{"title":"Tinjauan Komparatif Eksklusivisme Yahudi dengan Pemahaman Keselamatan Orang Kristen Nominal Berdasarkan Yohanes 8: 37-47","authors":"Munatar Kause","doi":"10.47131/JTB.V1I1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/JTB.V1I1.6","url":null,"abstract":"Leadership is an activity that involves the leaders of where, when, and what he does. In many areas, leadership is a crucial activity advance and retreat of an organization or institution. The same thing happened with the Christian leadership, which is an activity Christian leaders wherever located. In the context of Indonesia's leadership in plural, it takes a complete leader and integrity. A visionary leader, biblical means to have the basics of leadership according to the Bible, which is the word of God which is the handle of a Christian leader. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan para pemimpin dimana, kapan, dan apa yang dikerjakannya. Dalam berbagai bidang, kepemimpinan adalah suatu kegiatan yang sangat menentukan maju dan mundurnya sebuah organisasi atau lembaga. Hal yang sama juga terjadi dengan kepemimpinan Kristen, yang adalah sebuah kegiatan para pemimpin Kristen dimanapun berada. Dalam konteks kepemimpinan di Indonesia yang pluralis, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang lengkap dan berintegritas. Seorang pemimpin yang visoner, alkitabiah artinya memiliki dasar-dasar kepemimpinan yang sesuai dengan Alkitab, yang adalah firman Tuhan yang adalah pegangan seorang pemimpin Kristen.","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129113255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Kelas","authors":"Markus Oci","doi":"10.47131/jtb.v1i1.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.12","url":null,"abstract":"Class management is an effort to utilize classroom management in the context and content of teaching and learning activities. Class management is a skill that must be possessed by the teacher in deciding, understanding, diagnosing and the ability to act towards improving classroom atmosphere on aspects that need to be considered in class management are: class nature, driving class strength, class situation, selection and creative actions. Class management is the teacher's skill in managing, directing and managing student learning activities to be better in learning or learning activities, so that in classroom management learning or learning activities can run well. Class management is a conscious effort to regulate all teaching and learning activities or learning in order to run systematically and dynamically. The conscious effort leads to preparation in teaching, student learning, facilities and infrastructure, learning media, designing learning spaces, creating situations and conditions in teaching and learning activities, managing time and other matters related to teaching and learning activities or learning to run well . The objectives to be achieved in classroom management are: achievement of instructional objectives (core competencies, basic competencies and indicators). \u0000 \u0000Abstrak \u0000Manajemen kelas adalah upaya mendayagunaan pengelolaan kelas dalam konteks dan konten kegiatan belajar mengajar. Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. Manajemen kelas merupakan keterampilan guru dalam mengatur, mengarahkan dan mengelola kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik dalam kegiatan belajar atau pembelajaran, sehingga dalam manajemen kelas kegiatan belajar atau pembelajaran dapat berjalan baik. Manajemen kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur segala kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran agar dapat berjalan secara sistematis dan dinamis. Usaha sadar tersebut mengarah pada persiapan dalam mengajar, belajar siswa, sarana dan prasarana, media pembelajaran, mendisain ruang belajar, menciptakan situasi dan kondisi dalam kegiatan belajar mengajar, mengatur waktu dan hal-hal lainnya yang berhubungan kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran agar berjalan dengan baik. Tujuan yang hendak dicapai dalam manejeman kelas adalah: tercapainya tujuan intruksional (kompetensi inti, kompetensi dasar serta indikator).","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133759048","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kepemimpinan Kristen dalam Pluralitas Indonesia","authors":"Johannis Siahaya","doi":"10.47131/jtb.v1i1.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.8","url":null,"abstract":"Leadership is an activity that involves the leaders of where, when, and what he does. In many areas, leadership is a crucial activity advance and retreat of an organization or institution. The same thing happened with the Christian leadership, which is an activity Christian leaders wherever located. In the context of Indonesia's leadership in plural, it takes a complete leader and integrity. A visionary leader, biblical means to have the basics of leadership according to the Bible, which is the word of God which is the handle of a Christian leader. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan para pemimpin dimana, kapan, dan apa yang dikerjakannya. Dalam berbagai bidang, kepemimpinan adalah suatu kegiatan yang sangat menentukan maju dan mundurnya sebuah organisasi atau lembaga. Hal yang sama juga terjadi dengan kepemimpinan Kristen, yang adalah sebuah kegiatan para pemimpin Kristen dimanapun berada. Dalam konteks kepemimpinan di Indonesia yang pluralis, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang lengkap dan berintegritas. Seorang pemimpin yang visoner, alkitabiah artinya memiliki dasar-dasar kepemimpinan yang sesuai dengan Alkitab, yang adalah firman Tuhan yang adalah pegangan seorang pemimpin Kristen.","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134186903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Mengembangkan Pendidikan Agama Inklusif sebagai Solusi Pengelolaan Keragaman di Indonesia","authors":"Y. Z. Rumahuru","doi":"10.47131/jtb.v1i1.