{"title":"KERUNTUHAN BIROKRASI TRADISIONAL DI KASUNANAN SURAKARTA","authors":"Muhammad Anggie Farizqi Prasadana, Hendri Gunawan","doi":"10.33652/HANDEP.V2I2.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V2I2.36","url":null,"abstract":"Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk mengatur birokrasinya sendiri. Birokrasinya adalah birokrasi tradisional. Kekuasaan pemerintah kolonial yang kian menguat, terutama selepas Perang Jawa, menjadikan birokrasi itu berkedudukan di bawah birokrasi kolonial. Ketika Indonesia merdeka, birokrasi tradisional di Kasunanan hancur dan digantikan oleh birokrasi modern. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, interpretasi sumber, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta disebabkan oleh tuntutan yang disuarakan kalangan anti-swapraja yang menganggap kerajaan sebagai kaki tangan Belanda dan ketidakpedulian Sunan terhadap gerakan revolusi yang sedang menggema. Keruntuhannya sejalan dengan hilangnya status istimewa yang sempat dirasakan wilayah Surakarta. Setelah runtuh, pemerintah Republik Indonesia membentuk birokrasi modern di daerah Surakarta dan menempatkannya di bawah provinsi Jawa Tengah.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125092487","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"EKSISTENSI DAN FUNGSI DOANGANG PADA KEHIDUPAN SOSIAL ORANG MAKASSAR","authors":"Nurming Saleh","doi":"10.33652/HANDEP.V2I2.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V2I2.21","url":null,"abstract":"Doangang atau mantra merupakan suatu adat istidat yang masih dipercayai oleh masyarakat penghayatnya sebagai kebutuhan penunjang setelah kehidupan agamanya dijalani secara sungguh-sungguh. Adanya kebutuhan terhadap mantra sebagai warna yang menghiasi kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut tidak terlepas dari keadaan alam dan mata pencaharian, sehingga dalam doangang Makassar menghasilkan tiga kelompok yang berhubungan dengan penggunaan doangang atau mantra untuk perlindungan, kekuatan dan pengobatan.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121475814","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Agama, Ritual dan Konflik : Suatu Upaya Memahami Konflik Umat Beragama di Indonesia","authors":"Febby Febriyandi.YS","doi":"10.33652/HANDEP.V2I2.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V2I2.41","url":null,"abstract":"Beragam konflik telah tercatat dalam perjalanan panjang sejarah agama manusia. Dalam konteks Indonesia juga telah terjadi sederetan konflik yang mengatasnamakan agama sepanjang sejarah kehidupan bernegara. Konflik tersebut tidak hanya terjadi antara pemeluk agama yang berbeda, tetapi juga antara pemeluk agama yang sama. Dengan mengikuti teori fungsionalisme konflik serta meminjam contoh kasus konflik agama dalam artikel John Bowen, saya mencoba menyampaikan empat hal : Pertama, konflik dalam kehidupan beragama adalah suatu keniscayaan. Kedua, konflik yang terjadi antara pemeluk agama yang sama disebabkan oleh perbedaan penafsiran terhadap ritual agama. Ketiga, ritual agama tidak hanya memiliki aspek religius semata, tetapi juga aspek sosial-politik. Keempat, konflik keagamaan memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116005800","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STRATEGI GRUP BARONG SARDULO KRIDA MUSTIKA DALAM MELESTARIKAN SENI BARONGAN BLORA","authors":"Hamidulloh Ibda","doi":"10.33652/HANDEP.V2I2.35","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V2I2.35","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan menggambarkan strategi grup Sardulo Krida Mustika dalam melestarikan seni barong khas Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data berbasis analisis kualitatif deskriptif dengan memaparkan informasi faktual dari grup barong Sardulo Krida Mustika di Kabupaten Blora. Mulai dari pengelolaan grup, perintisan, sampai tahap promosi, branding, sosialisasi pada masyarakat, bahkan proses pembuatan mandiri barong secara fisik. Dari strategi yang dilakukan Sardulo Krida Mustika untuk melestarikan barongan Blora, ada sembilan langkah yang dilakukan. Pertama, memanfaatan teknologi. Kedua, melakukan kerjasama dengan media siber. Ketiga, mengikuti perkembangan zaman dengan cara memoles desain barong yang menarik. Keempat, merintis kerajinan barong secara mandiri pada anggota grup. Kelima, mengutamakan sisi edukasi daripada komersil dan uang. Keenam, kerjasama dengan grup barong lain dengan cara mengambil satu, atau dua orang saat ada pentas. Ketujuh, memperbanyak anggota dari unsur anak-anak, pelajar, dan mahasiswa. Kedelapan, menjadikan aktivitas seni barong untuk berbinis dan melatih kemandirian secara ekonomi. Kesembilan, bekerjasama, menjalin komunikasi dengan organisasi mahasiswa dan perantau Blora, baik di wilayah Blora, Jawa, Jakarta, luar Jawa bahkan di luar negeri.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123155999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Belvage, I. N. Suryawan, Aprinus Salam, Wiwien Widyawati Rahayu
