{"title":"HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN PERVAGINAM DI RSPAL DR. RAMELAN PERIODE JANUARI 2019 – JULI 2022","authors":"Ni Ketut Darmayanti","doi":"10.30649/sbj.v2i2.58","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i2.58","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Latar belakang : Ruptur perineum merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada persalinan pervaginam dan menyebabkan rasa tidak nyaman disertai nyeri yang cukup lama setelah melahirkan. Nyeri perineum yang lama dapat membatasi seorang wanita untuk melakukan aktivitas pasca persalinan. Ruptur perineum dapat terjadi secara spontan maupun iatrogenik (episiotomi atau penggunaan alat bantuan saat melahirkan). Beberapa komplikasi dari ruptur perineum adalah perdarahan, pemulihan postpartum yang lama, kontak ibu-anak yang tertunda, dan nyeri perineum. Paritas dan episiotomi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum. \u0000Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan pervaginam di RSPAL Dr. Ramelan periode Januari 2019 – Juli 2022. \u0000Metode : Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Data sekunder yang berasal dari rekam medis RSPAL Dr. Ramelan diambil dengan teknik purposive sampling dan data dianalisis secara statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b. \u0000Hasil :Hasil penelitian ini menggunakan uji korelasi Kendall’s tau-b, didapatkan signifikansi p=0,609, nilai yang diperoleh lebih dari nilai α (α = 0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum sedangkan pada hubungan antara episiotomi dengan ruptur perineum didapatkan signifikansi p=0,992, nilai yang diperoleh lebih dari nilai α (α = 0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara episiotomi dengan kejadian ruptur perineum. \u0000Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dan episiotomi dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan pervaginam. \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127095898","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Antara Ukuran LiLA Ibu saat Hamil Trimeseter Ketiga dengan Kejadian Stunting Anak Usia Dibawah Dua Tahun di Puskesmas Pitu","authors":"Santika Danubrata","doi":"10.30649/sbj.v2i2.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i2.53","url":null,"abstract":"tidak sesuai dengan usia. Sejumlah 27,67% anak Indonesia didiagnosis stunting pada tahun 2019. Stunting menyebabkan perawakan pendek dan perkembangan kognitif terganggu yang dapat memberikan dampak jangka panjang. Stunting dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah status nutrisi ibu pada saat hamil yang diukur menggunakan lingkar lengan atas (LiLA). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara ukuran LiLA ibu pada saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting pada anak usia dibawah dua tahun. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pitu, Ngawi bulan Juni-Oktober 2022 menggunakan desain analitik observasional studi kasus-kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan purposive-sampling. Data berasal dari buku Kesehatan Ibu dan Anak dan kuisioner sebagai pelengkap. Uji koefisien korelasi menunjukan nilai signifikansi (p) = 0,035, yang berarti terdapat hubungan antara ukuran LiLA ibu saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting anak usia dibawah dua tahun. Nilai koefisien korelasi (r) = 0,255 menunjukan korelasi positif dengan kekuatan lemah. Anak dibawah dua tahun yang terlahir dari ibu dengan ukuran LiLA < 23,5 cm pada saat kehamilan trimester ketiga memiliki peningkatan risiko sebanyak 3,15 kali terhadap kejadian stunting (OR 3,151, 95% CI [1,061-9,357]). Terdapat hubungan lemah LiLA ibu pada saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting pada anak usia bawah dua tahun (baduta) di wilayah kerja Puskesmas Pitu Ngawi tahun 2022. Berdasarkan kuisioner yang dibagikan, terdapat dugaan kejadian stunting juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti diare berkepanjangan, riwayat pemberian ASI, riwayat pemberian MP-ASI, riwayat pelayanan antenatal terpadu, riwayat sanitasi dan riwayat ketersediaan pangan anak. ","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122820732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KARAKTERISTIK PASIEN LEIOMYOMA UTERI PADA MASYARAKAT PESISIR DI LUMAJANG TAHUN 2019-2021","authors":"Alief Qobidh Al Bashor Arifin","doi":"10.30649/sbj.v2i2.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i2.52","url":null,"abstract":"Leiomyoma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi perempuan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap morbiditas dan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pasien leiomyoma uteri pada masyarakat pesisir di RSUD dr. Haryoto Lumajang periode 2019-2021. