{"title":"重新解释圣训关于禁止妇女不带头巾旅行的含义:玛娜加玛格萨方法","authors":"Achmad Fuaddin, Muhammad Imam Mutaqin","doi":"10.21043/riwayah.v8i2.15763","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"One of the interesting objects of study to be researched in the current era is related to gender issues. One of the interesting gender issues is related to the hadith which prohibits a woman from traveling except with her mahram or husband. The scholars in responding to this hadith tend to establish strict laws, namely, it is forbidden for women to travel alone. This is interesting to study because now many women are traveling alone due to many reasons, such as economic and educational problems. Therefore, the authors are interested in researching and reinterpreting the meaning of the prohibition of traveling for women except with their husbands or mahrams using the ma’na-cum-maghza approach. This aims to determine the historical significance of hadith and its significance today. The results of this study indicate that women are prohibited from traveling alone without being accompanied by a mahram or husband due to safety factors that were not guaranteed at the time of the Prophet. As for traveling today, if it is safe to travel alone, it is permissible for a woman to travel alone. However, if the current situation is dangerous on the road or at the destination and a woman can’t travel alone, then there must be someone who can look after her.[Salah satu obyek kajian yang menarik untuk diteliti di era sekarang adalah terkait isu-isu gender. Salah satu isu gender yang menarik adalah terkait hadis yang melarang seorang wanita melakukan safar (bepergian) kecuali bersama mahram atau suami. Para ulama dalam menyikapi hadis tersebut cenderung menetapkan hukum ketat, yaitu dilarang bagi perempuan melakukan bepergian sendirian. Hal ini menarik untuk dikaji dikarenakan pada kenyataanya sekarang banyak wanita yang melakukan safar sendirian dikarenakan banyak alasan, seperti masalah ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mereinterpretasi pemaknaan larangan safar bagi perempuan kecuali bersama suami atau mahram dengan menggunakan pendekatan ma’na-cum-maghza. Hal ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi historisitas hadis di zaman sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan larangan perempuan untuk melakukan safar sendirian tanpa ditemani mahram atau suami dikarenakan faktor keamanan yang tidak menjamin pada zaman Nabi. Adapun bepergian pada zaman sekarang jika sudah terjamin keamanannya untuk melakukan safar secara sendirian, maka diperbolehkan seorang perempuan melakukan safar sendiri. Namun jika keadaan zaman sekarang terdapat bahaya di jalan maupun tempat tujuan dan tidak memungkinkan seorang perempuan untuk bepergian sendirian, maka harus ada seseorang yang bisa menjaganya.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"REINTERPRETATION OF THE MEANING OF THE HADITH ON PROHIBITION FOR WOMEN TO TRAVEL WITHOUT A MAHRAM: The Ma’na-cum-Maghza Approach\",\"authors\":\"Achmad Fuaddin, Muhammad Imam Mutaqin\",\"doi\":\"10.21043/riwayah.v8i2.15763\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"One of the interesting objects of study to be researched in the current era is related to gender issues. One of the interesting gender issues is related to the hadith which prohibits a woman from traveling except with her mahram or husband. The scholars in responding to this hadith tend to establish strict laws, namely, it is forbidden for women to travel alone. This is interesting to study because now many women are traveling alone due to many reasons, such as economic and educational problems. Therefore, the authors are interested in researching and reinterpreting the meaning of the prohibition of traveling for women except with their husbands or mahrams using the ma’na-cum-maghza approach. This aims to determine the historical significance of hadith and its significance today. The results of this study indicate that women are prohibited from traveling alone without being accompanied by a mahram or husband due to safety factors that were not guaranteed at the time of the Prophet. As for traveling today, if it is safe to travel alone, it is permissible for a woman to travel alone. However, if the current situation is dangerous on the road or at the destination and a woman can’t travel alone, then there must be someone who can look after her.