{"title":"“SIMALAKAMA DI LAHAN GAMBUT” ETNOGRAFI MASYARAKAT DI KALIMANTAN BARAT DAN SUMATERA SELATAN","authors":"R. Belvage, I. N. Suryawan, Aprinus Salam, Wiwien Widyawati Rahayu","doi":"10.33652/HANDEP.V2I2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V2I2.40","url":null,"abstract":"Penelitian etnografi ini mencoba memahami kondisi yang terjadi pada masyarakat di kawasan garis depan (frontier) Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat di tengah arus besar kuasa investasi dan eksploitasi sumber daya alam. Introduksi pembangunan dan tawaran kemakmuran merangsek terus-menerus hingga mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri. Relasi historis mereka dengan lingkungan perlahan-lahan tersingkirkan. Penelitian ini memilih dua karakteristik masyarakat yang berada di lahan gambut; Pertama, masyarakat lokal Dayak Kanayatn di Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dan Kedua adalah kehadiran masyarakat transmigrasi di Desa Banyubiru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dua tempat ini mewakili dua karakteristik masyarakat, yakni masyarakat tempatan dan pendatang. Keduanya kini bermukim di kawasan yang oleh negara didefinisikan sebagai wilayah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Dengan memaparkan fenomena antropologis di dua lokasi KHG, penelitian ini berargumentasi bahwa eksistensi masyarakat di kawasan gambut kian terhimpit ruang hidupnya. Upaya-upaya restorasi di tengah kian meluasnya kapitalisme ekstraktif, bila tidak ditangani secara hati-hati, beresiko mengkonversi kompleksitas sistem sosial menjadi rumus-rumus teknis pembangunan belaka.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115448373","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"IDENTITAS DAYAK DAN MELAYU DI KALIMANTAN BARAT","authors":"Yusriadi Yusriadi","doi":"10.33652/HANDEP.V1I2.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V1I2.10","url":null,"abstract":"Persaingan dan konflik, serta kerukunan dan persaudaraan antara Dayak dan Melayu mewarnai ruang publik di Kalimantan Barat. Kedua kelompok utama (mayoritas) di Kalimantan Barat menjalani hubungan pasang dan surut. Keadaan inilah yang selalu menarik diamati, khususnya dalam konteks identitas. Penulis ingin melihat bagaimana identitas berkelindan di balik isu bipolaritas Dayak-Melayu. Tulisan ini merupakan hasil pemikiran yang diperkuat dengan data pendukung. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dokumentasi dan terbitan, yang di antaranya menunjukkan bahwa di balik perbedaan identitas antara Dayak dan Melayu dapat ditemukan pula persamaan pada beberapa unsur. Kedua identitas itu tumbuh di ruang yang sama dan sebagian darinya berasal dari sumber atau asal-usul yang sama. Proses selanjutnya memperlihatkan penerimaan dan penggunaan identitas budaya menjadi bahan untuk pengonstruksian bangunan identitas kelompok. Pada mulanya, identitas Dayak digunakan secara terpaksa, sedangkan identitas Melayu diterima dengan terbuka. Seiring perjalanan waktu, kedua identitas itu dipakai oleh dan untuk dua kelompok yang berbeda. Masing-masing memperkuat identitas dengan perubahan-perubahan tertentu pada unsur-unsur budaya yang sudah ada. Identitas budaya Dayak dan Melayu tetap cair tetapi gerakan perubahan itu cenderung ke arah yang berlawanan dan memperlebar jarak di antara keduanya. Itu pulalah yang menyebabkan rivalitas berkelanjutan, sehingga persoalan yang kecil dapat menjadi besar.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131830320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"GAGASAN MULTIKULTURALISME DALAM MATERI MUATAN LOKAL SMP/MTs DI KALIMANTAN BARAT","authors":"Valensius Ngardi","doi":"10.33652/HANDEP.V1I2.