妇女与农村发展中的创意产业政策:印尼和泰国的经验教训

M. K. Sweinstani
{"title":"妇女与农村发展中的创意产业政策:印尼和泰国的经验教训","authors":"M. K. Sweinstani","doi":"10.14421/MUSAWA.2021.201.1-15","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sebagai salah satu upaya meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan, Indonesia dan Thailand melakukan pengembangan industri kreatif yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi perempuan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Pemerintah kedua negara mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan melalui industri kreatif dan melihat strategi Pemerintah kedua negara untuk merekognisi dan mengakomodasi kepentingan perempuan dalam pembangunan. Dengan menggunakan metode studi dokumen berdasarkan beberapa literatur yang terkait dengan perempuan dan pembangunan, analisis gender, serta dokumen-dokumen resmi baik dari PBB maupun dokumen resmi kedua negara, penulis menemukan bahwa sektor industri kreatif di kedua negara ini masih cenderung condong pada pendekatan Women in Development yang hanya “menambahkan\" perempuan dalam roda pembangunan nasional tanpa ada upaya bagi pemberdayaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengembangan sumber daya manusia dan berbagai pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi perempuan dalam pembangunan. Di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya modal UMKM yang pada awalnya dijanjikan akan menjadi tempat bagi perempuan dalam pembangunan sektor industri kreatif. Sementara di Thailand, banyak perempuan-khususnya yang bekerja di bidang industri hiburan dan pariwisata-yang pada akhirnya justru jatuh pada dunia prostitusi. Kondisi yang terjadi di kedua negara ini menunjukkan bahwa upaya pelibatan perempuan dalam roda pembangunan belum memperhatikan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, alih-alih mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan justru membuat perempuan terperangkap dalam aral pembangunan itu sendiri. [As one of the country’s strategies to empower women in national development, Indonesia and Thailand develop a creative industry that is expected to be a place for women to participate in each national development. This paper aims to analyze how the governments of both countries include women in development through the creative industry and see the government's strategy to recognize and accommodate women's interests in development. Using documentary data related to women and development, gender analysis, as well as official documents from both the United Nations and official documents of the two countries, the author found that the creative industries in both countries are still inclined towards the Women in Development approach which only \"adds\" women to the national development without any significant effort for empowerment. This is because there is still a lack of human resource development and various pieces of training that can be a provision for women in development. In Indonesia, this can be seen from the lack of MSME capital which was initially promised to be a place for women in the development of the creative industry sector, while in Thailand, many women - especially those who work in the entertainment and tourism industries - eventually fell into prostitution. Looking at those conditions in both countries, we can conclude that the efforts to involve women in development through the creative industry sector have not paid attention to the inequality of relations between men and women. Consequently, instead of including women in development, this action makes women trapped in the drawbacks of development itself.]","PeriodicalId":33379,"journal":{"name":"Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Perempuan dan Politik Industri Kreatif dalam Kerangka Pembangunan: Lesson Learned dari Indonesia dan Thailand\",\"authors\":\"M. K. Sweinstani\",\"doi\":\"10.14421/MUSAWA.2021.201.1-15\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Sebagai salah satu upaya meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan, Indonesia dan Thailand melakukan pengembangan industri kreatif yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi perempuan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Pemerintah kedua negara mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan melalui industri kreatif dan melihat strategi Pemerintah kedua negara untuk merekognisi dan mengakomodasi kepentingan perempuan dalam pembangunan. Dengan menggunakan metode studi dokumen berdasarkan beberapa literatur yang terkait dengan perempuan dan pembangunan, analisis gender, serta dokumen-dokumen resmi baik dari PBB maupun dokumen resmi kedua negara, penulis menemukan bahwa sektor industri kreatif di kedua negara ini masih cenderung condong pada pendekatan Women in Development yang hanya “menambahkan\\\" perempuan dalam roda pembangunan nasional tanpa ada upaya bagi pemberdayaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengembangan sumber daya manusia dan berbagai pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi perempuan dalam pembangunan. Di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya modal UMKM yang pada awalnya dijanjikan akan menjadi tempat bagi perempuan dalam pembangunan sektor industri kreatif. Sementara di Thailand, banyak perempuan-khususnya yang bekerja di bidang industri hiburan dan pariwisata-yang pada akhirnya justru jatuh pada dunia prostitusi. Kondisi yang terjadi di kedua negara ini menunjukkan bahwa upaya pelibatan perempuan dalam roda pembangunan belum memperhatikan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, alih-alih mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan justru membuat perempuan terperangkap dalam aral pembangunan itu sendiri. [As one of the country’s strategies to empower women in national development, Indonesia and Thailand develop a creative industry that is expected to be a place for women to participate in each national development. This paper aims to analyze how the governments of both countries include women in development through the creative industry and see the government's strategy to recognize and accommodate women's interests