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional, menggunakan pendekatan retrospectif pada periode Januari 2019 sampai dengan Desember tahun 2021. Pengambilan data sekunder sesuai kriteria inklusi, dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2022 di RSUD dr. Haryoto Lumajang. Data dianalisis secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kasus leiomyoma uteri masyarakat pesisir yang dirawat di RSUD dr. Haryoto Lumajang terdapat peningkatan sejumlah 6 orang (20%) tahun 2020, menjadi 10 orang (33%) tahun 2021. Karakteristik pasien diantaranya, faktor usia yang sebagian besar usia reproduksi >40 tahun (73,4%), paritas primipara dan nullipara (53,3%), penggunaan kontrasepsi/ KB Pil Kombinasi dan Suntik 1 bulan (34%), IMT 25-29,9 atau obesitas tingkat 1 (34%). \u0000Kesimpulan penelitian ini bahwa karakteristik pasien leiomyoma uteri masyarakat pesisir di RSUD dr. Haryoto Lumajang sebagian menunjukkan adanya faktor risiko memicu terjadinya kasus tersebut, diantaranya faktor usia, paritas, penggunaan KB dan BB/ IMT. Perlu adanya informasi kesehatan secara berkala terutama tentang kesehatan reproduksi untuk deteksi awal terjadinya leiomyoma uteri dan juga kasus reproduksi lain seperti dengan pemeriksaan IVA (Inspection Visual with Acetic acid). \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"26 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123603417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perbedaan Manifestasi Klinis Kejang Demam Pada Anak Anemia dengan Tanpa Anemia di RSPAL dr. Ramelan Surabaya Tahun 2019-2022","authors":"Delia -","doi":"10.30649/sbj.v2i2.56","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i2.56","url":null,"abstract":"Study aims: Febrile seizures are the most common neurological disorder in children. The incidence of febrile seizures is related to the incidence of epilepsy at 2-4% in the future and the probability of recurrence is about 30% and 50% after the first and second febrile seizures, respectively. Several recent studies have suggested that febrile seizures are more common in children with anemia. Anemia patients who experience febrile seizures can cause more severe clinical manifestations. Where 40.5% of the incidence of anemia in Indonesia occurs in children under the age of 5 years. Therefore, this study is conducted to determine the differences of the clinical manifestations of febrile seizures with and without anemia in children at RSPAL Dr. Ramelan Surabaya on 2019-2022. \u0000Methods: This study was an observational analytic study with a cross-sectional study approach and qualitative methods from secondary medical record data of infants and children aged 6 months-5 years at RSPAL Dr. Ramelan Surabaya for the period May 2019-May 2022. The number of samples in this study was 82 samples. \u0000Results: The characteristics of the sample which experiences the most febrile seizures occurres between the ages of 6-18 months, the gender of male with a temperature >38°C and manifestations in the form of simple febrile seizures. In addition, the results of the fisher exact test with a significance level of 5% shows p = 0.96 which means there is no difference in the clinical manifestations of febrile seizures in anemic and non-anemic children. \u0000Conclusion: The conclusion of this study is that based on the classification of febrile seizures, the most common clinical manifestations that occur in children with anemia and without anemia are simple febrile seizures. So that there is no difference in the clinical manifestations of febrile seizures in anemic children and without anemia.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115683530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN ANTARA VOLUME PERDARAHAN DAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN FUNCTIONAL OUTCOME PASIEN PERDARAHAN INTRASEREBRAL (PIS) DI RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA","authors":"Evane Jovanie Zeeva","doi":"10.30649/sbj.v2i2.61","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i2.61","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000Abstrak \u0000Latar Belakang: Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah kumpulan darah dalam parenkim otak atau sistem ventrikel dan bukan karena trauma. Ruptur pembuluh darah kecil dan microaneurysm pada perforasi pembuluh darah merupakan penyebab PIS. Volume perdarahan dan jumlah leukosit merupakan determinan penting untuk functional outcome. Pasien sembuh seringkali memiliki defisit neurologis persisten yang mengganggu aktivitas dan fungsi kesehariannya. Prediktor klinis untuk defisit neurologis dinilai dengan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara volume perdarahan dan jumlah leukosit dengan functional outcome PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. \u0000Metode: Penelitian berupa analitik observasional dengan desain cross-sectional. Menggunakan metode retrospektif dengan data kuantitatif berupa data sekunder rekam medis pasien rawat inap. Penelitian dilakukan di RSPAL dr. Ramelan Surabaya pada Juni 2021 sampai Juni 2022. Data berasal dari CT scan kepala untuk mengetahui volume pendarahan, hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui jumlah leukosit, dan tabel NIHSS untuk mengetahui functional outcome pasien. \u0000Hasil: Penelitian dilakukan pada 50 pasien PIS yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil uji korelasi antara volume perdarahan dan functional outcome pasien menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi (p) = 0,02 < α (0,05). Hasil uji korelasi antara jumlah leukosit dan