{"title":"RITUAL CUCURA(PESTA PANEN) SEBAGAI UNGKAPAN RASA SYUKUR PADA SANGIA DI DESA LANGERE KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA","authors":"Firna Firna, Ashmarita Ashmarita","doi":"10.33772/kabanti.v5i2.1276","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i2.1276","url":null,"abstract":"Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui proses ritual Cucura (pasta panen) sebagai ungkapan rasa syukur pada sangia di Desa Langere Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara dan untuk mengetahui fungsi ritual cucura (pesta panen) sebagai ungkapan rasa syukur pada sangia penelitian ini menggunakan teori Sruktural Fungsionalme oleh Radcliffe Brown. Adapun metode peneltian menggunakan deskriptif kualitatif dan pengumpulan data di lakukan melalui pengamatan (observasi), dan wawancara mendalam (Indepth Interview). Adapun hasil penelitian ini yaitu: Ritual ini masih dilaksanakan karena masyarakat percaya kepada Laode Pepago dan masyarakat meyakini ia sebagai tokoh yang dianggap sebagai sangia. Menurut kepercayaan setempat dia adalah sangia yang dipercayai sebagai penguasa kampung oleh karena itu, diadakanlah ritual, dimana didalam ritual tersebut ada persembahan atau sesajen yang disimpan diatas loteng agar terhindar dari penyakit yaitu haroa di rumah sangia yaitu diruang tamu dan pengerahan sesajen diatas loteng (Monsurako) makanan diatas loteng dimaknai sebagai penawar/obat untuk masyarakat, yang memakan ketupat terhindar dari sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada mahluk hidup seperti penyakit menular. Haroa ini di tunjukan kepada sangia serta semua masyarakat Desa Langere sebagai wujud rasa syukur terhdap penguasa kampung yang telah memberikan kesuburan lahan, rezki, kesehatan, dan amalan supaya kampung diberkati atau keselamatan kampung. Fungsi ritual cucura ada tiga poin yaitu fungsi meminta keberkahan dan meminta kesehatan, fungsi mempererat keakakraban saling silahtuhrahmi, dan fungsi untuk keselamatan kampung.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"111 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122856047","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BOM IKAN DAN NELAYAN BAGAN","authors":"Rimang Rimang, W. Sifatu","doi":"10.33772/kabanti.v5i2.1270","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i2.1270","url":null,"abstract":"Penelitian ini melihat nelayan menyembunyikan informasi keberadaan bom ikan kepada Polisi dan mereka yang tidak berkepentingan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan cara menyembunyikan informasi, proses memperoleh bahan baku, cara menggunakan bom sebagai pelengkap alat tangkap. Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Fokus penelitian adalah nelayan pengguna bom sebagai alat bantu tangkap di Desa Labuan Beropa Kabupaten Konawe Selatan. Data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, pengguna memahami bom membahayakan keberlanjutan ekosistem laut dan jiwa manusia, namun telah menjadi candu karena menguntungkan secara ekonomi semasa. Nelayan telah memiliki tuntunan dan pengetahuan tentang cara agar pengguna bom terhindar dari bahaya saat bom diledakkan. Nelayan bagan mempersepsikan bahwa ekonomi nelayan dapat meningkat jika menggunakan bom sebagai alat bantu. Nelayan bagan masih menggunakan bom ikan sebagai alat bantu penangkapan, bom ikan merusak ekosistem perairan dan dapat membahayakan jiwa penggunanya. Implikasi teoritis: Teori Geertz (1973) tentang From the native of view bekerja pada nelayan bagan pengguna bom ikan. Etos, pandangan dunia menuntun mereka agar terhindar dari marabahaya. Rekomendasi: diharapkan pemerintah dan instansi terkait melakukan pendekatan secara persuasif dan duduk bersama untuk mencari solusi sebagai jalan keluar.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"207 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121187900","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STRATEGI SOSIAL EKONOMI JANDA CERAI MATI SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DI DESA OELONGKO, KECAMATAN BONE, KABUPATEN MUNA","authors":"Suci Indah Suci Indah, A. Alim","doi":"10.33772/kabanti.v5i2.1277","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i2.1277","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi para janda cerai mati dan bagaimana strategi janda cerai mati mengatasi masalah sosial dan meningkatkan kondisi ekonomi keluarga di Desa Oelongko, Kecamatan Bone, Kabupaten Muna. Penelitian ini menggunakan teori Model of Model for dari Clifford Geertz. Dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan menentukan individu yang dianggap dapat memberikan informan sesuai dengan kriteria-kriteria yang releven dengan objek penelitian yang jelas tentang strategi sosial ekonomi janda cerai mati sebagai orang tua tunggal. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitin lapangan (field work) dengan menggunakan dua metode yaitu pengamatan terlibat (parcitipation observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Peneltian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan metode penelitian etnografi.Hasil penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonmi janda cerai mati dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek ekonmi, aspek pendidikan, aspek konsumsi dan aspek kesehatan. Sedangkan strategi janda cerai mati dalam memenuhi nafkah keluarga di Desa Oelongko Kecamatan Bone Kabupaten Muna, selain sebagai seorang ibu yang mendidik anak dan mengurus masalah yang ada di dalam rumah tangga yang juga berperan untuk mencari nafkah diantaranya bekerja sebagai pedagang atau berwarung dan sebagai seorang petani serta memiliki pekerjaan sampingan seperti asiten rumah tangga dan buruh tani dalam hal ini seorang janda cerai mati bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132909036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KEBERTAHANAN BUDAYA PANDAI BESI SEBAGAI INDUSTRI TRADISIONAL DI DESA WALELEI KECAMATAN BARANGKA","authors":"Nur Aynun, Hasniah Hasniah","doi":"10.33772/kabanti.v5i2.1269","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i2.1269","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya masyarakat Desa Walelei dalam mempertahankan eksistensi pandai besi dan Untuk mengetahui kebertahanan budaya tradisional pandai besi. Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori Materialisme Marvin Harris, Pengumpulan data dengan menggunakan metode etnografi berupa deskripsi mendalam, menggunakan observasi partisipatif (participation observation) dan wawancara mendalam (indepthinterview). Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Desa walelei dalam mempertahankan budaya pandai besi. Upaya masayarakat Desa Walelei dalam mempertahankan eksistensi pandai besi yakni mengajarkan anak-anak sejak dini tentang pembuatan pandai besi. Mempertahankan budaya tradisional pandai besi dari Orang Tua terdahulu. Pandai besi yang terdapat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu mata pencaharian di karenakan kurangnya lapangan pekerjaan.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128724607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SONGGA’A : RITUAL PASCA PERKAWINAN PADA ORANG LIYA MAWI","authors":"Jorya Jorya, Raemon Raemon","doi":"10.33772/kabanti.v5i2.1279","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i2.1279","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan prosesi ritual songga’a pada masyarakat Liya Mawi serta untuk mengungkap makna simbolik yang terdapat dalam ritual songga’a untuk mengetahui karakter pasangan pengantin baru. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2020. Dalam menganalisis data-data yang ada penelitian ini menggunakan teori simbolik oleh Victor W. Turner, metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode etnografi dengan dengan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Selanjutnya data yang didapatkan dianalisa dan disusuan berdasarkan acuan yang digunakan sehingga mudah diinterpertasikan.Hasil penelitian menunjukan bahwa ritual songga’a adalah tradisi yang wajib dilakukan oleh pasangan pengantin baru yang memiliki garis keturunan Liya Mawi. Ada keyakinan secara metafisika didalam masyarkat pendukung kebudayaan tersebut bahwa apabila ritual ini tidak dilakukakan maka akan pasangan pengantin baru tersebut akan mendapatkan bala yang berupa; susah mendapatkan keturunan, kesehatan mererka akan terganggu, susah mendapatkan rezeki, serta akan ada penyakit-penyakit secara personalistik yang akan diderita. Dalam prosesinya ritual songga’a ada empat tahapan yaitu; Te Lahaa Umanu, Te Songga’a U’ufe, Temanga’a Umia Sumongga’a, dan Te Hesofuia. Adapun makna simbolik yang terdapat didalamnya akan diinterpertasikan berdasarkan media ayam yang digunakana saat proses ritual.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122590445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KERAJINAN TRADISIONAL BERBAHAN PAKU HATA (NENTU) PADA MASYARAKAT MUNA (STUDI DI DESA KORIHI KECAMATAN LOHIA KABUPATEN MUNA","authors":"Desi Anita, Wa Ode Sitti Hapsah","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1191","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1191","url":null,"abstract":"Kerajinan anyaman dari Paku Hata (Nentu) adalah suatu kerajinan tangan yang berbentuk anyaman dengan bahan dasar batang tanaman merambat. Masyarakat Muna biasa menyebutnya dengan kata “Nentu”. Tanaman yang sifatnya merambat ini bisa dijumpai pada tempat yang disekelilingnya terdapat pohon rendah maupun tinggi yang bisa dijadikan wadah untuk melilitkan diri. Batang Nentu yang digunakan dalam membuat anyaman yaitu batang yang sudah tua.Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pembuatan kerajinan, untuk menjelaskan strategi dalam mempertahankan kerajinan, dan mengetahui pemasaran hasil produk kerajinan tradisional berbahan Paku Hata (Nentu) pada masyarakat di Desa Korihi Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori sistem teknologi oleh Koentjaraningrat, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara melalui pengamatan terlibat dan wawabcara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembuatan kerajinan tradisional berbahan Paku Hata (Nentu) terdapat tiga proses utama yaitu: (1) persiapan bahan baku, dalam persiapan bahan baku bagian yang paling utama yang harus disiapkan terlebih dahulu yaitu tenaga kerja, kemudian bahan baku dan alat pembuatan kerajinan. (2) pembuatan pola dasar, dalam pembuatannya dibutuhkan jari-jari tangan yang kuat sebagai tumpuan untuk memegang batang Rotan yang dililitkan batang Nentu. (3) kreativitas pengembangan bentuk anyaman, dalam membuat kreativitas dapat menghasilkan berbagai jenis perabotan tradisional seperti Talang Besar, Bosara, Talang Pengalas Gelas, Alas Piring , Dan Tempat Tisu. Adapun strategi masyarakat dalam mempertahankan kerajinan tradisional yaitu dengan menghadirkan instruktur ke kelompok pengrajin dan mengikuti event-event kerajinan. Dalam pemasarannya masyarakat membawa hasil kerajinannya di Kota Raha, Kendari, Dekranas Tingkat I, dan di Jakarta untuk diperjual belikan.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126153846","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERGESERAN NILAI-NILAI BUDAYA POKADULU PADA MASYARAKAT MUNA DI DESA LANGKU-LANGKU KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT","authors":"J. Jumiati","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1247","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1247","url":null,"abstract":"Budaya pokadulu merupakan kegiatan masyarakat dalam bekerja untuk saling membantu satu sama lain yang dilakukan secara bergilir dan bergotong-royong. Konsep Pokadulu selalu ditanamkan dalam diri setiap individu mulai dari generasi muda samapai dengan orang tua.Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk pokadulu pada masyarakat Muna di Desa Langku-Langku Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat dan Mendeskripsikan atau mengetahui pergeseran nilai-nilai budaya pokadulu pada masyarakat Muna di Desa Langku-Langku Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori evolusioner oleh Talcott Parsons Menggunakan pendekatan kualitatif dengan tiga cara trigulasi yakni melakukan pengamatan terlibat langsung dilapangan, wawancara terhadap informan dan catatan lapangan untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,bentuk-bentuk pokadulu terdapat tiga macam yaitu pokadulu dalam pesta perkawinan, pokadulu dalam kegiatan pertanian, dan pokadulu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Yang memiliki enam (6) nilai-nilai positif (1) nilai kebersamaan, (2) nilai persatuan, (3) nilai tolong menolong, (4) nilai sosialisasi dan (5) nilai rela berkorban. Yang keseluruhan berubah dan bergeser akibat dua faktor yakni (1) faktor teknologi yang semakin berkembang dan (2) faktor ekonomi.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115757948","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGETAHUAN SANRO DAN PEPAYA","authors":"Iswanto Iswanto, Hasniah Hasniah","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1207","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1207","url":null,"abstract":" Penelitian ini bertujuan mengemukakan pengetahuan dukun mengenai tumbuhan papaya yang mempunyai khasiat sebagai obat tradisional dan jenis penyakit yang bisa diobati dengan penggunaan tumbuhan papaya. Penelitian ini dilakukan pada januari 2020. Penelitian ini menggunakan teori Kognitif oleh Goodenough dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Etnografi dengan pengumpulan data dilakukan dengan tehnik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Data yang didapatkan dilapangan kemudian dianalisis secara deskriptif, analisis data kemudian dilakukan untuk menyederhanakan data yang didapatkan dalam bentuk yang lebih m,udah dibaca dan diinterprestasikan menjadi sebuah hasil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dukun akan pengobatan tradisionl didapat secara turun temurun dari generasi kegenerasi, pengobatan yang dilakukan