区域自治时期的学习管理(SKB)

W. Widodo
{"title":"区域自治时期的学习管理(SKB)","authors":"W. Widodo","doi":"10.21831/jppm.v2i1.4846","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di era otonomi daerah. Deskripsi mengenai pengelolaan program Pen-didikan Nonformal, pengelolaan Sumberdaya Manusia, dan pengelolaan keuangan. Harapan-nya mampu menciptakan (1) fasilitas yang memadahi dan mampu menjembatani daerah dengan pusat, (2) munculnya kreatifitas daerah dalam pembangunan, (3) stabilitas politik pusat dan daerah, (4) adanya jaminan kesinambungan usaha, dan (5) terbukanya komunikasi. Namun pada kenyataanya pengelolaan SKB menghadapi masalah mengenai jumlah pendanaan yang kurang memadahi, SDM kurang professional, dan program tidak berkembang. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dari berbagai masalah di beberapa SKB. Kemudian dianalisis dengan dialogis Milles & Huberman meliputi; pengumpulan daya, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa pengelolaan SKB pada era otonomi daerah beragam, ada yang sudah berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah, namun kebanyakan SKB tidak berkembang bah-kan teracam dibubarkan atau merger. Pengelolaan kelembagaan SKB yang tidak berkembang dengan baik disebabkan oleh minimnya Sumberdaya Manusia professional, kurangnya dukungan pendanaan. Kesimpulannya bahwa pengelolaan SKB di era otonomi daerah memili-ki kecenderungan menurun atau semakin tidak professional. Otonomi daerah harus tetap memperhatikan SKB sebagai satuan penyelenggara program PNFI dengan dukungan penuh dari pemerintah baik dana maupun sumberdaya manusia yang professional. Kata Kunci: pengelolaan, Sanggar Kegiatan Belajar(SKB), era otonomi daerah Management of Learning Activities Gallery (LAG) in Outonomy Era Abstract This study aimed to describe the management implementation of Learning Activities Gallery (LAG) in the autonomy era. Description of Non-formal Education program management, Human Resources management, and financial management. Its purpose is able to create (1) facilities and able to bridge regions to the center, (2) the emergence of creativity in the construc-tion area, (3) political stability and regional centers, (4) the assurance of business continuity, and (5) open communication. But in fact the management of LAG was facing problems regarding the amount of funding that was not sufficient, human resources was not professional, and the prog-ram did not develop. Research used qualitative case studies approach of various problems in some LAG. Then dialogic analyzed by Milles and Huberman included; data collection, data reduc-tion, data display and conclusions. The study found that LAG management in the autonomy era, there was already successful and the support of the local government, but most of the LAG was not growing even threatened dissolved or merged. LAG institutional management were not well developed caused by the lack of professional Human Resources, the lack of funding support. So from some of these problems were concluded that LAG management in the era of regional auto-nomy had a tendency to decrease or even unprofessional. Regional autonomy must consider LAG as a unit organizer non-formal and informal education programs with the full support of the government both funds and human resources professionals. Keywords: management, Learning Activities Gallery (LAG), autonomy era","PeriodicalId":31057,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat","volume":"29 1","pages":"94-106"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":"{\"title\":\"Pengelolaan sanggar kegiatan belajar (SKB) pada era otonomi daerah\",\"authors\":\"W. Widodo\",\"doi\":\"10.21831/jppm.v2i1.4846\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di era otonomi daerah. Deskripsi mengenai pengelolaan program Pen-didikan Nonformal, pengelolaan Sumberdaya Manusia, dan pengelolaan keuangan. Harapan-nya mampu menciptakan (1) fasilitas yang memadahi dan mampu menjembatani daerah dengan pusat, (2) munculnya kreatifitas daerah dalam pembangunan, (3) stabilitas politik pusat dan daerah, (4) adanya jaminan kesinambungan usaha, dan (5) terbukanya komunikasi. Namun pada kenyataanya pengelolaan SKB menghadapi masalah mengenai jumlah pendanaan yang kurang memadahi, SDM kurang professional, dan program tidak berkembang. