{"title":"EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI RAWA PASANG SURUT TERHADAP POLA OPERASI PINTU AIR D.I.R PEMATANG LIMAU KABUPATEN SERUYAN","authors":"hairin noor, S. Suhardjono, T. Prayogo","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.2","url":null,"abstract":"ABSTRAK: Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah secara umum memiliki lahan dan air yang cukup tersedia untuk pertanian, tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Meningkatnya kebutuhan pangan menuntut pemerintah melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Daerah Irigasi Rawa (D.I.R) Pematang Limau yang berada di Kabupaten Seruyan dipengaruhi oleh muka air pasang surut yang terjadi pada DAS Seruyan. Pada musim hujan, muka air meningkat akibat air pasang dan curah hujan. Sementara di musim kemarau lahan pertanian menjadi kering. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan pola operasi pintu air. Pola operasi pintu air bertujuan untuk mengatur tinggi muka air di saluran. Untuk mengetahui profil perubahannya dilakukan pemodelan. Pemodelan dilakukan pada profil memanjang ( long section ) di saluran primer dengan bantuan HEC-RAS 5.0.1 pada kondisi kering. Simulasi dilakukan dalam empat kondisi: (1) simulasi berdasarkan input data debit air pasang tanpa pintu air, (2) simulasi dengan pintu air ( existing ), (3) simulasi dengan merubah lebar pintu air saluran primer dari 1 m menjadi 1,5 m dan (4) merubah koefisien manning dari 0,027 menjadi 0,018 . Dari beberapa simulasi yang dibuat, simulasi kedua menunjukan elevasi muka air tertinggi pada cross section 1-12, namun tidak mampu menggenangi lahan yang berada di cross section 10-12. Langkah penanganan selanjutnya adalah dengan menutup pintu air pada saluran primer ketika puncak debit pasang, serta membuat rekomendasi setiap saluran sekunder dibuat pintu air dan ketika proses pasang berlangsung pintu-pintu tersebut ditutup. Langkah ini dilakukan untuk membuat elevasi muka air menjadi rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan kedalaman genangan pada lahan sebesar 0,001 m atau 1 mm jika secara bersamaan, sedangkan jika dilakukan secara bergilir 0,015 m atau 1,5 cm. Berdasarkan hasil perhitungan genangan yang terjadi akibat hujan diperoleh 0,061 m atau 6,1 cm, sedangkan hasil perhitungan di saat pasang dan bersamaan terjadinya hujan diperoleh 0,062 m atau 6,2 cm. Alternatif terakhir untuk mengatasi kekeringan di saat musim kemarau adalah dengan sistem pompanisasi. Hasil perhitungan dengan lama operasi pompa 10 jam/hari selama 6 hari, jika kedalaman genangan (y) 5 cm, maka kebutuhan unit pompa sebesar 12 buah. Pengembangan dilakukan dengan membuat pintu air di setiap saluran sekunder sebanyak 19 buah dan memperbaiki pintu air pada saluran primer dan sekunder masing-masing sebanyak 1 buah, agar sistem tata airnya bisa dikendalikan dan diatur, sehingga hasil budidaya pertanian meningkat. Kata kunci: Elevasi, existing , long section , HEC-RAS, cross section, manning. ABSTRACT. Seruyan Regency of Sentral Kalimantan Province generally has sufficient land and water for agriculture, but the potential not used fully optimally. The increasing need of food demand the government to do intensification and extensification. Pematang Limau Swamp Irrigation Area (S.I.A) l","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114564297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISA SEBARAN TEKANAN AIRTANAH PADA CEKUNGAN AIRTANAH BRANTAS DAN UPAYA KONSERVASI DI KOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR","authors":"Mario Thadeus, Moh. Sholichin, Runi Asmaranto","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.1","url":null,"abstract":"Abstrak: PDAM Kota Blitar memiliki 19 sumur bor yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat Kota Blitar. Saat ini, hanya 6 sumur bor yang masih berfungsi yaitu SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, sedangkan 13 sumur lainnya sudah tidak berfungsi karena terjadi penurunan muka airtanah yaitu SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, dan SD 16. Penelitian mengenai penurunan muka air tanah pada daerah studi menggunakan analisa FEMWATER pada paket program Groundwater Modelling System (GMS) 4.0. dimana output dari program GMS 4.0. adalah sebaran nilai pressure head , total head , dan kedalaman muka airtanah. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi tiap periode pembangunan sumur bor, simulasi kemampuan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kota Blitar hingga tahun 2029, dan simulasi untuk mencari debit optimal dari masing-masing sumur bor yang sebaiknya dikeluarkan. Pada periode pembangunan sumur bor tahun 1996, sebaran pressure head dan total head serta kedalaman muka airtanah pada sumur SD 1, SD 2, SD 3, dan SD 4 berada pada kedalaman yang mendekati screen bawah sumur sehingga menyebabkan tidak berfungsinya lagi keempat sumur tersebut. Penurunan kedalaman muka airtanah tersebut terjadi akibat adaya pembangunan sumur baru yaitu sumur SD 7 dan SD 8. Untuk pemenuhan kebutuhan air di tahun 2029, diambil asumsi sumur yang sudah tidak berfungsi lagi dapat diperbaiki dan difungsikan kembali. Dari 13 sumur yang rusak, hanya 10 sumur yang dapat diperbaiki, 3 lainnya tidak dapat