{"title":"Mukhtalif及其对法法的影响:月经案例研究在异端邪说Mujtahid","authors":"M. Misbah, Muhammad Mibahs","doi":"10.21043/riwayah.v3i1.3435","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"<p class=\"06IsiAbstrak\"><span lang=\"EN-GB\">Artikel ini membahas tentang hadis <em>mukhtalif</em> dan pengaruhnya terhadap hukum fikih. Hadis <em>mukhtalif</em> adalah hadis-hadis yang secara lahirnya nampak kontradiktif. Bila ada dua hadis yang terlihat kontradiktif, maka itu bisa diselesaikan dengan menyelesaikan kontradiksi antar hadis ini dengan memakai teori ilmu muktalif hadis. Dalam ilmu muktalif hadis, mengkompromikan keduanya (</span><em><span lang=\"EN-GB\">al-jam’u wa at-taufîq</span></em><span lang=\"EN-GB\">). Alternatif kedua adalah metode nasakh, alternatif yang ketiga dengan metode tarjih. Bila ketiga metode itu tidak dapat menyelesaikan, maka opsi terakhir adalah bertawaqquf. Adapun sampel yang digunakan dalam artikel ini adalah kasus haid dalam kitab Bidãyatul Mujtahid. Hasilnya, adanya hadis-hadis <em>mukhtalif</em>berimplikasi terhadap perbedaan pendapat para ulama.</span></p><p class=\"06IsiAbstrak\"><span lang=\"EN-GB\">This article deals with <em>mukhtalif</em> hadith and its effect on the juristic law. <em>Mukhtalif</em> Hadiths are traditions that has appeared contradictory since it emerged. If there are two contradictory hadiths, then that can be solved by resolving the contradictions between these hadiths by using the theory of muktalif science of hadith. In the muktalif science of hadith, it compromised both (</span><em><span lang=\"EN-GB\">al-jam’u wa at-taufîq</span></em><span lang=\"EN-GB\">). The second alternative is the nasakh method, the third alternative is the tarjih method. If all three methods can not solve the problems, then the last option is doing <em>tawaqquf</em>. The sample used in this article is a case of menstruation in the book Bidãyatul Mujtahid. As a result, the existence of <em>mukhtalif</em> traditions has implications on the differences among scholars.</span></p><p class=\"06IsiAbstrak\"><span lang=\"EN-GB\"><br /></span></p>","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Hadits Mukhtalif dan Pengaruhnya terhadap Hukum Fikih: Studi Kasus Haid dalam Kitab Bidãyatul Mujtahid\",\"authors\":\"M. Misbah, Muhammad Mibahs\",\"doi\":\"10.21043/riwayah.v3i1.3435\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"<p class=\\\"06IsiAbstrak\\\"><span lang=\\\"EN-GB\\\">Artikel ini membahas tentang hadis <em>mukhtalif</em> dan pengaruhnya terhadap hukum fikih. Hadis <em>mukhtalif</em> adalah hadis-hadis yang secara lahirnya nampak kontradiktif. Bila ada dua hadis yang terlihat kontradiktif, maka itu bisa diselesaikan dengan menyelesaikan kontradiksi antar hadis ini dengan memakai teori ilmu muktalif hadis. Dalam ilmu muktalif hadis, mengkompromikan keduanya (</span><em><span lang=\\\"EN-GB\\\">al-jam’u wa at-taufîq</span></em><span lang=\\\"EN-GB\\\">). Alternatif kedua adalah metode nasakh, alternatif yang ketiga dengan metode tarjih. Bila ketiga metode itu tidak dapat menyelesaikan, maka opsi terakhir adalah bertawaqquf. Adapun sampel yang digunakan dalam artikel ini adalah kasus haid dalam kitab Bidãyatul Mujtahid. Hasilnya, adanya hadis-hadis <em>mukhtalif</em>berimplikasi terhadap perbedaan pendapat para ulama.