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dari berbagai masalah di beberapa SKB. Kemudian dianalisis dengan dialogis Milles & Huberman meliputi; pengumpulan daya, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa pengelolaan SKB pada era otonomi daerah beragam, ada yang sudah berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah, namun kebanyakan SKB tidak berkembang bah-kan teracam dibubarkan atau merger. Pengelolaan kelembagaan SKB yang tidak berkembang dengan baik disebabkan oleh minimnya Sumberdaya Manusia professional, kurangnya dukungan pendanaan. Kesimpulannya bahwa pengelolaan SKB di era otonomi daerah memili-ki kecenderungan menurun atau semakin tidak professional. Otonomi daerah harus tetap memperhatikan SKB sebagai satuan penyelenggara program PNFI dengan dukungan penuh dari pemerintah baik dana maupun sumberdaya manusia yang professional. Kata Kunci: pengelolaan, Sanggar Kegiatan Belajar(SKB), era otonomi daerah Management of Learning Activities Gallery (LAG) in Outonomy Era Abstract This study aimed to describe the management implementation of Learning Activities Gallery (LAG) in the autonomy era. Description of Non-formal Education program management, Human Resources management, and financial management. Its purpose is able to create (1) facilities and able to bridge regions to the center, (2) the emergence of creativity in the construc-tion area, (3) political stability and regional centers, (4) the assurance of business continuity, and (5) open communication. But in fact the management of LAG was facing problems regarding the amount of funding that was not sufficient, human resources was not professional, and the prog-ram did not develop. Research used qualitative case studies approach of various problems in some LAG. Then dialogic analyzed by Milles and Huberman included; data collection, data reduc-tion, data display and conclusions. The study found that LAG management in the autonomy era, there was already successful and the support of the local government, but most of the LAG was not growing even threatened dissolved or merged. LAG institutional management were not well developed caused by the lack of professional Human Resources, the lack of funding support. So from some of these problems were concluded that LAG management in the era of regional auto-nomy had a tendency to decrease or even unprofessional. Regional autonomy must consider LAG as a unit organizer non-formal and informal education programs with the full support of the government both funds and human resources professionals. Keywords: management, Learning Activities Gallery (LAG), autonomy era\",\"PeriodicalId\":31057,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat\",\"volume\":\"29 1\",\"pages\":\"94-106\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2015-03-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"4\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21831/jppm.v2i1.4846\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/jppm.v2i1.4846","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 4

摘要

本研究旨在描述区域自治时代的学习管理(SKB)的实施。对非正规教育计划、人力资源管理和财政管理的描述。他的希望能够建立(1)拥挤的设施,能够连接该地区与中心,(2)该地区的创造性发展,(3)该地区的政治稳定,(4)可持续发展,(5)开放沟通。但事实证明,SKB的管理正面临着一个问题,即资金不足、人力资源不足和项目不发达。通过使用不同SKB问题的定性案例研究方法进行研究。然后用Milles & Huberman的逻辑分析,收集、数据还原、数据显示和结论。研究发现,在多元化自治时代,SKB的管理有些已经取得了良好的进展,得到了地方政府的支持,但大多数SKB并没有蓬勃发展,要么是解散审查,要么是合并。由于缺乏专业人员资源、缺乏资金支持,SKB的机构管理不善。其结论是,在区域自治时代,SKB的管理倾向于降低或日益不专业。区域自治组织应继续将SKB视为PNFI计划的组织者,在政府的全力支持下,专业资金和人力资源。关键词:管理,管理学习活动(SKB),在Outonomy进行区域自治管理的时代非正规教育管理计划、人力资源管理和财务管理。它的目的是创造(1)对桥到中心,(2)在构造区域中建立信任的本质,(3)政治稳定和区域中心,(4)商业持续保障,(5)开放通信。但事实上,应付滞后的问题在于,考虑到资金不足、人力资源不专业、资金不顺利的问题。研究使用的资格案例研究在某些滞后会遇到各种问题。然后由米尔斯和胡伯曼进行分析;数据收集,数据还原,数据显示和结论。研究发现,autonomy时代的管理滞后,已经取得了成功,当地政府的支持,但大多数紧张局势甚至没有增长,甚至没有解决或消除。缺乏专业人力资源、资金支持等机构管理不善。因此,从这些问题中得出的结论是,这一滞后在地区自动无专业人士的年代管理问题得到了解决。区域自治组织应考虑落后为一个非正规的、非正式的教育计划,提供全面的政府支持和专业的人力资源。管理,学习活动画廊,autonomy时代
