Fon Pub Date : 2022-10-29 DOI:10.25134/fon.v18i2.5605
Kholilatuz Zuhria, Ho Ngoc Hieu, Daroe Iswatiningsih
{"title":"KAJIAN ETNOLINGUISTIK BENTUK DAN MAKNA PENAMAAN PETILASAN PADA MASA KERAJAAN DI KABUPATEN BLITAR","authors":"Kholilatuz Zuhria, Ho Ngoc Hieu, Daroe Iswatiningsih","doi":"10.25134/fon.v18i2.5605","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAK: Penamaan seringkali menjadi tempat menyimpan sejarah dan makna kultural bagi masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar dengan menggunakan pendekatan etnolinguistik. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari 2 informan, yaitu Bapak Handoko (44 tahun, Kepala Desa Serang Kabupaten Blitar) dan Ibu Sunarmi (61 tahun, juru kunci Candi Mleri). Data penelitian berupa tuturan informan yang berkaitan dengan fokus permasalahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, rekam, dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, mendeskripsikan, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdapat dua jenis bentuk satuan bahasa yaitu, berupa (1) frasa nomina modifikatif simpleks dan (2) frasa nomina modifikatif kompleks. Pada frasa nomina modifikatif simpleks ditemukan frasa yang berstruktur nomina dan nomina,  nomina dan verba, serta nomina dan adjektiva. Sementara itu, pada frasa nomina modifikatif kompleks ditemukan frasa berstruktur kata dan frasa serta frasa dan frasa. Makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdiri atas makna leksikal dan makna kultural. Pada makna leksikal digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu mengacu pada suatu (1) tempat, (2) bangunan, (3) daerah, dan (4) benda. Sementara itu, pada makna kultural menggambarkan pola pemikiran masyarakat untuk menyatakan (1) konservasi alam, (2) pelestarian sejarah, (3) sarana spiritual, (4) penghormatan tokoh masyarakat, dan (5) mitos.KATA KUNCI: bentuk, etnolinguistik; Kabupaten Blitar; makna, masa kerajaan; penamaan petilasanETHNOLINGUISTIC STUDY OF THE FORM AND MEANING NAMING PETILASAN AT GOVERNMENT TIME IN BLITAR REGENCYABSTRACT: Naming is often a place to store history and cultural meaning for its people. This research describes the form and meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency using an ethnolinguistic approach. This research includes a type of case study research with qualitative descriptive methods. We got the source of this research data from 2 informants, namely Mr Handoko (44 years old, Head of Serang Village of Blitar Regency) and Mrs Sunarmi (61 years old, caretaker of Mleri Temple). Research data as informant speech related to the focus of the problem. Library studies, interviews, records, and notes did data collection techniques. Data analysis techniques are performed by identifying, classifying, interpreting, describing, and concluding. The results showed that the form of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency there are two types of language unit forms as (1) simplex modification noun phrase and (2) complex modification noun phrase. In the phrase, simplex modification noun found phrases that are structured noun and noun, noun and verb, and noun and adjective. Meanwhile, in complex modification, noun phrases are found structured phrases of words and phrases, and phrases and phrases. The meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency comprises lexical meaning and cultural meaning. It classified lexical meaning into four types, which refers to a (1) place, (2) building, (3) area, and (4) objects. Meanwhile, the cultural meaning describes the pattern of public thought to state (1) conservation of nature, (2) preservation of history, (3) spiritual means, (4) respect for community leaders, and (5) myths.KEYWORDS: form, ethnolinguistic; Blitar Regency; meaning, government time; naming of petilasan","PeriodicalId":34420,"journal":{"name":"Fon","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-10-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Fon","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25134/fon.v18i2.5605","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

