{"title":"Hubungan gambaran ultrasonografi ginjal dengan laju Filtrasi Glomerulus (GFR) pada penderita gangguan ginjal","authors":"Ana Majdawati","doi":"10.33476/JKY.V17I1.199","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V17I1.199","url":null,"abstract":"The aim of this research was to understand the correlation betwen renal ultrasonography examination and Glomerular Filtration Rate (GFR) in renal diseases patients that were referred to renal ultrasonografi at Radiology instalation, Sardjito Hospital. The subjects were patients with renal disorders treated from July 2008 until July 2009 that were fit to inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were age 20-65 years old, normal body weight (Body Mass Index 18,5-22,9 kg/m ), and normal serum creatinin. The exclusion criteria were patients with renal congenital anomali and renal trauma. The independent variables were size, echostructure, borderline betwen cortex and medulla, pyelocaliceal system and another abnormal image such as stone, mass. The dependent variable was GFR (Schwartz). Chi square was employed to analyze correlation betwen independent and dependent variables. The result showed that significant correlation was observed between renal function (GFR) to size (p= 0,012); echostructure (p=0,000); cortex-medulla border (p= 0,004) and pyelocaliceal system (p= 0,01). On the other hand, renal stone and mass showed no corelation to renal function (GFR), p=0,670. It was suggested that further studies were still required to increase the accuracy of renal ultrasonography in clarifying the correlation between renal function to renal artery resistive index by using doppler ultrasonography.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124089320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Pajanan Gelombang Telepon Seluler Terhadap Struktur Histologi Limpa pada Mencit (Mus musculus)","authors":"Mayfuza Husain, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah","doi":"10.33476/jky.v20i3.169","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v20i3.169","url":null,"abstract":"Radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang telepon seluler dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui ambang batas pemajanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan radiasi gelombang telepon seluler terhadap sistem imunitas mencit (Mus musculus) dengan mengukur diameter pulpa putih limpa. Jenis penelitian adalah eksperimental menggunakan mencit (Mus musculus) jantan, berat badan ± 30 gram, selama 30 hari perlakuan. Perlakuan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis monophonic, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis polyphonic dan kelompok perlakuan dengan telepon seluler CDMA, masing-masing terdiri dari lima ekor mencit. Dengan Lama pemajanan ±120 menit selama 30 hari. Pada hari ke-31dilakukan dekapitasi pada mencit, organ limpa diambil, dibuat preparat histologi dengan teknik pewarnaan HE dan diukur diameter pulpa putih limpa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pulpa putih limpa pada mencit yang diberi perlakuan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan mencit kontrol secara bermakna(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan radiasi gelombang telepon seluler dan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, khususnya pada kelompok CDMA. Disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai efek mengaktivasi sistem imun di daerah perifer.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129324785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. Sulaeman, Ravik Karsid, B. Murti, Drajat Tri Kartono, Rifai Hartanto
{"title":"Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Kesehatan : Studi Pada Program Desa Siaga","authors":"E. Sulaeman, Ravik Karsid, B. Murti, Drajat Tri Kartono, Rifai Hartanto","doi":"10.33476/JKY.V20I3.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I3.166","url":null,"abstract":"Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan. Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan model pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakan metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur, sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitian adalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga. Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Model pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dari unsur-unsur masukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, serta Survei Mawas Diri. Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator. Sementara itu proses pemberdayaanmasyarakat meliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaanmasyarakat berupakeberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan. Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasimasalahkesehatan.Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan modelpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakanmetodegabunganantarakuantitatifdankualitatif.Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitianadalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga.Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaanmasyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi:tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan,modalsosial,Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugaskesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Modelpemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dariunsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal danfaktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan,kesadaran,kep","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128576015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Program CommunityTB Care Sebagai Wahana Pendidikan Kedokteran Komunitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI","authors":"Artha Budi Susila Duarsa, Titiek Djannatun","doi":"10.33476/JKY.V20I3.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I3.170","url":null,"abstract":"WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost effective). Tujuan program adalahmeningkatkan keterlibatan pasien TB dan masyarakat dalam penanggulanganTB melalui peran komunitas dan UPK (UnitPelayanan Kesehatan) pemerintah dan swasta. Mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, dalam mempelajari permasalahan TB secara komprehensif belajar untuk mengetahui dan memahami bagaimana terjadinya penularan TB di masyarakat dan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya TB di masyarakat, mendeteksi adanya TB di masyarakat, bagaimana penderita mengakses pelayanan kesehatan yang ada dan faktor faktor yang meyebabkan penderita mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Proses pembelajaran tersebut berada dalam kegiatan diagnosis komunitas yang masuk dalam Blok Kedokteran Komunitas di Semester 6. Pembelajaran tersebut memanfaatkan kegiatan Program Community GF ATM Round 8 YARSI TB Care yang digunakan sebagai wahana pendidikan Kedokteran Komunitas. Mahasiswa akan mengunjungi pasien TByang sedang menjalanipengobatan untuk melakukan diagnosis komunitas dengan5langkah: menentukan area permasalahan, menentukan instrumen pengumpulan data, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun intervensi pemecahan masalah. Mahasiswadalam melakukan diagnosis komunitas tersebut berinteraksi dengan pasien TByang sedang menjalani pengobatan, keluarga pasien, dan komunitas yang berada disekitar keluarga pasien berada. Diharapkan dengan memahami permasalahanTBsecara komprehensif, mahasiwa kedokteran akan menjadi profil dokter masa depan menurut WHO: Five Star Doctor yang mencakup: Health Care Provider, Decision Maker, Educator, Manager dan Community Leader.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"227 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122947873","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pola dan Sensitivitas Antibiotik Bakteri Yang Berpotensi Sebagai Penyebab Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA Banda Aceh","authors":"Zinatul Hayati, Azwar Azwar, Ira Puspita","doi":"10.33476/JKY.V20I3.168","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I3.168","url":null,"abstract":"Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien, tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen (56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28 spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobacter sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan 85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp sudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin. Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polabakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yangberpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat BedahRSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metodeobservasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat BedahRSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udararuangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitasantibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisissecara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementar","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121744902","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Isolasi Dan Karakterisasi Gen MerB Pada Bakteri Pseudomonas SP. Sebagai Gen ResistensiMerkuriOrganik","authors":"B. Kepel","doi":"10.33476/JKY.V20I2.161","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I2.161","url":null,"abstract":"Patogenesis penyakit dimana merkuri sebagai agen penyebab akan melewati komponen lingkungan sebagai media transmisi sebelum sampai pada manusia. Terdapat beberapalokasi pertambangan emas rakyat di Sulawesi Utarayang menggunakanmerkuri. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis bakteri yanghidup pada sedimentanahtercemar merkuri, mengisolasi dan mengidentifikasi karakter gen merB pada bakteritersebut. Dilakukan uji resistensi pada fenil merkuri, identifikasi Gram dan 16S rRNA, amplifikasi dan sekuensing gen merB, pensejajaran dan pembuatan pohon filogenetik gen merB pada isolat bakteri resisten fenil merkuri. Terdapat 2 isolat bakteri Pseudomonas sp. yang resisten terhadap fenil merkuri. Gen merB pada bakteri ini mempunyai homologi sebesar 98-100% dibandingkan dengan gen merB pada bakteri yang terdapat pada GenBank. Sisi aktif enzim organomerkuri liase (MerB) yang dikode oleh gen merB pada posisi Cys-96, Cys-159 dan Asp-99 tetap dipertahankan oleh gen merB kedua isolat bakteri hasil penelitian. Terdapat 3 tempat perbedaan nukleotida merB antara kedua isolat hasil penelitian dengan P. aeruginosa galur ARY1. Terjadi mutasi substitusi transisi pada merB posisi Val-124 (GTC?GTT) dan Val-136 (GTT?GTC) maupun Glu-132 (GAG) ?Gly-132 (GGG) dimana isolat 2B.2 dan 4B.2 Pseudomonas sp. sama dengan Klebsiella sp. ND3 tapi berbeda dengan P. aeruginosa galur ARY1 walaupun genus yang sama. Walaupun asam amino glutamat diganti oleh glisin yang berbeda sifatpolaritas tapi tidak berpengaruh pada aktifitas bioremediasi karena tempat tersebut bukan merupakan sisi aktif. Gen merB terdapat pada isolat bakteri lokal, Pseudomonas sp., di Sulawesi Utara. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk menghasilkan kloning enzim MerB(organomerkuri liase) dalam mengatasi masalah pencemaran merkuri. Patogenesis penyakit dimana merkuri sebagai agen penyebab akan melewati komponen lingkungan sebagai media transmisi sebelum sampai pada manusia. Terdapat beberapalokasi pertambangan emas rakyat di Sulawesi Utarayang menggunakanmerkuri. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenisbakteri yanghidup pada sedimentanahtercemar merkuri, mengisolasi danmengidentifikasi karakter gen merB pada bakteritersebut.Dilakukan uji resistensi pada fenil merkuri, identifikasi Gram dan 16S rRNA,amplifikasi dan sekuensing gen merB, pensejajaran dan pembuatan pohonfilogenetik gen merB pada isolat bakteri resisten fenil merkuri.Terdapat 2 isolat bakteri Pseudomonas sp. yang resisten terhadap fenil merkuri.Gen merB pada bakteri ini mempunyai homologi sebesar 98-100% dibandingkandengan gen merB pada bakteri yang terdapat pada GenBank. Sisi aktif enzimorganomerkuri liase (MerB) yang dikode oleh gen merB pada posisi Cys-96,Cys-159 dan Asp-99 tetap dipertahankan oleh gen merB kedua isolat bakterihasil penelitian. Terdapat 3 tempat perbedaan nukleotida merB antara keduaisolat hasil penelitian dengan P. aeruginosa galur ARY1.Terjadi mutasi substitusi transisi pada merB posisi Val-124 (GTC?GTT)danVal-1","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"30 25","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113973317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Aplikasi Klinik Renograf IR-03 untuk Rumah Sakit: Teknologi dan Analisis Biaya","authors":"R. Isaris","doi":"10.33476/JKY.V20I2.164","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I2.164","url":null,"abstract":"Teknik Renografi menggunakan Alat Renograf adalah salah satu modalitas pemeriksaan fungsi ginjal selain dengan pemeriksaanlaboratorium dan teknik Sinar-X. Prototip Renograf IR-03 untuk pemeriksaan fungsi ginjal hasil rancangbangun BATAN telah dikonstruksi dan menjalani uji laboratorium di PRPN-BATAN Serpong dan uji klinis di RSUP DR.Sardjito Jogyakarta. Biaya yang berkaitan dengan pemakaian klinik Alat Renograf di rumahsakit telah dianalisis yang terdiri dari komponen nilai radiofarmaka dan nilai investasi alat Renograf. Perhitungan biaya radiofarmaka hippuran Iodine per tahun dengan estimasi jumlah pasien 2000 orang sebesar Rp 30 juta, Total Direct Cost adalah Rp 212,5 juta dan biaya modal satu Alat Renograf sebesar Rp 250 juta. Nilai Titik Impas (Break Event Point) Investasi satu Alat Renograf adalah 1194 (0,597%) atau setara Rp 209,475 juta, dengan biaya per prosedur adalah Rp 85.000,-. Harga ini tergantung pada beberapa variable terutama volume (kapasitas pelayanan pasien). Perhitungan analisis Cash-Flow untuk melihat seberapa jauh investasi tersebut menarik dan memberi prospek ke masa depan menunjukkan nilai Rate of Return yang diperoleh yaitu ROR (i) adalah 22,6%, jauh diatas suku bunga simpanan Bank saat ini yaitu <10%. Perhitungan analisa Payback Period menunjukkan nilai 1,818 tahun, sangat prospektif secara ekonomi.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128098677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Kadar Transaminase Terhadap Mortalitas Dan Lama Perawatan Pasien Infark Miokard","authors":"Liong Boy Kurniawan","doi":"10.33476/jky.v20i1.156","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v20i1.156","url":null,"abstract":"Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada sel otot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifik jantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzim transaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidak spesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadap mortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasien infark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selama perawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Rerata kadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019, r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 dan p=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggal dibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbeda bermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadar SGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut. Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012. Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"150 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134502551","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ekspresi Fenotipe dan Distribusi Serotipe Streptokokus Grup B Isolat dari Ibu Hamil dengan Komplikasi Obstetri","authors":"Zinatul Hayati","doi":"10.33476/jky.v20i1.157","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v20i1.157","url":null,"abstract":"Streptokokus Grup B (SGB) adalah penyebab utama infeksi serius pada neonatus yang dapat menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitis neonatal. Komplikasi obstetri merupakan faktor resiko penting timbulnya insidensi infeksi neonatal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspresi fenotipe dan distribisi serotipe SGB yang diisolasi dari penderita komplikasi obstetri. Identifikasi bakteri dilakukan dengan uji CAMP dan uji serologis melalui teknik imunodifusi menggunakan serum spesifik terhadap SGB. Streptokokus Grup B dapat diisolasi sebanyak 10 isolat dari 38 kasus penderita komplikasi obstetri (26,32%). Hasil karakterisasi fenotipe dari 10 isolat SGB yang diperoleh, 90% isolat tumbuh keruh pada media cair dan memperlihatkan bentuk koloni yang difus pada soft-agar. Streptokokus Grup B yang tumbuh keruh dan koloni difus mengekspresikan karakter hidrofilik pada salt aggregation test (SAT). Sebaliknya satu isolat SGB lainnya tumbuh dengan supernatan yang jernih dan sedimen di dasar tabung media cair, bentuk koloni pada soft-agar terlihat kompak dan memiliki karakter hidrofobik. Hasil penentuan serotype diperoleh distribusi serotipe SGB adalah tipe VI (40%), VII (30%), III (20%) dan VIII (10%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa SGB yang diisolasi dari penderita komplikasi obstetri umumnya memiliki virulensi yang tinggi karena mengekspresikan keberadaan kapsul yang dominan pada permukaan selnya.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131119873","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Penebalan Dinding Kandung Kemih Pada Ultrasonografi Dengan Nitrit Urin Pada Penderita Klinis Sistitis","authors":"Ana Majdawati","doi":"10.33476/JKY.V20I1.155","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V20I1.155","url":null,"abstract":"Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi berupa pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme dalam saluran kemih yang meliputi ginjal sampai kandung kemih, salah satu jenis ISK adalah sistitis. Ultrasonografi (USG) dasawarsa terakhir ini merupakan pemeriksaan yang sering digunakan sebagai pilihan penunjang diagnostik pada beberapa kasus yang berhubungan dengan ISK. Pemeriksaan nitrit urin diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penebalan dinding kandung kemih pada pemeriksaan USG dengan nitrit urin pada penderita dengan klinis ISK. Desain penelitian ini adalah observasional dengan studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien RS PKU Muhammadiyah 1-2 Yogyakarta untuk semua kasus ISK periode 1 Juli 2010 sampai 31 Agustus 2011. Data rekam medis yang digunakan adalah subyek penelitian dengan suspek ISK yang mempunyai hasil laboratorium urin rutin (nitrit urin) dan tebal dinding kandung kemih potongan transversal dan longitudinal pada pemeriksaan USG. Hasil analisa data dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,190) > 0,05, CI 0,555 – 14,119. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penebalan USG kandung kemih dengan hasil pemeriksaan sedimen urin leukosit. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi berupa pertumbuhan danperkembangbiakan mikroorganisme dalam saluran kemih yang meliputi ginjalsampai kandung kemih, salah satu jenis ISK adalah sistitis. Ultrasonografi(USG) dasawarsa terakhir ini merupakan pemeriksaan yang sering digunakansebagai pilihan penunjang diagnostik pada beberapa kasus yang berhubungandengan ISK. Pemeriksaan nitrit urin diperlukan untuk mengetahui ada tidaknyabakteriuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarapenebalan dinding kandung kemih pada pemeriksaan USG dengan nitrit urinpada penderita dengan klinis ISK. Desain penelitian ini adalah observasionaldengan studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari catatanrekam medis pasien RS PKU Muhammadiyah 1-2 Yogyakarta untuk semuakasus ISK periode 1 Juli 2010 sampai 31 Agustus 2011. Data rekam medisyang digunakan adalah subyek penelitian dengan suspek ISK yang mempunyaihasil laboratorium urin rutin (nitrit urin) dan tebal dinding kandung kemih potongan transversal dan longitudinal pada pemeriksaan USG. Hasil analisa data dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,190) > 0,05, CI 0,555 –14,119. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penebalanUSG kandung kemih dengan hasil pemeriksaan sedimen urin leukosit.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124503684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}