Pamela Cardinale, M. Rofi'i, P. L. Samputra, Ramadhani Achdiawa
{"title":"文化教育加强个性教育,防止偏狭和极端主义","authors":"Pamela Cardinale, M. Rofi'i, P. L. Samputra, Ramadhani Achdiawa","doi":"10.15408/tjems.v8i1.20359","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractIntolerance and extremism have recently increased in the academic atmosphere or among students. The purpose of this study was to discover the origins of intolerance and radicalism among students, identify the core cause of educational problems, and examine the role of cultural education in building the character of Indonesian students. The Delphi approach was used to assess data gathered from a variety of expert informants. The study's findings revealed four significant causes of intolerance and radicalization: personal factors, education, economic-social-political-cultural issues, and a lack of religious comprehension. The study also found that religious education is less in-depth, with less reading, weak persuasive logic, and a focus on binary truth. Cultural education begins with establishing superior national identity through the Pancasila character (\"gotong-royong\" or cooperation, empathy, and good critical-thinking abilities); fosters the habit of reading texts critically and comprehensively. Both serve as the foundation for pupils' capacity to solve complex challenges. This study makes recommendations for promoting pupils' religious belief in God and tolerance values. Intoleransi dan ekstremisme akhir-akhir ini meningkat di lingkungan akademik atau di kalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula intoleransi dan radikalisme di kalangan siswa, mengidentifikasi inti penyebab masalah pendidikan, dan mengkaji peran pendidikan budaya dalam membangun karakter siswa Indonesia. Pendekatan Delphi digunakan untuk menilai data yang dikumpulkan dari berbagai informan ahli. Temuan penelitian mengungkapkan empat penyebab signifikan intoleransi dan radikalisasi: faktor pribadi, pendidikan, masalah ekonomi-sosial-politik-budaya, dan kurangnya pemahaman agama. Studi tersebut juga menemukan bahwa pendidikan agama kurang mendalam, dengan bacaan yang kurang, logika persuasif yang lemah, dan fokus pada kebenaran biner. Pendidikan budaya diawali dengan pembentukan jati diri bangsa yang unggul melalui karakter Pancasila (“gotong-royong” atau kerjasama, empati, dan kemampuan berpikir kritis yang baik); menumbuhkan kebiasaan membaca teks secara kritis dan komprehensif. Keduanya berfungsi sebagai dasar bagi kapasitas siswa untuk memecahkan tantangan yang kompleks. Kajian ini memberikan rekomendasi untuk mempromosikan keyakinan agama siswa kepada Tuhan dan nilai-nilai toleransi.How to Cite: Cardinale, P., Rofi’I, M. S., Samputra, P. L., Achdiawan, R. (2021). Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 20-43. doi:10.15408/tjems.v8i1.20359.","PeriodicalId":31139,"journal":{"name":"Tarbiya Journal of Education in Muslim Society","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism\",\"authors\":\"Pamela Cardinale, M. Rofi'i, P. L. Samputra, Ramadhani Achdiawa\",\"doi\":\"10.15408/tjems.v8i1.20359\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"AbstractIntolerance and extremism have recently increased in the academic atmosphere or among students. The purpose of this study was to discover the origins of intolerance and radicalism among students, identify the core cause of educational problems, and examine the role of cultural education in building the character of Indonesian students. The Delphi approach was used to assess data gathered from a variety of expert informants. The study's findings revealed four significant causes of intolerance and radicalization: personal factors, education, economic-social-political-cultural issues, and a lack of religious comprehension. The study also found that religious education is less in-depth, with less reading, weak persuasive logic, and a focus on binary truth. Cultural education begins with establishing superior national identity through the Pancasila character (\\\"gotong-royong\\\" or cooperation, empathy, and good critical-thinking abilities); fosters the habit of reading texts critically and comprehensively. Both serve as the foundation for pupils' capacity to solve complex challenges. This study makes recommendations for promoting pupils' religious belief in God and tolerance values. Intoleransi dan ekstremisme akhir-akhir ini meningkat di lingkungan akademik atau di kalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula intoleransi dan radikalisme di kalangan siswa, mengidentifikasi inti penyebab masalah pendidikan, dan mengkaji peran pendidikan budaya dalam membangun karakter siswa Indonesia. Pendekatan Delphi digunakan untuk menilai data yang dikumpulkan dari berbagai informan ahli. Temuan penelitian mengungkapkan empat penyebab signifikan intoleransi dan radikalisasi: faktor pribadi, pendidikan, masalah ekonomi-sosial-politik-budaya, dan kurangnya pemahaman agama. Studi tersebut juga menemukan bahwa pendidikan agama kurang mendalam, dengan bacaan yang kurang, logika persuasif yang lemah, dan fokus pada kebenaran biner. Pendidikan budaya diawali dengan pembentukan jati diri bangsa yang unggul melalui karakter Pancasila (“gotong-royong” atau kerjasama, empati, dan kemampuan berpikir kritis yang baik); menumbuhkan kebiasaan membaca teks secara kritis dan komprehensif. Keduanya berfungsi sebagai dasar bagi kapasitas siswa untuk memecahkan tantangan yang kompleks. Kajian ini memberikan rekomendasi untuk mempromosikan keyakinan agama siswa kepada Tuhan dan nilai-nilai toleransi.How to Cite: Cardinale, P., Rofi’I, M. S., Samputra, P. L., Achdiawan, R. (2021). Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 20-43. doi:10.15408/tjems.v8i1.20359.\",\"PeriodicalId\":31139,\"journal\":{\"name\":\"Tarbiya Journal of Education in Muslim Society\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-09-20\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Tarbiya Journal of Education in Muslim Society\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15408/tjems.v8i1.20359\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Tarbiya Journal of Education in Muslim Society","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15408/tjems.v8i1.20359","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
最近,在学术氛围或学生中,宽容和极端主义有所增加。本研究的目的是发现学生中不宽容和激进主义的根源,找出教育问题的核心原因,并研究文化教育在塑造印尼学生性格方面的作用。德尔菲法用于评估从各种专家举报人收集的数据。研究结果揭示了导致不宽容和激进化的四个重要原因:个人因素、教育、经济-社会-政治-文化问题以及缺乏对宗教的理解。该研究还发现,宗教教育的深度较低,阅读较少,有说服力的逻辑较弱,并且关注二元真理。文化教育始于通过Pancasila性格(“goong -royong”或合作、同理心和良好的批判性思维能力)建立优越的民族认同;培养学生批判性、全面性阅读的习惯。两者都是学生解决复杂挑战能力的基础。本研究对促进小学生对上帝的宗教信仰和宽容价值观提出了建议。不宽容是极端主义的一种表现。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula intolerisi dan radickalisme di kalangan siswa, mengidentifikasi inti penyebab masalah pendidikan, dan mengkaji peran pendidikan budaya dalam membangun karakter siswa印度尼西亚。Pendekatan Delphi digunakan untuk menilai数据yang dikumpulkan dari berbagai informan ahli。Temuan penelitian mengungkapkan empat penyebab signifikan intolerance - danradikalisasi:因素pribadi, pendidikan, masalah经济-社会-政治-budaya, dankurangnya pemahaman agama。研究tersebut juga menemukan bahwa pendidikan agama kurang mendalam, dengan bacaan yang kurang, logika劝说yang lemah, dan焦点pada kebenaran biner。Pendidikan budaya diawali dengan pembentukan jati diri bangsa yang unggul melalui karakter Pancasila(“goong -royong”atau kerjasama, empati, dan kemampuan berpikir kritis yang baik);Menumbuhkan kebiasaan menbaca teks是一种特殊的文化。Keduanya berfunsi sebagai dasar bagi kapasitas siswa untuk memecahkan tantangan yang kompleks。卡吉尼成员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员推荐卡吉尼会员如何引用:Cardinale, P., Rofi 'I, M. S., Samputra, P. L., Achdiawan, R.(2021)。文化教育加强个性教育,防止偏狭和极端主义。《穆斯林社会的教育》,8(1),20-43。doi: 10.15408 / tjems.v8i1.20359。
Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism
AbstractIntolerance and extremism have recently increased in the academic atmosphere or among students. The purpose of this study was to discover the origins of intolerance and radicalism among students, identify the core cause of educational problems, and examine the role of cultural education in building the character of Indonesian students. The Delphi approach was used to assess data gathered from a variety of expert informants. The study's findings revealed four significant causes of intolerance and radicalization: personal factors, education, economic-social-political-cultural issues, and a lack of religious comprehension. The study also found that religious education is less in-depth, with less reading, weak persuasive logic, and a focus on binary truth. Cultural education begins with establishing superior national identity through the Pancasila character ("gotong-royong" or cooperation, empathy, and good critical-thinking abilities); fosters the habit of reading texts critically and comprehensively. Both serve as the foundation for pupils' capacity to solve complex challenges. This study makes recommendations for promoting pupils' religious belief in God and tolerance values. Intoleransi dan ekstremisme akhir-akhir ini meningkat di lingkungan akademik atau di kalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula intoleransi dan radikalisme di kalangan siswa, mengidentifikasi inti penyebab masalah pendidikan, dan mengkaji peran pendidikan budaya dalam membangun karakter siswa Indonesia. Pendekatan Delphi digunakan untuk menilai data yang dikumpulkan dari berbagai informan ahli. Temuan penelitian mengungkapkan empat penyebab signifikan intoleransi dan radikalisasi: faktor pribadi, pendidikan, masalah ekonomi-sosial-politik-budaya, dan kurangnya pemahaman agama. Studi tersebut juga menemukan bahwa pendidikan agama kurang mendalam, dengan bacaan yang kurang, logika persuasif yang lemah, dan fokus pada kebenaran biner. Pendidikan budaya diawali dengan pembentukan jati diri bangsa yang unggul melalui karakter Pancasila (“gotong-royong” atau kerjasama, empati, dan kemampuan berpikir kritis yang baik); menumbuhkan kebiasaan membaca teks secara kritis dan komprehensif. Keduanya berfungsi sebagai dasar bagi kapasitas siswa untuk memecahkan tantangan yang kompleks. Kajian ini memberikan rekomendasi untuk mempromosikan keyakinan agama siswa kepada Tuhan dan nilai-nilai toleransi.How to Cite: Cardinale, P., Rofi’I, M. S., Samputra, P. L., Achdiawan, R. (2021). Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 20-43. doi:10.15408/tjems.v8i1.20359.