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Pengelolaan sanggar kegiatan belajar (SKB) pada era otonomi daerah
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di era otonomi daerah. Deskripsi mengenai pengelolaan program Pen-didikan Nonformal, pengelolaan Sumberdaya Manusia, dan pengelolaan keuangan. Harapan-nya mampu menciptakan (1) fasilitas yang memadahi dan mampu menjembatani daerah dengan pusat, (2) munculnya kreatifitas daerah dalam pembangunan, (3) stabilitas politik pusat dan daerah, (4) adanya jaminan kesinambungan usaha, dan (5) terbukanya komunikasi. Namun pada kenyataanya pengelolaan SKB menghadapi masalah mengenai jumlah pendanaan yang kurang memadahi, SDM kurang professional, dan program tidak berkembang. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dari berbagai masalah di beberapa SKB. Kemudian dianalisis dengan dialogis Milles & Huberman meliputi; pengumpulan daya, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa pengelolaan SKB pada era otonomi daerah beragam, ada yang sudah berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah, namun kebanyakan SKB tidak berkembang bah-kan teracam dibubarkan atau merger. Pengelolaan kelembagaan SKB yang tidak berkembang dengan baik disebabkan oleh minimnya Sumberdaya Manusia professional, kurangnya dukungan pendanaan. Kesimpulannya bahwa pengelolaan SKB di era otonomi daerah memili-ki kecenderungan menurun atau semakin tidak professional. Otonomi daerah harus tetap memperhatikan SKB sebagai satuan penyelenggara program PNFI dengan dukungan penuh dari pemerintah baik dana maupun sumberdaya manusia yang professional. Kata Kunci: pengelolaan, Sanggar Kegiatan Belajar(SKB), era otonomi daerah Management of Learning Activities Gallery (LAG) in Outonomy Era Abstract This study aimed to describe the management implementation of Learning Activities Gallery (LAG) in the autonomy era. Description of Non-formal Education program management, Human Resources management, and financial management. Its purpose is able to create (1) facilities and able to bridge regions to the center, (2) the emergence of creativity in the construc-tion area, (3) political stability and regional centers, (4) the assurance of business continuity, and (5) open communication. But in fact the management of LAG was facing problems regarding the amount of funding that was not sufficient, human resources was not professional, and the prog-ram did not develop. Research used qualitative case studies approach of various problems in some LAG. Then dialogic analyzed by Milles and Huberman included; data collection, data reduc-tion, data display and conclusions. The study found that LAG management in the autonomy era, there was already successful and the support of the local government, but most of the LAG was not growing even threatened dissolved or merged. LAG institutional management were not well developed caused by the lack of professional Human Resources, the lack of funding support. So from some of these problems were concluded that LAG management in the era of regional auto-nomy had a tendency to decrease or even unprofessional. Regional autonomy must consider LAG as a unit organizer non-formal and informal education programs with the full support of the government both funds and human resources professionals. Keywords: management, Learning Activities Gallery (LAG), autonomy era
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
2
审稿时长
24 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信