in development. Using documentary data related to women and development, gender analysis, as well as official documents from both the United Nations and official documents of the two countries, the author found that the creative industries in both countries are still inclined towards the Women in Development approach which only \\\"adds\\\" women to the national development without any significant effort for empowerment. This is because there is still a lack of human resource development and various pieces of training that can be a provision for women in development. In Indonesia, this can be seen from the lack of MSME capital which was initially promised to be a place for women in the development of the creative industry sector, while in Thailand, many women - especially those who work in the entertainment and tourism industries - eventually fell into prostitution. Looking at those conditions in both countries, we can conclude that the efforts to involve women in development through the creative industry sector have not paid attention to the inequality of relations between men and women. Consequently, instead of including women in development, this action makes women trapped in the drawbacks of development itself.]\",\"PeriodicalId\":33379,\"journal\":{\"name\":\"Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-06-22\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/MUSAWA.2021.201.1-15\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/MUSAWA.2021.201.1-15","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

作为提高妇女在建设中的作用的一项努力,印度尼西亚和泰国正在进行一项旨在为妇女参与国家建设提供动力的创意产业开发。这篇文章的目的是分析两国政府如何通过创意产业让妇女参与建设,并观察两国政府重建认识和适应妇女利益的战略。用文件根据一些研究方法与女性相关的文学和建筑材料,分析性别,以及两国官方无论是联合国的官方文件,作者发现创意工业部门在这两个国家仍然倾向于倾斜Women in Development的方法只有“添加”中的女性赋权的国家发展努力没有轮子的重要性。这是因为仍然缺乏人力资源开发和妇女在发展中所能提供的各种培训。在印度尼西亚,这一点可以从最初承诺的UMKM资本的匮乏程度上看出来。与此同时,在泰国,许多妇女,特别是在娱乐业和旅游业工作的妇女,最终都被卖淫所取代。这两个国家的情况表明,发展轮的妇女援助努力没有注意到男女之间的不平等。因此,与其把女性包括在发展中,不如把女性困在发展中。[作为国家发展中就业妇女的战略之一,印度尼西亚和泰国发展发展成为一个创造性行业,希望让妇女参与每个国家发展。这篇论文分析了两国政府是如何通过创造性行业实现发展的,并看到政府的策略,以反映和促进对发展感兴趣的女性。用性别documentary相关to women and development)的数据,分析,as well as官方文档从都和《联合国》和《作家两个国家,官方文档找到那个创意工业》两者仍然是发达国家的股票向women》发展接近的地方,这只“adds women》国家发展没有任何为empowerment浓厚,努力。这是因为人类的资源发展和各种培训片段仍然缺乏,这可能是发展中的女性的替代品。在印度尼西亚,这可以看到从MSME之缺乏资本,这是汽车承诺to be a place for women In development》创意工业,而在泰国区,许多妇女——尤其是那些工作》和《娱乐和旅游工业-费尔最终进入prostitution。从各方面考虑,我们可以得出这样的结论:通过创造性行业让女性获得发展的努力没有得到对男性和女性关系不平等的关注。这种行为非但没有包括发展中的女性,反而让女性陷入发展的困境。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Perempuan dan Politik Industri Kreatif dalam Kerangka Pembangunan: Lesson Learned dari Indonesia dan Thailand
Sebagai salah satu upaya meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan, Indonesia dan Thailand melakukan pengembangan industri kreatif yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi perempuan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Pemerintah kedua negara mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan melalui industri kreatif dan melihat strategi Pemerintah kedua negara untuk merekognisi dan mengakomodasi kepentingan perempuan dalam pembangunan. Dengan menggunakan metode studi dokumen berdasarkan beberapa literatur yang terkait dengan perempuan dan pembangunan, analisis gender, serta dokumen-dokumen resmi baik dari PBB maupun dokumen resmi kedua negara, penulis menemukan bahwa sektor industri kreatif di kedua negara ini masih cenderung condong pada pendekatan Women in Development yang hanya “menambahkan" perempuan dalam roda pembangunan nasional tanpa ada upaya bagi pemberdayaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengembangan sumber daya manusia dan berbagai pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi perempuan dalam pembangunan. Di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya modal UMKM yang pada awalnya dijanjikan akan menjadi tempat bagi perempuan dalam pembangunan sektor industri kreatif. Sementara di Thailand, banyak perempuan-khususnya yang bekerja di bidang industri hiburan dan pariwisata-yang pada akhirnya justru jatuh pada dunia prostitusi. Kondisi yang terjadi di kedua negara ini menunjukkan bahwa upaya pelibatan perempuan dalam roda pembangunan belum memperhatikan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, alih-alih mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan justru membuat perempuan terperangkap dalam aral pembangunan itu sendiri. [As one of the country’s strategies to empower women in national development, Indonesia and Thailand develop a creative industry that is expected to be a place for women to participate in each national development. This paper aims to analyze how the governments of both countries include women in development through the creative industry and see the government's strategy to recognize and accommodate women's interests in development. Using documentary data related to women and development, gender analysis, as well as official documents from both the United Nations and official documents of the two countries, the author found that the creative industries in both countries are still inclined towards the Women in Development approach which only "adds" women to the national development without any significant effort for empowerment. This is because there is still a lack of human resource development and various pieces of training that can be a provision for women in development. In Indonesia, this can be seen from the lack of MSME capital which was initially promised to be a place for women in the development of the creative industry sector, while in Thailand, many women - especially those who work in the entertainment and tourism industries - eventually fell into prostitution. Looking at those conditions in both countries, we can conclude that the efforts to involve women in development through the creative industry sector have not paid attention to the inequality of relations between men and women. Consequently, instead of including women in development, this action makes women trapped in the drawbacks of development itself.]
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
8
审稿时长
8 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信