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V1I2.16","url":null,"abstract":"Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana gagasan tentang multikulturalisme diintegrasikan ke dalam muatan lokal yang dijadikan sebagai materi pembelajaran di SMP/ MTs. Tulisan ini bertujuan menjelaskan pentingnya penerapan pendidikan multikultur di Kalimantan Barat dengan cara menganalisis isi buku, dan implementasi muatan lokal tersebut pada beberapa SMP/MTs. di Kota Pontianak. Data diperoleh dari buku muatan lokal pendidikan multikultur untuk SMP/MTs, buku-buku yang relevan, dan media cetak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah perseteruan antarentnis yang kelam dan traumatis bagi generasi muda telah mendorong beberapa LSM untuk menyusun materi muatan lokal tentang pendidikan multikultur. Muatan lokal ini telah diimplementasikan pada tujuh SMP/ MTs di Kota Pontianak.Tema-tema yang dibahas di dalam muatan lokal tersebut berhubungan dengan sejarah pendidikan multikultur, sejarah multietnik, dan keragaman budaya yang terdapat di Kalimantan Barat, serta gambaran mengenai interaksi antaretnis di Kalimantan Barat. Materi muatan lokal tersebut mengandung lima aspek penting, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik, sosial, dan spiritual memungkinkan mampu membangun persaudaraan dan keharmonisan hidup.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126205339","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PROSES PRODUKSI, FUNGSI, PELUANG EKONOMI, DAN PENGEMBANGAN TENUN BUGIS PAGATAN KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN","authors":"Hendraswati Hendraswati","doi":"10.33652/HANDEP.V1I2.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V1I2.45","url":null,"abstract":"Kain tenun Pagatan merupakan salah satu warisan penting dalam kebudayaan Indonesiakarena mencerminkan pengetahuan masyarakat pendukungnya yang bernilai tinggi.Sayangnya, penelitian sosial yang membahas tentang tenun Indonesia masih sangat terbatas.Tujuan penelitian ini untuk melihat proses produksi, fungsi, nilai, dan peluang ekonomi, serta upaya pengembangan kain tenun Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi menenun merupakan keterampilan yang dimiliki wanita migran Bugis Pagatan dalam mengolah benang menjadi kain. Kain dibuat secara tradisional menggunakan gedok. Fungsi kain tenun tersebut dapat terlihat dari penggunaannya sehari-hari dan saat upacara adat. Kain tenun ini memiliki simbol budaya, identitas sosial, dan etnik. Keindahan corak, kualitas bahan, dan kekhasan motifnya membuat kain ini memiliki nilai jual sehingga peluang ekonomi bagi para penenunnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tenun Pagatan sebagai salah satu pakaian resmi di lembaga pemerintahan, perhelatan budaya, membangun pusat kerajinan tenun Pagatan, dan dijadikan materi muatan lokal di sekolah.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114901348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERDAGANGAN LADA DI JAMBI ABAD XVI-XVIII","authors":"Dedi Arman","doi":"10.33652/handep.v1i2.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/handep.v1i2.17","url":null,"abstract":"Naskah ini membahas tentang perdagangan lada Jambi yang meliputi wilayah produksi, produksi, transportasi, pemasaran dari hulu ke hilir dan aktor-aktor yang terlibat dari keseluruhan perdagangan. Jalur perdagangan dibagi dua, Pertama, dari daerah produksi di hulu dibawa ke hilir (Pelabuhan Jambi). Kedua, dari hulu melalui jalur alternatif ke Muaro Tebo menuju Selat Malaka melalui Indragiri dan Kuala Tungkal. Adapun pelaku perdagangan melibatkan produsen utama lada di Jambi. Produsen lada, petani Minangkabau yang tinggal di sepanjang Sungai Batanghari, dan pedagang adalah Portugis, Cina, Belanda, dan Inggris, maupun sultan dan bangsawan Jambi. Masa kejayaan perdagangan lada Jambi tidak bertahan lama karena petani lada beralih menanam komoditas lain, seperti padi dan kapas terlebih ketika harga lada anjlok di pasaran dunia.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133057895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MASYARAKAT PLURAL (STUDI KASUS DI KOTA SINGKAWANG)","authors":"Karel Juniardi, Emusti Rivasintha Marjito","doi":"10.33652/HANDEP.V1I2.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.33652/HANDEP.V1I2.11","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum, tradisi budaya, dan urgensi pendidikan multikultural di sekolah Kota Singkawang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bentuk strategi studi kasus terpancang. Sumber data yang digunakan yaitu informan, tempat dan peristiwa, dokumen, serta literatur. Validitas data menggunakan triangulasi dan teknik analisa data menggunakan teknik analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan multikultural di Kota Singkawang penting untuk memberikan sikap toleransi dalam kehidupan plural masyarakatnya. Salah satu bentuk pendidikan berupa penyelenggaraan upacara tradisi budaya yang dimasukkan dalam materi pelajaran di sekolah.","PeriodicalId":270485,"journal":{"name":"Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129541488","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}