</span></p><p class=\\\"06IsiAbstrak\\\"><span lang=\\\"EN-GB\\\">This article deals with <em>mukhtalif</em> hadith and its effect on the juristic law. <em>Mukhtalif</em> Hadiths are traditions that has appeared contradictory since it emerged. If there are two contradictory hadiths, then that can be solved by resolving the contradictions between these hadiths by using the theory of muktalif science of hadith. In the muktalif science of hadith, it compromised both (</span><em><span lang=\\\"EN-GB\\\">al-jam’u wa at-taufîq</span></em><span lang=\\\"EN-GB\\\">). The second alternative is the nasakh method, the third alternative is the tarjih method. If all three methods can not solve the problems, then the last option is doing <em>tawaqquf</em>. The sample used in this article is a case of menstruation in the book Bidãyatul Mujtahid. As a result, the existence of <em>mukhtalif</em> traditions has implications on the differences among scholars.</span></p><p class=\\\"06IsiAbstrak\\\"><span lang=\\\"EN-GB\\\"><br /></span></p>\",\"PeriodicalId\":31822,\"journal\":{\"name\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-07-05\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i1.3435\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i1.3435","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
这篇文章讨论了穆克塔利夫的《圣训》及其对纤维律法的影响。穆赫塔利夫是一个先天矛盾的圣训。如果有两个圣训似乎矛盾,那么它可以通过使用圣训理论来解决圣训之间的矛盾。在神秘学圣术中,对双方都妥协了(al-jam - o - taufiq)第二种方法是nasakh方法,第三种是tarjih方法。如果这三种方法不能解决问题,最后一个选项是问题。至于这篇文章中使用的样本是月经的谎言Mujtahid书中的例子。其结果是,在神职人员的分歧中存在了哈迪斯-哈迪斯·穆夫利夫。这篇关于反复无常的布道及其对司法影响的文章。muhtalif的传统自即日起就出现了。如果有两种传统的圣训,那么它可以通过使用圣训的信仰来解决这些圣训之间的矛盾。在圣训的尖端科学中,它比较了两者。第二种选择是nasakh的方法,第三种选择是tarjih的方法。如果三种方法都不能解决这个问题,那么最后一种选择就是tawaqquf。这篇文章中使用的样本是月经期间的症状。作为一种参考,信仰的存在在学者们的分歧中留下了印记。
Hadits Mukhtalif dan Pengaruhnya terhadap Hukum Fikih: Studi Kasus Haid dalam Kitab Bidãyatul Mujtahid
Artikel ini membahas tentang hadis mukhtalif dan pengaruhnya terhadap hukum fikih. Hadis mukhtalif adalah hadis-hadis yang secara lahirnya nampak kontradiktif. Bila ada dua hadis yang terlihat kontradiktif, maka itu bisa diselesaikan dengan menyelesaikan kontradiksi antar hadis ini dengan memakai teori ilmu muktalif hadis. Dalam ilmu muktalif hadis, mengkompromikan keduanya (al-jam’u wa at-taufîq). Alternatif kedua adalah metode nasakh, alternatif yang ketiga dengan metode tarjih. Bila ketiga metode itu tidak dapat menyelesaikan, maka opsi terakhir adalah bertawaqquf. Adapun sampel yang digunakan dalam artikel ini adalah kasus haid dalam kitab Bidãyatul Mujtahid. Hasilnya, adanya hadis-hadis mukhtalifberimplikasi terhadap perbedaan pendapat para ulama.
This article deals with mukhtalif hadith and its effect on the juristic law. Mukhtalif Hadiths are traditions that has appeared contradictory since it emerged. If there are two contradictory hadiths, then that can be solved by resolving the contradictions between these hadiths by using the theory of muktalif science of hadith. In the muktalif science of hadith, it compromised both (al-jam’u wa at-taufîq). The second alternative is the nasakh method, the third alternative is the tarjih method. If all three methods can not solve the problems, then the last option is doing tawaqquf. The sample used in this article is a case of menstruation in the book Bidãyatul Mujtahid. As a result, the existence of mukhtalif traditions has implications on the differences among scholars.