berdasarkan berdasarkan atas pengalaman, keyakinan dan proses belajar sehingga mampu untuk mempraktekan kepasien yang mengalami sakit akibat gangguan roh halus, [enggunaan media seperti air putih, tumbuhan dan doa, adalah cara yang digunakan dukun dalam mengobati. Penegtahuan yang dimiliki dukun tentang tumbuhan papaya terletak pada bagian-bagiannya, yang bermanfaat sebagai obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bagian dari tumbuhaan papaya memiliki manfaat sebagai obat, karena tumbuhan ini terkenal sebagai sumber yang memiliki khasiat mengobati lebih dari satu penyakit. Penyakit seperti malaria, tekanan darah tinggi, gatal, bisul, cacingan, kulit pecah dan luka bakar dapat diobati dengan cara yang b enar pada masyarakat Kelurahan Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127192823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MONTA’U","authors":"Hasniati Hasniati","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1193","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1193","url":null,"abstract":"Ekologi Monta’u (Berladang) merupakan bentuk perlindungan terhadap alam untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga melahirkan sebuah kearifan lokal bagi masyarakat yang dilakukan dalam sekali setahun. Tujuan Penelitian untuk mengetahui tradisi Monta’u apakah merupakan bentuk perlindungan terhadap alam dan untuk mengetahui tradisi sebagai kearifan lokal. Teori yang di gunakan yaitu Ekologi Adaptasi Budaya Julian H. Steward dengan menggunakan metode Etnografi serta teknik pemilihan informan yang dilakukan dengan cara menetapkan informan kunci kemudian menentukan informan lain dengan teknik Snowball oleh Spradley (1997) dan Bernard (1994). Di mana penelitian dapat dihentikan apabila data telah berulang dan data sudah mencukupi atau data jenuh(dimana tidak ditemukan informan baru lagi). Pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan terlibat (Participation Observation) dan wawancara mendalam ( Indepth Interview) serta analisi secara etnografi data yang diperoleh dari awal hingga akhir penelitian di susn dan di kelompokkan menurut bagian-bagiannya kemudian dikaitkan dengan konsep dan teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekologi berladang pada Orang Mawa merupakan bentuk perlindungan terhadap alam untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga melahirkan sebuah kearifan lokal dalam berladang, agar selalu terlindungi dan terjaga ekologi berladang oleh mereka sehingga tidak mengalami kepunahan karena ekologi berladang merupakan sebuah sumber kehidupan bagi masyarakat Mawa Kecamatan Wawonii Utara.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134443662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MENGEJAR RUPIAH: HILIR MUDIK ORANG MUNA DARI DESA KE KOTA","authors":"Nurhayani Nurhayani","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1190","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1190","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan mobilitas Orang Muna dalam meningkatkan perekonomian di Desa Kampobalano Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat. Teori yang digunakan adalah teori push and pull dari Everett S Lee. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi berupa uraian mendalam, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengamatan terlibat (observasi partisipan) dan wawancara mendalam (in-depth interview). \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa mobilitas masyarakat Munar di Desa Campobalano dapat dibedakan menjadi dua kategori: (1) Mobilitas ulang-alik (pomainsuli segholeo) artinya penduduk berpindah kembali ke daerah semula dalam batas waktu tertentu. Pindah dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu; (2) Mobilitas menetap (pomainsuli nelate), yaitu meninggalkan tempat asal di daerah tujuan selama beberapa hari kemudian kembali ke tempat asal. Batas waktu perjalanan masyarakat Muuna di Desa Kampobalano lebih dari satu hari hingga dua bulan. Keputusan Orang Muna Muna Desa Kampobalano untuk melakukan mobilitas disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) Faktor pendorong daerah asal, (a) Lingkungan alam yang tidak mendukung; (b) Tidak memiliki modal yang besar dalam membuka usaha; (c) Perbaikan sarana transportasi; (d) Faktor ekonomi; (2) Faktor penarik di daerah tujuan; (a) Lapangan kerja terbuka di daerah tujuan, (b) Upah tinggi di daerah tujuan, (c) Barang dagangan di daerah asal dan daerah tujuan lebih murah , (d) Fasilitas hiburan tersedia, dan (3) Keuntungan dalam melakukan mobilitas","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128411265","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}