functional outcome pasien menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi (p) = 0,798 > α (0,05). \u0000Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara volume perdarahan dengan functional outcome pasien PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Tidak ada hubungan signifikan antara jumlah leukosit dengan functional outcome pasien PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. \u0000Kata kunci: volume perdarahan, jumlah leukosit, Perdarahan Intraserebral (PIS), functional outcome, nilai NIHSS. \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130183252","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PUASA INTERMITEN MENGGUNAKAN METODE PUASA DAUD TERHADAP KADAR SGOT TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) ALIRAN WISTAR YANG DIINDUKSI PARACETAMOL","authors":"Eric Mayo Dagradi, Judya Sukmana, I. N. Rahayu","doi":"10.30649/sbj.v2i1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i1.43","url":null,"abstract":"Background: Intermittent fasting is done with one day of fasting and one day of eating as usual so that it can reduce oxidative stress, inhibit apoptosis and tissue damage which will reduce degenerative diseases. Fasting can activate SIRT1 and SIRT3 to prevent apoptosis by decreasing reactive oxygen species and inhibiting the mitochondrial permeability transition pore component. The accumulation of free radicals is one of the mechanisms that play a role in liver damage so that the SGOT enzyme present in the liver cells will leave and enter the blood circulation, so that the number of these enzymes in the blood increases. \u0000Objective : To prove that there was a decrease in the levels of SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) in male white rats (Ratus norvegicus) of the wistar strain which were fasted intermittently by the Daud fasting method after being induced by Paracetamol. \u0000Method : The research design used is a laboratory experimental research type where the method used is randomized the post only control group design. The experimental animals used were white rats (Rattus norvegicus) wistar strain 2-3 months old with an initial body weight of 150-200gr as many as 32 tails. During the fasting treatment, the research subjects were not given diet and drinking, while the non-fasting subjects were given a standard diet and drank regularly were divided into four groups, namely negative control with a water probe that was filtered for 10 days and 1ml of 1% CMC-Na, positive control with a probe. filtered water for 10 days and induction of paracetamol 400mg/kgBW, treatment 1 with standard diet and induction of paracetamol and treatment 2 with intermittent fasting and induction of paracetamol. \u0000Results: The results of this study indicate that One-Way ANOVA test obtained p value = 0.384. (p > 0.05) then H0 was accepted, there was no significant difference between the SGOT levels of the experimental animal group that was given a standard diet, the experimental animal group that was given intermittent fasting, the experimental animal group that was given a standard diet and paracetamol and the experimental animal group that was given intermittent fasting and paracetamol treatment. \u0000Conclusion: There is no effect of intermittent fasting with the Dawood fasting method on decreasing SGOT levels in male white rats (Rattus norvegicus) Wistar strain induced by paracetamol. \u0000Keywords: intermittent fasting, SGOT, paracetamol","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133804974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ni Luh Ayu Made Intan Edyassari Putriutami, Fitria Kusumastuti, I. K. Sudiarta
{"title":"Kejadian Ablasio Retina Regmatogen Pada Miopia Tinggi: Sebuah Laporan Kasus","authors":"Ni Luh Ayu Made Intan Edyassari Putriutami, Fitria Kusumastuti, I. K. Sudiarta","doi":"10.30649/sbj.v2i1.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i1.44","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Ablasio retina adalah salah satu kelainan mata yang dapat mengancam penglihatan dan dapat menyebabkan kebutaan. Ablasio retina regmatogen merupakan jenis ablasio yang paling sering ditemukan dan memerlukan penatalaksanaan bedah yang segera dan komprehensif untuk mencegah terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan yang permanen. Insiden kasus ablasio retina regmatogen secara global adalah 1 dibanding 10.000 kasus per tahunnya. Miopia tinggi merupakan salah satu faktor resiko dari ablasio retina regmatogen. \u0000Ilustrasi Kasus: Pasien laki-laki berusia 25 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mata kanan kabur mendadak dan pandangan seperti tertutup tirai hitam sejak 4 jam sebelum ke rumah sakit setelah mengangkat benda berat dengan riwayat penggunaan kacamata OD S-11.0 D dan OS S-10.0 D. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus OD light perception (+) dengan total detach pada retina, retinal tear pada jam 11-12, macula off, RM (-). Pasien menjalani vitrektomi pars plana dengan tamponade perfluorocarbon dan endolaser. Pasien mengalami peningkatan tajam penglihatan setelah menjalani tindakan tersebut. \u0000Kesimpulan: Seorang laki-laki berusia 25 tahun dengan riwayat miopia tinggi mengalami ablasio retina regmatogen setelah melakukan aktifitas mengangkat benda berat. Tindakan vitrektomi pars plana dengan tamponade perfluorocarbon dan endolaser telah dilakukan pada pasien ini dan memberikan hasil attachment dan hasil tajam penglihatan yang relatif baik.