Rudini A. R. B. Lamahoda, Amos Setiadi, Reginaldo Christophori Lake, R. Samara
{"title":"Perkembangan morfologi kawasan Kota Lama Kupang","authors":"Rudini A. R. B. Lamahoda, Amos Setiadi, Reginaldo Christophori Lake, R. Samara","doi":"10.29080/EIJA.V6I2.1010","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V6I2.1010","url":null,"abstract":"Kota Kupang adalah Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, terletak di pesisir Teluk Kupang, bagian Barat Laut Pulau Timor. Perkembangan kawasan Kota Lama Kupang dimulai pada periode abad ke-15, diawali sebagai kota bandar yang dikuasi oleh Raja Helong hingga adanya intervensi pemerintahan Belanda, Portugis, dan Cina, sehingga memiliki morfologi kawasan kota yang unik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi perkembangan kawasan Kota Lama Kupang selama beberapa periode dan menganalisis perubahan serta perbandingan apa saja terkait morfologi kawasan Kota Lama Kupang. Penelitian deskriptif eksploratif dengan metode analisis sinkronik (tissue analysis) digunakan dalam penelitian ini untuk membaca sejarah yang terjadi pada kawasan Kota Lama Kupang dari periode awal terbentuk kawasan yakni abad ke-15 sampai pada abad ke-21. Selanjutnya, metode analisis diakronik (historical reading) digunakan untuk menemukan perubahan serta perbandingan morfologi kawasan Kota Lama Kupang periode abad ke-15 sampai abad ke-21 dan memaparkan bagaimana ruang-ruang Kota Lama Kupang mulai bertumbuh serta berkembang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kawasan Kota Lama Kupang mulai berkembang karena memiliki generator utama yaitu masuknya kekuasaan Raja Helong untuk menjadikan Kota Lama Kupang sebagai kota bandar yang ada di Pulau Timor. Temuan perubahan dan perbandingan perkembangan morfologi kawasan Kota Lama Kupang ialah saat masuknya bangsa Belanda, Portugis, dan etnis Cina serta terjadi perubahan setelah Indonesia merdeka yakni perubahan status kawasan Kota Lama Kupang berdasakan aspek politik yang berkembang","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69682816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ela Susilawati, Margaret arni Bayu Murti, Ramadhani Isna Putri
{"title":"A Penerapan Kriteria Taman Kota di Jakarta Timur","authors":"Ela Susilawati, Margaret arni Bayu Murti, Ramadhani Isna Putri","doi":"10.29080/EIJA.V6I2.979","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V6I2.979","url":null,"abstract":"Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia dengan penduduk berjumlah 10.467.600 jiwa. Adanya pertumbuhan populasi dan peningkatan area terbangun pada kota menyebabkan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai penyeimbang lingkungan sekaligus meningkatkan estetika kota. Taman PKP yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur memiliki Situ Rawa Babon sehingga secara identitas estetika, tempat ini menarik pengunjung. Namun, berdasarkan hasil observasi, kondisi Taman PKP masih memiliki kekurangan sehingga memunculkan kebutuhan penelitan untuk memeriksa penerapan kriteria taman kota, yaitu aksesibilitas, estetika, dan kenyamanan. Jenis metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan mengumpulan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kriteria dengan kondisi di lapangan berdasarkan hasil kuisioner pengunjung. Penelitian memiliki kesimpulan bahwa Taman PKP sudah menerapkan kriteria taman kota pada variabel aksesbilitas, estetika, dan kenyamanan, namun belum lengkap, sehingga mengurangi kenyamanan pengunjung selama berada di dalam Taman PKP.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69682439","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Adaptasi Hunian di Dalam Kawasan Dengan Kebisingan Tinggi","authors":"Monica Dewi, A. S. Ekomadyo","doi":"10.29080/EIJA.V6I2.1110","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V6I2.1110","url":null,"abstract":"Permukiman di sepanjang jalan Maleber Utara merupakan permukiman dengan kondisi yang unik yaitu permukiman berdekatan dengan sumber kebisingan yang paling mengganggu; lalu lintas jalan, lalu lintas kereta api, dan lalu lintas udara. Rumah yang ideal adalah rumah yang berada di lingkungan yang tenang. Paparan dari kebisingan secara terus menerus terbukti dapat merusak kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi dalam hunian untuk mengurangi dampak dari kebisingan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mencari adaptasi yang dilakukan oleh warga permukiman jalan Maleber Utara dalam menanggapi fenomena kebisingan tinggi. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan rhythmanalysis. Data didapatkan melalui wawancara dan observasi. Sampel dipilih dengan cara snowball sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kondisi kebisingan di permukiman jalan Maleber Utara ditanggapi dengan cara yang berbeda-beda oleh setiap penghuni. Eurhythmia dari kawasan dapat terjadi karena penciptaan ritme baru oleh setiap penghuni dalam mengatasi ritme sumber kebisingan yang bersifat patologi. Walaupun demikian, arrhythmia dari permukiman jalan Maleber Utara dapat terjadi apabila tidak ada tindakan lebih lanjut dalam menanggapi kondisi kebisingan di jalan Maleber Utara yang semakin lama semakin bertambah intensitasnya akibat kenaikan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukan kepada pemerintah dan pemegang kepentingan lainnya agar dapat memberikan solusi atas kondisi kebisingan di permukiman