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.13","url":null,"abstract":"This article discusses the importance of inclusive religious education as an instrument for building and developing a model of contextual religious education in Indonesia. This discussion aims to provide alternative thinking to correct the reality of exclusive religious practices that are thought to be influenced by ways of learning religion in schools that have not been able to change and shape Naradidik's inclusive attitude. From the results of various literature studies, it was found that in addition to the widely commented education politics and religious education system, religious education built on an exclusive paradigm has helped shape attitudes of hatred and intolerance among narrators, which can be used as fertile ground for the growth of radicalism and extremism. It was found that inclusive religious education that pays attention to efforts to build awareness of differences can be an effective model that transforms religious education in the context of this pluralistic society in Indonesia. Inclusive religious education is also a medium of religious learning that can shape the moderate attitude of students. In this regard inclusive religious education can be used as a solution for strengthening attitudes towards other groups outside of their own groups and managing diversity in Indonesia. \u0000 \u0000 \u0000Abstrak \u0000Artikel ini mendiskusikan pentingnya pendidikan agama inklusif sebagai instrumen untuk membangun dan mengembangkan satu model pendidikan agama kontekstual di Indonesia. Pembahasan ini bertujuan memberi pemikiran alternatif untuk mengoreksi realitas praktik keagamaan eksklusif yang diduga turut dipengaruhi oleh cara pembelajaran agama di sekolah yang belum mampu mengubah dan membentuk sikap inklusif naradidik. Dari hasil kajian berbagai literatur ditemuai bahwa selain politik pendidikan dan sistem pendidikan agama di Indonesia yang banyak dikomentari, pendidikan agama yang dibangun dalam paradigma eksklusif telah turut membentuk sikap kebencian dan intoleransi di kalangan naradidik, yang dapat dijadikan lahan subur tumbuhnya gerakan radikalisme dan ekstrimisme. Ditemui bahwa pendidikan agama inklusif yang memberi perhatian pada upaya membangun penyadaran terhadap perbedaan dapat dijadikan model efektif yang mentransformasi pendidikan keagamaan dalam konteks bermasyarakat di Indonesia yang majemuk ini. Pendidikan agama inklusif sekaligus menjadi media pembelajaran agama yang dapat membentuk sikap moderat nara didik. Dalam kaitan ini pendidikan agama inklusif dapat dijadikan salah satu solusi bagi penguatan sikap penerimaan terhadap kelompok lain di luar kelompok sendiri dan pengelolaan keragaman di Indonesia.","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121021863","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kriteria Pemimpin Jemaat Menurut Titus 1:5-9","authors":"Bertha Zendriani Toganti","doi":"10.47131/jtb.v1i1.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.10","url":null,"abstract":"One spoken of in the Bible leadership is leadership that is addressed to the leaders in the church or God's people. If the Bible tells about how the leaders role and lead his people in various ways, styles and methods, then the letter of Titus, was told that there was a requirement given by Paul to Titus as a leader of the church in the city of Crete. In Titus 1: 5-9, there are at least eight conditions given for applied by Titus in his ministry, they are: hospitable, will the good love, wisdom, justice, godly, self-controlled, telling the truth and keeping with sound doctrine. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Salah satu kepemimpinan yang dibicarakan dalam Alkitab adalah kepemimpinan yang ditujukan kepada para pemimpin dalam jemaat atau umat Allah. Jika dalam Alkitab menceritakan tentang bagaimana para pemimpin berperan dan memimpin umatnya dengan berbagai macam cara, gaya dan metode, maka dalam surat Titus, diberitahukan bahwa ada persyaratan yang diberikan oleh Paulus kepada Titus sebagai seorang pemimpin jemaat di kota Kreta. Dalam Titus 1:5-9, minimal ada delapan syarat yang diberikan untuk diterapkan oleh Titus di dalam pelayanannya, yakni: suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, menguasai diri, berkata benar dan sesuai dengan ajaran yang sehat","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"161 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133119040","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peranan Perempuan Menurut Perjanjian Baru bagi Perkembangan Kepemimpinan Perempuan di dalam Gereja","authors":"Nunuk Rinukti Siahaya","doi":"10.47131/jtb.v1i1.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.9","url":null,"abstract":"A woman is more often become second-class citizens in terms of leadership. Although age has become the time of emancipation, however, in some sectors of life, a women have not got the right place and in accordance with nature. This also happens in church life. Many of the rules and procedures that the church does not provide flexibility for women to lead. There are many reasons, such as reasons for prohibiting the biblical text, up to a certain cultural reasons, including certain church culture that has not provided the opportunity for women to lead. Therefore, in this Tulsan authors highlight the role of women in the New Testament for the development of women's leadership in the church. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Perempuan atau wanita lebih sering menjadi warga kelas dua dalam hal kepemimpinan. Walaupun zaman ini telah menjadi zaman emansipasi, namun demikian di beberapa sector kehidupan, perempuan atau wanita belum mendapat tempat yang pas dan sesuai dengan kodratnya. Hal ini juga terjadi di dalam kehidupan bergereja. Banyak peraturan dan tata gereja yang tidak memberikan keleluasan bagi perempuan untuk memimpin. Ada banyak alas an, seperti alas an teks Alkitab yang melarang, sampai alas an budaya tertentu, termasuk budaya gereja tertentu yang belum memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memimpin. Oleh karena itu, dalam Tulsan ini penulis menyoroti peranan perempuan dalam Perjanjian Baru demi perkembangan kepemimpinan perempuan di dalam gereja.","PeriodicalId":168861,"journal":{"name":"JURNAL TERUNA BHAKTI","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126194046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}