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133606996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Pasien Dewasa yang Terdiagnosis COVID-19 dengan Komorbid Penyakit Kardiovaskular yang Dirawat di RSPAL dr. Ramelan Surabaya Bulan Juni - Agustus 2021","authors":"Lidya Prillyarista Herlambang","doi":"10.30649/sbj.v2i1.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i1.42","url":null,"abstract":"COVID-19 is a disease caused by SARS-CoV-2. This disease quickly developed into a worldwide pandemic. In China, comorbidities are found in a quarter of COVID-19 patients. Cardiovascular comorbidity ranks third most compared to other comorbidities. However, in Indonesia there is no data related to the characteristics of COVID-19 patients with comorbidities and what types of cardiovascular disease are found.The design of this research is descriptive research with quantitative research methods. This research data was obtained by total sampling technique from medical record data. This research was conducted at RSPAL dr. Ramelan Surabaya in June – August 2021 because on that month, Indonesia experienced the highest spike in COVID-19 cases. \u0000The results showed that COVID-19 patients with cardiovascular comorbidities disease have positive RT-PCR results and are dominated by leukocytosis, neutrophilia, lymphopenia, high level of D-dimer, and pneumonia bilateral. The cardiovascular disease that become the most common comorbidity is hypertension.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"136 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134159165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Tentang Pengaruh Musim Terhadap Kejadian Pneumonia Anak di Kabupaten Natuna Tahun 2020-2021","authors":"Rendy Anwar","doi":"10.30649/sbj.v2i1.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i1.40","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh musim terhadap kejadian pneumonia anak di Kabupaten Natuna pada tahun 2020 hingga 2021. Metode yang digunakan adalah deksriptif kualitatif. Sementara, data primer adalah laporan jumlah anak-anak penderita pneumonia pada tahun 2020 hingga 2021. Data sekunder adalah artikel-artikel studi terdahulu dan juga yang bisa mendukung dalam melengkapi penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada tren fluktuasi pada kejadian pneumonia anak setiap dua bulan. Meskipun begitu, data menunjukkan bahwa tidak selalu tepat setiap dua bulan karena jarak dari kejadian terakhir tahun 2020 adalah pada bulan September kemudian ditemukan kejadian pneumonia anak pada bulan Januari 2021. Sehingga, dapat dilihat bahwa jaraknya tidak selalu setiap dua bulan. Setelahnya tidak ditemukan lagi adanya penderita. Meskipun begitu kejadian terbanyak memang pada bulan-bulan periode musim hujan yaitu pada Januari-Februari di mana masing-masing pada Januari 2020 terdapat satu kejadian pneumonia anak dan pada Februari 2021 ditemukan satu lagi kejadian pneumonia anak. Dua kejadian lain terjadi pada bulan Mei 2020 dan bulan September 2020.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"736 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132906792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANGINA STABIL","authors":"W. Diarsvitri","doi":"10.30649/sbj.v2i1.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.30649/sbj.v2i1.39","url":null,"abstract":"Tujuan Penelitian: Penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, serta membutuhkan biaya kesehatan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membahas faktor resiko, patogenesis dan tata laksana angina stabil. \u0000Metode : Penelitian literature review ini menggunakan 14 artikel dengan kriteria inklusi artikel yang dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional antara tahun 2017-2021, berbahasa Indonesia atau Inggris, dan dapat diakses full text. Artikel didapatkan dari mesin pencari PubMed, Google Scholar dan Cochrane dengan beberapa kata kunci. \u0000Hasil : Angina stabil terjadi saat endotelium dari arteri terpapar dengan berbagai faktor risiko seperti dislipidemi, hormon vasokonstriktor, hasil glikosidasi terkait hiperglikemi, sitokin pro inflamasi dari jaringan adiposa atau produk bakteri tertentu, yang menyebabkan peningkatan ekspresi molekul adesi pada bagian dalam dinding arteri. Pada angina stabil remodeling arteri yang sering dijumpai adalah lesi aterosklerosis dengan negative remodelling (tipe stenosis). Sekitar sepertiga pasien dengan angina stabil yang telah mendapatkan terapi farmakologis dan revaskularisasi melaporkan keluhan angina kronis \u0000Kesimpulan : Keberhasilan terapi angina stabil tidak hanya ditentukan oleh terapi farmakologi, namun juga modifikasi gaya hidup dan faktor resiko.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"172 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121797238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}