diperbaiki karena lubang sumur yang sudah tidak ada. Hasil simulasi menunjukan, terdapat 10 sumur yang memiliki nilai pressure head di bawah screen bawah sumur yaitu sumur SD 1, SD 8, SD 9, SD 12, SD 13, SD 14, SD 15, SD 16, SD 18, dan SD 20. Tentunya membutuhkan tindakan konservasi terhadap airtanah sedini mungkin yaitu pengamanan daerah resapan sebagai daerah imbuhan di bagian hulu pada daerah studi. Kata kunci : Kedalaman muka airtanah, ketinggian tekanan, ketinggian total, GMS 4.0. Abstract: PDAM in Blitar city has 19 wells bore which is used to fulfill the raw water needs of Blitar City. Currently, only 6 wells are still functioning, namely SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, while 13 other wells are not functioning due to the decrease of groundwater face that is SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, and SD 16. Research on groundwater level reduction in the study area using FEMWATER analysis in the Groundwater Modeling System (GMS) program package 4.0. w here the output of the program is GMS 4.0. Is the distribution of pressure head, total head, and groundwater depth. The simulations carried out in this research are the simulation of each well bore development period, the simulation of well bore capability to meet the raw water needs in Blitar City until 2029, and simulation to find the optimal debit from each wells that should be issued. During the period of 1996 boreho","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"196 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116348619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rahma Rismasari, Donny Harisuseno, Andre Primantyo Hendrawan
{"title":"KAJIAN PENANGGULANGAN GENANGAN YANG TERINTEGRASI DI KAWASAN PILANG, PROBOLINGGO","authors":"Rahma Rismasari, Donny Harisuseno, Andre Primantyo Hendrawan","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.5","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Permasalahan genangan yang terjadi di daerah perkotaan mengekspresikan tidak terakomodirnya dengan baik kapasitas saluran drainase dan ketersediaan daerah resapan. Begitupun yang terjadi di Kawasan Pilang Probolinggo. Genangan menjadi permasalahan tahunan saat musim hujan tiba. Penelitian ini mengkaji penanggulangan genangan secara terintegrasi antara sistem baru yang diusulkan berupa sumur tampungan, dan kolam detensi dengan sistem drainase eksisting. Curah hujan rancangan dihitung dengan metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III untuk kemudian dibandingkan hasilnya, dan dipilih yang memenuhi persyaratan. Karena merupakan integrasi dari kerja 2 (dua) sistem drainase, sehingga perlu dianalisis potensi dalam mereduksi genangan dan potensi dalam menambah waktu tiba banjir. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kejadian genangan historis mendekati perhitungan intensitas hujan kala ulang 2 tahun, sehingga sistem yang diusulkan didesain atas dasar debit rancangan kala ulang 5 tahun. Curah hujan rancangan diperoleh dengan metode Log Person Tipe III sebesar 125.304 mm. Dari hasil evaluasi kapasitas saluran terhadap debit rancangan, terdapat 12 saluran drainase eksisting yang kapasitasnya tidak memadai dalam menerima beban debit rancangan. Upaya penanggulangan secara terintegrasi dapat mereduksi genangan hingga 100%, dan dapat menunda waktu tiba banjirnya sebesar 83% pada 12 saluran yang diidentifikasikan terjadi genangan tersebut. Kata kunci : genangan, waktu konsentrasi, sistem drainase terintegrasi, reduksi banjir, sumur tampungan ABSTRACT : The problem of inundation that occurs in urban areas expresses not well accommodated drainage channel capacity and availability of catchment areas . Likewise that happened in the area of Pilang Probolinggo. Inundation becomes an annual problem when the rainy season arrives. This study examines integrated inundation management between proposed new systems of storage wells, and detention pools with existing drainage systems. The design rainfall is calculated by Gumbel method and Log Person Type III Method, then compared the results, and selected eligible. Because it is an integration of the work of 2 (two) drainage systems, so it needs to be analyzed the potential in reducing the inundation and the potential in increasing the flood arrival time. From the analysis results obtained that the occurrence of historical inundation approach the calculation of rain intensity when re-2 years, so that the proposed system is designed on the basis of discharge design 5-year re-design. The design rainfall is obtained by Log Person Type III method of 125.304 mm. From the evaluation of channel capacity to discharge design, there are 12 existing drainage channels whose capacity is inadequate in accepting the design discharge load. Integrated mitigation efforts can reduce the inundation to 100%, and can delay the flooding time of 83% in the 12 channels identified in the inundation. Keywords : inundation, time of concentra","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124138233","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Adhe Indra Nurprayogo, Widandi Soetopo, Emma Yuliani
