Kuswarini Kusno, Sauma Hanuuf, Pandi Pardian, Eti Suminartika
{"title":"PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L. ) DI DESA SUKALAKSANA KECAMATAN BANYURESMI JAWA BARAT","authors":"Kuswarini Kusno, Sauma Hanuuf, Pandi Pardian, Eti Suminartika","doi":"10.24198/agricore.v5i1.28662","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Produktivitas cabai merah yang rendah menandakan terdapat masalah cukup serius pada aspek budidayanya. Perubahan iklim yang ekstrim juga menyebabkan tanaman cabai merah mengalami kerusakan. Akibatnya, produksi menurun sehingga harga produksi meningkat dan pendapatan petani menurun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan usahatani cabai merah dan menganalisis pendapatan petaninya. Desain penelitian adalah metode kuantitatif dengan teknik survey terhadap 77 responden yang ditarik secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan analisis pendapatan serta rasio Revenue Cost (RC). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas petani di Desa Sukalaksana adalah petani gurem (berlahan sempit) yang berstatus pemilik.Rata-rata luas lahan garapan adalah 0,32 hektar. Budidaya cabai merah yang dilakukan petani berlahan sempit, sedang maupun luas melalui tahapan kegiatan yang sama dan menggunakan alat-alat pertanian yang sederhana. Tenaga kerja menggunakan buruh tani. Cabai dijual ke bandar dalam keadaan masih berwarna hijau dengan harga yang berfluktuasi setiap bulannya. Pendapatan petani berlahan sempit, sedang, dan luas per hektar per musim tanam masing-masing adalah Rp 15.750.817, Rp 43.092.359, Rp 49.091.756. Jadi, makin tinggi luas lahan, makin tinggi tingkat pendapatan petaninya. Berdasarkan analisis rasio RC, usahatani di semua kategori luas lahan adalah menguntungkan. Nilai R/C tertinggi dicapai oleh usahatani di lahan sedang yakni 2,4.Kata kunci: cabai merah, keragaan, usahatani, analisis pendapatanAbstractThe low productivity of red chili indicates that there is a serious problem in the cultivation aspect. In addition, extreme climate change also causes red chili plants to be damaged. As a result, production decreases so that the price of production increases and farmers' income decreases. This research was conducted to determine the performance of red chilli farming and analyze farmers' income. The research design was a quantitative method with a survey technique of 77 respondents drawn by simple random sampling. Data were analyzed using frequency distribution, income analysis and Revenue Cost (RC) ratios. The results showed the majority of farmers in Sukalaksana Village were smallholders (narrow land) who were the owners. The average area of land under cultivation was 0.32 hectares. Red chilli cultivation was carried out by farmers with narrow, medium and wide land through the same stages of activity using traditional tools. The labor used was laborers. Chili was sold to the wholesaler (‘bandar”) in green conditions with prices that fluctuate each month. The income of farmers who have narrow, medium and wide land per hectare per planting season was Rp. 15,750,817, Rp. 43,092,359, Rp. 49,091,756, respectively. So, the higher the area of land, the higher the level of farmer income. Based on the RC ratio, farming in all of categories of land area is profitable. The highest R / C value was achieved by farming on medium land, which is 2.4.Keywords: red chili, performance, farming, income analysis","PeriodicalId":7520,"journal":{"name":"Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-08-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24198/agricore.v5i1.28662","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
