) mengalami depresi. Kesimpulan: Ada Pengaruh antara Kunjungan ANC dan Pengalaman Persalinan dengan Depresi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126518306","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Astri Yulia Sari Lubis, Mutiara Indah Safera, Ashar Abilowo
{"title":"Puding Kayfe Sebagai Makanan Alternatif Pencegah Anemia Defisiensi Zat Besi","authors":"Astri Yulia Sari Lubis, Mutiara Indah Safera, Ashar Abilowo","doi":"10.53770/amhj.v1i2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i2.40","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Keadaan kesehatan dan gizi kelompok usia 10-24 tahun di Indonesia masih memprihatinkan. Data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yaitu 48,9% dengan proporsi anemia pada kelompok umur 15- 24 tahun dan 25- 34 tahun. Peningkatan kandungan zat besi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti kacang hijau yang mudah diolah dan disukai masyarakat Indonesia. Kadar zat besi yang dimiliki kacang hijau adalah sekitar 7,5 mg yang berfungsi untuk membantu pembentukan Hb. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaan remaja putri terhadap Puding Kayfe sebagai makanan alternatif pencegah anemia defisiensi besi. Metode: penelitian ini menggunakan metode uji mutu hedonik atau uji kualitas. Pengumpulan data dengan metode observasi menggunakan kuesioner. Hasil: pada uji laboratorium terhadap Puding Kayfe dengan 100mg kacang hijau, didapatkan hasil mengandung 6,03mg zat besi. Hasil analisis data uji mutu hedonik menunjukkan bahwa panelis menyukai rasa puding dengan varian coklat. Kesimpulan: Puding Kayfe dapat dikonsumsi bersamaan dengan tablet tambah darah untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada remaja putri terutama pada saat menstruasi.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125200591","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Baby Massage Terhadap Durasi Menyusui Pada Bayi Usia 3-30 Hari Di Puskesmas Bulang Kota Batam","authors":"Hazen Aziz, Siti Husaidah","doi":"10.53770/amhj.v1i2.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.53770/amhj.v1i2.10","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Durasi menyusui tertinggi banyak terjadi di usia bayi 1-6 jam setelah lahir dengan persentase 35,2% dan kurang dari 1 jam setelah lahir dengan persentase 34,5% sedangkan durasi menyusui terendah banyak terjadi di usia 7-23 jam setelah lahir dan bahkan berlanjut hingga 3 hari sebesar 3,7%, durasi menyusui kurang erat kaitannya dengan gizi kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh baby massage terhadap durasi menyusu pada bayi usia 3-30 hari di Puskesmas Bulang Kota Batam Tahun 2020. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment dan khohort prospektif dengan menggunakan pre-post tes control design. Subyek penelitian sebanyak 50 responden yang terdiri dari 25 kelompok eksperimen dengan dilakukan baby massage dan 25 kelompok kontrol yang diberi penyuluhan terkait pentingnya menyusui. Penelitian ini dilakukan selama 27 hari dengan dua kali pengukuran yakni usia 3 hari (Pre test) dan usia 30 hari (Post test). Analisis data menggunakan Uji T test. Hasil: Hasil penelitian pada kelompok kontrol terdapat rata-rata durasi menyusu di usia 3 hari adalah 5,44 menit dan durasi menyusu di usia 30 hari adalah 5,52 menit, berdasarkan hasil uji t p= 0,802 > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh pada kelompok kontrol. Nilai rata-rata durasi menyusu pada kelompok eksperimen pada usia 30 hari adalah 5,40 menit dan durasi menyusu di usia 30 hari adalah 7,36 menit, hasil uji t diperoleh p= 0,00 < 0,05 artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh peningkatan durasi menyusu pada kelompok eksperimen. Kesimpulan: Ada pengaruh baby massage terhadap peningkatan durasi menyusu bayi usia 3-30 hari, dengan nilai p<0,05, Oleh sebab itu diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan baby massage kepada ibu nifas agar ibu nifas dapat mengaplikasikan dirumah agar durasi menyusui dapat meningkat dan tercapai gizi yang sempurna.","PeriodicalId":107137,"journal":{"name":"Ahmar Metastasis Health Journal","volume":"93 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122035980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}