jalan Maleber Utara","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69682891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Investigasi Perilaku Spontan Individu Saat Bencana Alam: Dalam dan Luar Bangunan","authors":"Ulfa Mazaya, Marlisa Rahmi, H. E. Kusuma","doi":"10.29080/EIJA.V6I2.1084","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V6I2.1084","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam, baik bencana yang dapat terjadi secara tiba-tiba maupun perlahan. Bencana alam yang terjadi dapat memberikan dampak kejutan akibat kurangnya kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi ancaman. Salah satu respons yang terlihat dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut adalah pada pola perilaku manusia. Perilaku manusia sangat sulit untuk diprediksi saat berada di keadaan darurat yang menegangkan dan kacau balau tersebut. Perilaku spontan yang terjadi dipengaruhi faktor lokasi keberadaan, yaitu saat berada di dalam bangunan seperti dalam bangunan tempat tinggal dan bangunan umum lainnya, atau di luar bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap perilaku spontan manusia yang dilakukan saat terjadi bencana alam saat berada di dalam dan luar bangunan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner daring dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) dan dibagikan secara bebas. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam merespons kejadian bencana alam, terdapat kecenderungan manusia untuk tetap bertahan saat berada di bangunan umum dan memilih untuk menjauhi bangunan saat berada di tempat tinggal. Sedangkan individu yang sedang berada di luar bangunan, mereka akan cenderung memilih untuk tidak bertindak sama sekali.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69682879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Revitalisasi koridor komersial bersejarah Jalan Surabaya dengan konsep retrofitting di Kota Medan","authors":"Aulia Malik Affif, Dwi Lindarto Hadinugroho","doi":"10.29080/eija.v6i1.914","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v6i1.914","url":null,"abstract":"Jalan Surabaya telah terkenal sebagai kawasan distrik penjualan arloji sekaligus kawasan hunian pecinan yang pada masa Belanda disebut dengan nama Canton Straat. Seiring dengan perkembangan jaman kawasan ruas Jalan Surabaya mengalami degradasi kualitas visual dengan nilai historis yang melekat padanya. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan konsep revitalisasi kawasan bersejarah Jalan Surabaya dengan pendekatan retrofitting. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, tahapan penelitian dimulai dengan melakukan analisis terhadap berbagai aspek dari kawasan, meliputi fisik, sosial, ekonomi dan budaya. Tiga strategi utama retrofitting digunakan untuk menghasilam model revitalisasi kawasan. Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi kawasan Jalan Surabaya dapat ditempuh dengan cara pembangunan gerbang pecinan, ruang terbuka publik dan prasarana angkutan umum; signage, area parkir dan penataan pedestrian; serta konservasi bangunan bersejarah. Agar model revitalisasi dapat diterapkan maka akan membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk partisipasi masyarakat setempat.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45262500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara","authors":"Josephine Roosandriantini","doi":"10.29080/eija.v6i1.898","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v6i1.898","url":null,"abstract":"Arsitektur nusantara yang merupakan hasil ide kreatif dari masyarakat Nusantara, yang cenderung diciptakan hanya dengan material dan peralatan sederhana. Akan tetapi arsitektur nusantara yang hadir dengan identitas kekunoannya, bukan berarti tidak memiliki nilai kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan teori \"Guna dan Citra\" dari Mangunwijaya dalam memandang wujud kreativitas dalam arsitekur nusantara. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai kajian literatur untuk menarik kesimpulan tentang bagaimana Teori \"Guna dan Citra\" diterapkan di Arsitektur Nusantara. Dua objek arsitekur Tradisional, yakni bangunan Tongkonan di Toraja dan Mamasa, serta arsitektur Batak Toba dipilih sebagai objek kajian. Hasil kajian memperlihatkan bahwa penerapan aspek Guna terletak pada pada detail arsitektural konstruksi, tampilan atap dan material yang berkaitan dengan fungsi. Sedangkan penerapan Citra terletak pada penggambaran makna yang dikaitkan kepada penyelesaian bangunan. Selain itu kajian ini semakin menguatkan fakta bahwa Arsitektur Nusantara merupakan hasil ide kreatif masyarakatnya dalam beradaptasi dengan kondisi geogfrafis dan iklim.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49345840","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Evaluasi komposisi ruang terbuka hijau di lingkungan kampus dalam menunjang konsep eco campus","authors":"Qurrotul A’yun, Eko Purianto","doi":"10.29080/eija.v6i1.800","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v6i1.800","url":null,"abstract":"Perguruan Tinggi memiliki peran yang penting dalam mewujudkan masa depan kota yang berkelanjutan. Konsep Eco-Campus telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH). Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah menjadi indikator kunci di dalam penataan ruang berbasis Eco-Campus. Seiring dengan meningkatnya jumlah pembangunan infrastruktur fisik, keberadaan Ruang Terbuka Hijau juga telah mulai berkurang dan beralih fungsi. Penelitian in bertujuan mengevaluasi komposisi Ruang Terbuka Hijau di lingkungan Institusi pendidikan tinggi dalam konteks ecocampus. Penelitian ini mengambil tempat di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang juga telah menyandang gelar Ecocampus. Dengan menggunakan metode kuantitatif, empatbelas variabel dijadikan indikator evaluasi untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil menunjukkan bahwa kampus UIN Sunan Ampel memiliki komposisi ruang terbuka sebesar enampuluh lima persen, yang terdiri dari tujuh persen Ruang Terbuka Hijau dan lima puluh enam persen Ruang Terbuka Non-hijau. Untuk menunjang performa eco campus nya, maka pihak kampus dapat mempertimbangkan penerapan vertical landscaping.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48681749","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analysis of sense of places effect on tourist’s length of stay in the Khota Baru cultural heritage zone","authors":"Nik Azman Nik Adib, Syakir Amir Ab Rahman","doi":"10.29080/eija.v6i1.902","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v6i1.902","url":null,"abstract":"Heritage and cultural tourism are part of the tourism industry that must be maintained sustainability. Therefore heritage tourism destinations must be able to carry a “sense of place” as its focus. A sense of place is essential in attracting tourists to visit heritage sites for a long time. This article aims to assess the relationship between the Sense of Place between tourists, domestic and international, and the length of stay in the Kota Bharu Cultural Heritage Zone. A total of 445 tourists participated as respondents by filling out a questionnaire survey. At the same time, data analysis was carried out using One way ANOVA. The results showed that the Sense of Place in the Kota Bharu Cultural Heritage Area affects tourists' length of stay with eight correlated scales. Those eight scales are authenticity, historical value, distinction, harmony, maintainability, and cleanliness. This study also finds several important implications for local governments and tourism practitioners in maintaining a tourism destination's economic and social attributes. This study is expected to serve as the basis for future studies related to the design of urban areas and other heritage tourism sites","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"6 1","pages":"23-32"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44082375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi struktur dan ornamen bangunan masjid tradisional Tuha Ulee Kareng Aceh sebagai kearifan lokal","authors":"Zya Dyena Meutia, Zardan Araby","doi":"10.29080/eija.v6i1.806","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v6i1.806","url":null,"abstract":"The Ulee Kareng Tuha mosque is one of the oldest traditional mosques in Aceh, which is still functioning today. However, this building still has various problems, including impaired function, low maintenance of the structure and building materials, and the lack of public knowledge about this mosque's existence. This study aims to identify local wisdom elements in the Ulee Kareng Tuha mosque, especially in the structural components and ornaments that have characterized Aceh in the past. Data collection was carried out by conducting field observations and semi-structured interviews with 15 key informants. The search results show that the mosque's uniqueness can be seen on the roof, which has two levels. The structure and construction of the mosque building are still in original condition with wood materials. Various ornamental carvings that adorn wooden constructions are the embodiment of artistic expression and imply man's relationship with God as the creator. That expression was translated as a form of local wisdom to the Ulee Kareng Tuha mosque building.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"6 1","pages":"31-39"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42813843","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Exploring the city as text and dominant discourse place","authors":"M. Valibeigi","doi":"10.29080/EIJA.V6I1.894","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V6I1.894","url":null,"abstract":"The study has tried to answer the question of how the dominant discourse in the city tries to create meanings and forms an interpretation by using signs and symbols. Accordingly, common semiotics of Dur Untash city has been investigated. In three steps, including preparation, organization, and final report or conclusion, a content analysis method has been done. First, deconstruction views of reading place are explained and how an interpretation discourse is formed. Then we investigated some standard semantic features of Dur Untash city and an image of some familiar ideas and signs is projected. Finally, a bipolar semantic interpretation of these signs and images is presented. The dominant discourse of the city has wanted to catch a meaning, but none of its symbols and characters has such a valid capacity and authority. Therefore, the dominant discourses could not conjure spatial features controlled by meaning-making","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"6 1","pages":"1-10"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42703305","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}