红辣椒的低生产力意味着它有一个相当严重的农业问题。极端的气候变化也导致了胡椒植物的破坏。结果,生产成本下降,农民收入下降。这项研究的目的是确定辣椒业的盟国,并分析其农民的收入。研究设计是一种定量方法,采用调查技术,对77名受访者进行简单的随机抽样。数据是通过频率分布、收入和再成本比(RC)来分析的。研究表明,苏卡林村的大多数农民都是拥有“优势”的农民。平均耕地面积为0.32公顷。胡椒种植者在不同的活动阶段,用简单的农具,在小范围内,为农民种植辣椒。劳动者使用农场工人。辣椒以每月波动的价格以绿色的形式卖给城市。每个种植季节的农民收入为15.750,817卢比、4302,359卢比、49,01.756卢比。所以,土地面积越大,农民收入水平就越高。根据RC比率的分析,所有领域的企业家都将受益。中级企业拥有最高的R/C价值,中级企业拥有2.4。关键词:红辣椒、乡亲、商业、分析红辣椒低生产力的生产情况,这在文化方面是一个严重的问题。此外,极端气候的变化也导致了红辣椒植物的破坏。作为一个提议,生产退化,这样就可以增加生产成本,降低产品成本。本研究旨在确定药方对药师病情的表现和分析。研究设计是一种量量的方法,用简单的随机抽样吸引77人。数据是用频率分布、收入分析和回收成本(RC)分析数据。结果表明,更有可能的村庄是所有者。受保护地区的平均面积为0.32公顷。红色的chilli文化是由农民们用传统工具工具的同样程度的行动分散而成的。人们过去常去实验室。红辣椒每个月的价格都是绿色的。每一季的人均收入是15.750,817卢比、43.092.359卢比、49.01.756卢比。所以,这片土地越高,农夫的收入就越高。根据RC ratio,在所有的土地类别中都是盈利的。highest R / C value是由位于灵地的farming on central land实现的,面积是2.4。红辣椒,表演,法文,分析
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L. ) DI DESA SUKALAKSANA KECAMATAN BANYURESMI JAWA BARAT
Produktivitas cabai merah yang rendah menandakan terdapat masalah cukup serius pada aspek budidayanya. Perubahan iklim yang ekstrim juga menyebabkan tanaman cabai merah mengalami kerusakan. Akibatnya, produksi menurun sehingga harga produksi meningkat dan pendapatan petani menurun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan usahatani cabai merah dan menganalisis pendapatan petaninya. Desain penelitian adalah metode kuantitatif dengan teknik survey terhadap 77 responden yang ditarik secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan analisis pendapatan serta rasio Revenue Cost (RC). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas petani di Desa Sukalaksana adalah petani gurem (berlahan sempit) yang berstatus pemilik.Rata-rata luas lahan garapan adalah 0,32 hektar. Budidaya cabai merah yang dilakukan petani berlahan sempit, sedang maupun luas melalui tahapan kegiatan yang sama dan menggunakan alat-alat pertanian yang sederhana. Tenaga kerja menggunakan buruh tani. Cabai dijual ke bandar dalam keadaan masih berwarna hijau dengan harga yang berfluktuasi setiap bulannya. Pendapatan petani berlahan sempit, sedang, dan luas per hektar per musim tanam masing-masing adalah Rp 15.750.817, Rp 43.092.359, Rp 49.091.756. Jadi, makin tinggi luas lahan, makin tinggi tingkat pendapatan petaninya. Berdasarkan analisis rasio RC, usahatani di semua kategori luas lahan adalah menguntungkan. Nilai R/C tertinggi dicapai oleh usahatani di lahan sedang yakni 2,4.Kata kunci: cabai merah, keragaan, usahatani, analisis pendapatanAbstractThe low productivity of red chili indicates that there is a serious problem in the cultivation aspect. In addition, extreme climate change also causes red chili plants to be damaged. As a result, production decreases so that the price of production increases and farmers' income decreases. This research was conducted to determine the performance of red chilli farming and analyze farmers' income. The research design was a quantitative method with a survey technique of 77 respondents drawn by simple random sampling. Data were analyzed using frequency distribution, income analysis and Revenue Cost (RC) ratios. The results showed the majority of farmers in Sukalaksana Village were smallholders (narrow land) who were the owners. The average area of land under cultivation was 0.32 hectares. Red chilli cultivation was carried out by farmers with narrow, medium and wide land through the same stages of activity using traditional tools. The labor used was laborers. Chili was sold to the wholesaler (‘bandar”) in green conditions with prices that fluctuate each month. The income of farmers who have narrow, medium and wide land per hectare per planting season was Rp. 15,750,817, Rp. 43,092,359, Rp. 49,091,756, respectively. So, the higher the area of land, the higher the level of farmer income. Based on the RC ratio, farming in all of categories of land area is profitable. The highest R / C value was achieved by farming on medium land, which is 2.4.Keywords: red chili, performance, farming, income analysis