{"title":"KAJIAN OPTIMASI SKEMA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HYDRO RANTAU SULI di KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI","authors":"Adhe Indra Nurprayogo, Widandi Soetopo, Emma Yuliani","doi":"10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.6","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Dengan semakin menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil maka perlu adanya energi alternatif pengganti yang baru dan terbarukan (Anonim, 2013). Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu alternatif energi yang relatif lebih stabil untuk memenuhi akan kebutuhan energi listrik. Dalam studi ini dilakukan optimasi terhadap skema PLTM Rantau Suli yang dilakukan dengan cara menentukan besar tinggi jatuh optimal, diameter pipa pembawa yang optimal dan pemilihan turbin yang tepat. Selain itu penentuan grafik flow duration curve juga sangat berpengaruh kepada simulasi energi yang dihasilkan. Hasil dari studi ini didapatkan skema dengan tinggi jatuh 110,1 meter dan panjang pipa pembawa adalah 1957 meter merupakan skema terbaik, dengan grafik FDC dari pembangkitan metode F.J. Mock sehingga dapat menghasilkan energi listrik tahunan sebesar 11,92 GWH yang dibangkitkan menggunakan turbin Francis dengan nilai biaya energi yang terendah yaitu sebesar Rp. 532,3 per kwh. PLTM Rantau Suli direncanakan berumur selama 30 tahun yang memiliki IRR sebesar 14,46%. Kata kunci : PLTM, flow duration curve , energi listrik tahunan, turbin, biaya energi ABSTRACT : F ossil fuels are decreased, So there are needs a renewable alternative energy replacement (Anonymous, 2013). The hydroelectric power plant is one of stable energy alternatives to supply the demand for electrical energy. In this study, the optimization of the Rantau Suli HEPP scheme is done by determining optimalization of head, optimalization of penstock diameter and the selection of turbine. In addition, the determination of flow duration curve graph is also very important to the simulation of the energy produced. The results of this study obtained schemes with a head of 110.1 meters and the length of penstock is 1957 meters, And FDC graphs from F.J Mock method is selected. So Rantau Suli HEPP can produce an annual electrical energy of 11.92 GWH a year which is generated using a Francis turbine with the lowest energy cost value of Rp. 532.3 per kwh. Rantau Suli HEPP is planned to be 30 years old with IRR of 14.46%.","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128069920","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISA TINGKAT EFISIENSI ALOKASI AIR IRIGASI D.I. KEDUNGKANDANG MALANG","authors":"Dian Ernawati, Widandi Soetopo, Moch. Sholichin","doi":"10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.4","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Kebutuhan pengalokasian air di lahan pada setiap wilayah sangatlah berbeda. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan perbedaan ini adalah kebiasaan petani di masing-masing daerah dalam mengairi sawahnya. Studi ini difokuskan pada efisiensi pengalokasian air irigasi antara kebutuhan penggenangan dan ketersediaan air pada Daerah Irigasi (DI) Kedungkandang Malang dengan membandingkan antara kebutuhan air yang dihitung berdasarkan metode Faktor Palawija Relatif (FPR) yang biasa diterapkan di Jawa Timur, kebiasaan masyarakat di masing-masing lokasi dalam mengenangi sawahnya di setiap fase pertumbuhan tanaman,dengan pengalokasian debit air pada sawah yang tercatat pada Dinas Sumberdaya Air Provinsi Jawa Timur yang bertanggung jawab atas Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) DI Kedungkandang Malang.Nilai efisiensi rata-rata tiap musim tanam sebesar MT I = 1,20 (kriteria berlebihan), MT II = 1,19 (kriteria berlebihan), MT III = 1,28 (Kriteria berlebihan). Setelah direncanakan operasi pengendalian pintu maka efisiensi berubah menjadi MT I = 1,051 ≈ 1 (kriteria cukup), MT II = 1,075 ≈ 1 (kriteria cukup), MT III = 1,090 ≈ (kriteria cukup). Kata kunci : Efisiensi, alokasi air, Irigasi, pengelolaan irigasi, faktor palawija relatif. Abstract. The need for water allocation in the land in each region is very different. One of the factors that can cause this difference is the farmers' habit in each region in irrigating their fields. This study focuses on balancing the allocation of irrigation water between the inundation requirements and the availability of water in Kedungkandang irrigation area Malang by comparing the water requirements calculated based on the community's customs in each location in winning the rice fields in each phase of plant growth, with the allocation of water discharge on rice fields recorded at the Water Resources Office of East Java Province responsible for the Task of Maintenance of Operation and Maintenance (TPOP) in Kedungkandang irrigation area. The value of the allocation of irrigations each planting seasons (MT) are MT I = 1,20 (over measure), MT II = 1,19 (overmeasure), MT III=1,28 (over measure). After planed control of the gate, the efficiency change into MT I =1,051≈1 (adequate), MT II = 1,075 ≈ 1 (adequate), MT III = 1,090 ≈ ( Adequate) Keywords : efficiency, water allocation,irrigations, irrigations management, palawija relative factor.","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128712637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}