Maizuddin Maizuddin, Abd Wahid, Tarmizi M. Jakfar
{"title":"Mempertimbangkan Waktu Kemunculan Hadis dalam Penggunaannya sebagai Bayan Al-Quran untuk Istimbath Hukum","authors":"Maizuddin Maizuddin, Abd Wahid, Tarmizi M. Jakfar","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17696","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to examine the hadiths used by the majority of scholars from the perspective of the emergence of hadiths to be used as bayan of the Koran in the inheritance of kalalah by conducting a literature review of ushul fiqh works, interpretations and explanations of hadiths. This is based on the decisions of several religious courts in Indonesia which stipulate that the existence of daughters hinders siblings from obtaining inheritance. This ruling is different from fiqh which in no way makes having a daughter hinder siblings from obtaining an inheritance based on the hadith used in interpreting the Koran. The results of this study show that consideration of the time of appearance (wurud) of hadith has become the practice of Sunni scholars in legal istinbath, but is not applied to the function of bayan of the Koran. While the Prophet made legal decisions based on the verses of the Koran that had been revealed to him. On the other hand, it can be seen that the inheritance system built by the Qur'an is carried out gradually in four stages with the revelation of verses within a span of six years, each of which stipulates certain aspects of inheritance law. The use of these hadiths is seen as inappropriate because the hadiths have lost the spirit of renewal that the Qur'an has made. The context of the verses that were revealed later was different from the verses that were revealed earlier. The hadith is only appropriate to use as bayan verses 11 and 12 of sura al-Nisa' which explain their respective parts, not to explain the meaning of kalalah. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literatur dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hadis. Hal ini didasari adanya putusan beberapa pengadilan agama di Indonesia yang menetapkan keberadaan anak perempuan menghalangi saudara dalam memperoleh warisan. Putusan ini berbeda dengan fikih yang sama sekali tidak menjadikan adanya anak perempuan menghambat saudara dalam memperoleh warisan berdasarkan hadis yang digunakan dalam menafsirkan Alquran. Hasil telaahan tersebut memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud) hadis telah menjadi praktik ulama Sunni dalam istinbath hukum, tetapi tidak diterapkan untuk fungsi bayan Alquran. Sementara Nabi membuat keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada beliau. Di sisi lain, terlihat bahwa sistem kewarisan yang dibangun Alquran dilakukan secara gradual dalam empat tahap dengan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masing-masingnya menetapkan aspek-aspek tertentu hukum kewarisan. Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pembaruan yang telah dibuat Alquran. Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu. Hadis tersebut hanya tepat digunakan sebagai bayan ayat 11 dan 12 surat al-Nisa’ yang menjelaskan bagian masing-masing, tidak untuk menjelaskan makna kalalah.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17696","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

本文旨在通过对乌合尔法的著作、对圣训的解读和解释进行文献回顾,从作为《古兰经》的圣训在喀拉拉传承中出现的角度来考察大多数学者所使用的圣训。这是根据印度尼西亚几个宗教法院的判决,其中规定女儿的存在妨碍兄弟姐妹获得遗产。这一规定与fiqh不同,fiqh不会以任何方式使有一个女儿阻碍兄弟姐妹根据解释古兰经的圣训获得遗产。研究结果表明,考虑圣训的出现时间(wurud)已成为逊尼派学者在法学研究中的做法,但并未适用于古兰经的巴扬功能。而先知根据启示给他的《古兰经》的经文做出法律上的决定。另一方面,我们可以看到《古兰经》所建立的继承制度是在六年的时间里,分四个阶段逐步进行的,每一个阶段都规定了继承法的某些方面。使用这些圣训被认为是不合适的,因为这些圣训已经失去了古兰经所赋予的更新精神。后来被启示的经文的上下文与之前被启示的经文不同。圣训只适合作为巴扬节的第11节和第12节,它们解释了各自的部分,而不是解释kalalah的含义。摘要:Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literature dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hais。我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人。在古兰经上,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Hasil telaahan于memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud)哈迪telah menjadi praktik例如逊尼派dalam istinbath hukum, tetapi有些diterapkan为她fungsi巴Alquran。Sementara Nabi成员keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada belas。disisi lain, terlihat bahwa system kewarisan yang dibanguan Alquran dilakukan secara渐进式的dalam empat dachan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masingnya menetapkan说话,说话,说话。Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pbanuan yang telah dibuat古兰经。Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu。Hadis tersebut hanya tepat digunakan sebagai bayan ayat 11 dan 12 surat al-Nisa ' yang menjelaskan bagian masing-masing, tidak untuk menjelaskan makna kalalah。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Mempertimbangkan Waktu Kemunculan Hadis dalam Penggunaannya sebagai Bayan Al-Quran untuk Istimbath Hukum
This article aims to examine the hadiths used by the majority of scholars from the perspective of the emergence of hadiths to be used as bayan of the Koran in the inheritance of kalalah by conducting a literature review of ushul fiqh works, interpretations and explanations of hadiths. This is based on the decisions of several religious courts in Indonesia which stipulate that the existence of daughters hinders siblings from obtaining inheritance. This ruling is different from fiqh which in no way makes having a daughter hinder siblings from obtaining an inheritance based on the hadith used in interpreting the Koran. The results of this study show that consideration of the time of appearance (wurud) of hadith has become the practice of Sunni scholars in legal istinbath, but is not applied to the function of bayan of the Koran. While the Prophet made legal decisions based on the verses of the Koran that had been revealed to him. On the other hand, it can be seen that the inheritance system built by the Qur'an is carried out gradually in four stages with the revelation of verses within a span of six years, each of which stipulates certain aspects of inheritance law. The use of these hadiths is seen as inappropriate because the hadiths have lost the spirit of renewal that the Qur'an has made. The context of the verses that were revealed later was different from the verses that were revealed earlier. The hadith is only appropriate to use as bayan verses 11 and 12 of sura al-Nisa' which explain their respective parts, not to explain the meaning of kalalah. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literatur dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hadis. Hal ini didasari adanya putusan beberapa pengadilan agama di Indonesia yang menetapkan keberadaan anak perempuan menghalangi saudara dalam memperoleh warisan. Putusan ini berbeda dengan fikih yang sama sekali tidak menjadikan adanya anak perempuan menghambat saudara dalam memperoleh warisan berdasarkan hadis yang digunakan dalam menafsirkan Alquran. Hasil telaahan tersebut memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud) hadis telah menjadi praktik ulama Sunni dalam istinbath hukum, tetapi tidak diterapkan untuk fungsi bayan Alquran. Sementara Nabi membuat keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada beliau. Di sisi lain, terlihat bahwa sistem kewarisan yang dibangun Alquran dilakukan secara gradual dalam empat tahap dengan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masing-masingnya menetapkan aspek-aspek tertentu hukum kewarisan. Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pembaruan yang telah dibuat Alquran. Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu. Hadis tersebut hanya tepat digunakan sebagai bayan ayat 11 dan 12 surat al-Nisa’ yang menjelaskan bagian masing-masing, tidak untuk menjelaskan makna kalalah.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
14
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信