抽象:命名通常是一个存储历史和文化意义的地方。该研究旨在通过人种语言的方法来描述布利塔王国时期雷电的形状和意义。本研究包括一种具有描述性质的案例研究方法的研究类型。这项研究的数据来源来自2名线人,Handoko先生(44岁,布利塔省村长)和Sunarmi夫人(61岁,寺庙馆长Mleri)。与问题焦点相关的告密者报告的研究数据。数据收集技术是通过对库、采访、记录和记录的研究进行的。数据分析技术是通过识别、分类、解释、描述和总结来实现的。研究表明,布利塔摄政时期的雷卜塔王朝命名形式有两种语言组合形式,一种是(1)精于单纯的修养名词,另一种是(2)复杂的修养名词。在纯粹的修饰性名词短语中发现了结构为名词和名词、名词和动词、名词和形容词的短语。与此同时,在一个复杂的修饰性名词中发现了具有单词和短语、短语和短语结构的短语。布利塔摄政时期的雷电意义包括词汇意义和文化意义。在词汇意义上,它被分为四种类型,指的是(1)地点,(2)建筑,(3)区域和(4)对象。与此同时,从文化意义上讲,代表了社会的思维模式,社会宣称(1)保护自然,(2)保护历史,(3)精神手段,(4)尊重社会人物,(5)神话。关键词:形式、人种语言;布利塔县;王国的意义;《布利塔回文时代》(BLITAR REGENCYABSTRACT)政府对其人民的历史和文化意义的研究表明:NAMING是一个存储历史和文化意义的地方。这项研究用科学方法描述了王国在布利塔摄食过程中发现的形式和特征。这个研究包括一种案例研究的类型与合格的解释方法。我们从两名线人namely Handoko先生和Sunarmi夫人那里得到了这项研究的资料。美国研究数据的信息与问题的焦点相关。图书馆研究、面试、记录和记事本收集数据技术。技术分析数据分析是通过标识、classifying、解释性、解释性和结论进行的。最近的建议是,在布利塔王国的冲突中存在两种语言单元。在短语中,简单的修改名词发现了动词、名词和形容词所构成的短语。我说,在比较修饰法中,名词短语是动词和短语的结构。在幸福的婚姻中,王国的诗意和文化意义上的冒犯。它是分类的词汇,指的是(1)place,(2)建筑,(3)区域,以及(4)对象。虽然,文化意义描述了公众思考的模式(1)自然保护,(2)历史保护,(3)精神意义,(4)对社区领导的尊重,以及(5)神话。形式:ethnolinguistic;布利塔丽晶;意思,政府时间;光源
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
KAJIAN ETNOLINGUISTIK BENTUK DAN MAKNA PENAMAAN PETILASAN PADA MASA KERAJAAN DI KABUPATEN BLITAR
ABSTRAK: Penamaan seringkali menjadi tempat menyimpan sejarah dan makna kultural bagi masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar dengan menggunakan pendekatan etnolinguistik. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari 2 informan, yaitu Bapak Handoko (44 tahun, Kepala Desa Serang Kabupaten Blitar) dan Ibu Sunarmi (61 tahun, juru kunci Candi Mleri). Data penelitian berupa tuturan informan yang berkaitan dengan fokus permasalahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, rekam, dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, mendeskripsikan, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdapat dua jenis bentuk satuan bahasa yaitu, berupa (1) frasa nomina modifikatif simpleks dan (2) frasa nomina modifikatif kompleks. Pada frasa nomina modifikatif simpleks ditemukan frasa yang berstruktur nomina dan nomina,  nomina dan verba, serta nomina dan adjektiva. Sementara itu, pada frasa nomina modifikatif kompleks ditemukan frasa berstruktur kata dan frasa serta frasa dan frasa. Makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdiri atas makna leksikal dan makna kultural. Pada makna leksikal digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu mengacu pada suatu (1) tempat, (2) bangunan, (3) daerah, dan (4) benda. Sementara itu, pada makna kultural menggambarkan pola pemikiran masyarakat untuk menyatakan (1) konservasi alam, (2) pelestarian sejarah, (3) sarana spiritual, (4) penghormatan tokoh masyarakat, dan (5) mitos.KATA KUNCI: bentuk, etnolinguistik; Kabupaten Blitar; makna, masa kerajaan; penamaan petilasanETHNOLINGUISTIC STUDY OF THE FORM AND MEANING NAMING PETILASAN AT GOVERNMENT TIME IN BLITAR REGENCYABSTRACT: Naming is often a place to store history and cultural meaning for its people. This research describes the form and meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency using an ethnolinguistic approach. This research includes a type of case study research with qualitative descriptive methods. We got the source of this research data from 2 informants, namely Mr Handoko (44 years old, Head of Serang Village of Blitar Regency) and Mrs Sunarmi (61 years old, caretaker of Mleri Temple). Research data as informant speech related to the focus of the problem. Library studies, interviews, records, and notes did data collection techniques. Data analysis techniques are performed by identifying, classifying, interpreting, describing, and concluding. The results showed that the form of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency there are two types of language unit forms as (1) simplex modification noun phrase and (2) complex modification noun phrase. In the phrase, simplex modification noun found phrases that are structured noun and noun, noun and verb, and noun and adjective. Meanwhile, in complex modification, noun phrases are found structured phrases of words and phrases, and phrases and phrases. The meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency comprises lexical meaning and cultural meaning. It classified lexical meaning into four types, which refers to a (1) place, (2) building, (3) area, and (4) objects. Meanwhile, the cultural meaning describes the pattern of public thought to state (1) conservation of nature, (2) preservation of history, (3) spiritual means, (4) respect for community leaders, and (5) myths.KEYWORDS: form, ethnolinguistic; Blitar Regency; meaning, government time; naming of petilasan
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
Fon
Fon
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
10 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信