[Salah satu obyek kajian yang menarik untuk diteliti di era sekarang adalah terkait isu-isu gender. Salah satu isu gender yang menarik adalah terkait hadis yang melarang seorang wanita melakukan safar (bepergian) kecuali bersama mahram atau suami. Para ulama dalam menyikapi hadis tersebut cenderung menetapkan hukum ketat, yaitu dilarang bagi perempuan melakukan bepergian sendirian. Hal ini menarik untuk dikaji dikarenakan pada kenyataanya sekarang banyak wanita yang melakukan safar sendirian dikarenakan banyak alasan, seperti masalah ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mereinterpretasi pemaknaan larangan safar bagi perempuan kecuali bersama suami atau mahram dengan menggunakan pendekatan ma’na-cum-maghza. Hal ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi historisitas hadis di zaman sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan larangan perempuan untuk melakukan safar sendirian tanpa ditemani mahram atau suami dikarenakan faktor keamanan yang tidak menjamin pada zaman Nabi. Adapun bepergian pada zaman sekarang jika sudah terjamin keamanannya untuk melakukan safar secara sendirian, maka diperbolehkan seorang perempuan melakukan safar sendiri. Namun jika keadaan zaman sekarang terdapat bahaya di jalan maupun tempat tujuan dan tidak memungkinkan seorang perempuan untuk bepergian sendirian, maka harus ada seseorang yang bisa menjaganya.]\",\"PeriodicalId\":31822,\"journal\":{\"name\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-01-26\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21043/riwayah.v8i2.15763\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v8i2.15763","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
在当今时代,一个有趣的研究对象与性别问题有关。其中一个有趣的性别问题与圣训有关,圣训禁止女性旅行,除非与她的丈夫或丈夫一起。学者们在回应这一圣训时倾向于制定严格的法律,即禁止女性独自旅行。这是一个有趣的研究,因为现在许多女性独自旅行的原因很多,如经济和教育问题。因此,作者有兴趣研究和重新解释禁止妇女旅行的含义,除非她们的丈夫或男主使用ma 'na-cum-maghza方法。这旨在确定圣训的历史意义及其今天的意义。这项研究的结果表明,由于安全因素,妇女被禁止在没有男主或丈夫陪同的情况下独自旅行,这在先知时代是没有保障的。至于今天的旅行,如果独自旅行是安全的,那么女性独自旅行是允许的。然而,如果目前的情况是危险的在路上或在目的地,一个女人不能独自旅行,那么必须有人可以照顾她。[Salah satu obyek kajian yang menarik untuk diteliti di era sekarang adalah terkait isu-isu gender]。Salah satu isu gender yang menarik adalah terkait hais yang melarang seorang wanita melakukan safar(马来西亚)kecuali bersama mahram atau suami。Para ulama dalam menyikapi是一个简单的例子,但是在menetapkan hukum ketat, yitu dilarang bagi perempuan melakukan bepergian sendirian。哈尔尼,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人,我是肯尼亚人。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。halini bertujuan untuk mengetahui的意义是历史学家hais di zaman sekarang。哈西尔penelitian ini menunjukkan larangan perempuan untuk melakukan safar sendidiemani mahram为keamanan yang dalak menjamin pada zaman Nabi。这是一种很好的生活方式,它是一种很好的生活方式,一种很好的生活方式。[Namun jika keadaan zaman sekarang terdapat bahaya di jalan maupun tempat tujuan dan tidak menungkinkan seorang perempuan untuk perpergian sendirian, maka harus ada seseorang yang bisa menjaganya]
REINTERPRETATION OF THE MEANING OF THE HADITH ON PROHIBITION FOR WOMEN TO TRAVEL WITHOUT A MAHRAM: The Ma’na-cum-Maghza Approach
One of the interesting objects of study to be researched in the current era is related to gender issues. One of the interesting gender issues is related to the hadith which prohibits a woman from traveling except with her mahram or husband. The scholars in responding to this hadith tend to establish strict laws, namely, it is forbidden for women to travel alone. This is interesting to study because now many women are traveling alone due to many reasons, such as economic and educational problems. Therefore, the authors are interested in researching and reinterpreting the meaning of the prohibition of traveling for women except with their husbands or mahrams using the ma’na-cum-maghza approach. This aims to determine the historical significance of hadith and its significance today. The results of this study indicate that women are prohibited from traveling alone without being accompanied by a mahram or husband due to safety factors that were not guaranteed at the time of the Prophet. As for traveling today, if it is safe to travel alone, it is permissible for a woman to travel alone. However, if the current situation is dangerous on the road or at the destination and a woman can’t travel alone, then there must be someone who can look after her.[Salah satu obyek kajian yang menarik untuk diteliti di era sekarang adalah terkait isu-isu gender. Salah satu isu gender yang menarik adalah terkait hadis yang melarang seorang wanita melakukan safar (bepergian) kecuali bersama mahram atau suami. Para ulama dalam menyikapi hadis tersebut cenderung menetapkan hukum ketat, yaitu dilarang bagi perempuan melakukan bepergian sendirian. Hal ini menarik untuk dikaji dikarenakan pada kenyataanya sekarang banyak wanita yang melakukan safar sendirian dikarenakan banyak alasan, seperti masalah ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mereinterpretasi pemaknaan larangan safar bagi perempuan kecuali bersama suami atau mahram dengan menggunakan pendekatan ma’na-cum-maghza. Hal ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi historisitas hadis di zaman sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan larangan perempuan untuk melakukan safar sendirian tanpa ditemani mahram atau suami dikarenakan faktor keamanan yang tidak menjamin pada zaman Nabi. Adapun bepergian pada zaman sekarang jika sudah terjamin keamanannya untuk melakukan safar secara sendirian, maka diperbolehkan seorang perempuan melakukan safar sendiri. Namun jika keadaan zaman sekarang terdapat bahaya di jalan maupun tempat tujuan dan tidak memungkinkan seorang perempuan untuk bepergian sendirian, maka harus ada seseorang yang bisa menjaganya.]