重建的村庄:迁移传统房屋和改造马来传统村庄

IF 0.5 Q4 REGIONAL & URBAN PLANNING
Y. Tan
{"title":"重建的村庄:迁移传统房屋和改造马来传统村庄","authors":"Y. Tan","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.3.6","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"In the current social and economic conditions, the preservation and conservation of historic buildings has become a challenge. The city of Kuala Terengganu dates as far back as the 17th century, however, the city currently has very few historical buildings. What is worse is that within the short period of the last 20 years, the town has lost almost half of its 200-year old Straits-Chinese shophouses. Architecturally significant traditional Malay houses are being torn down on a large scale to free up land on the fringes of the city. The loss of old villages that have always been a significant part of the town at this scale have raised awareness to start protecting some of the architecturally and historically important Malay houses and, in a wider context, some of the traditional villages. However, the increasing land value of the land where these villages sit on poses a great challenge. This paper discusses the idea of having a reconstituted village as a refuge to save traditional Malay houses from being demolished. Unlike brick and masonry based historical buildings, traditional Malay houses are sophisticated prefabricated houses and can be dismantled and reconstructed in a new location. This supports the idea of forming a reconstituted village with a collection of architecturally significant Malay houses. The idea of relocating these houses and putting them back in their original context could create a harmonious ambience. This process will eventually lead to an urbanized village that is a destination by itself. From an architecture enthusiast’s perspective, such a village would be a last resort to protect these precious old houses from being demolished and at the same time contribute to the tourism sector. Recreating a collective village with real traditional Malay houses is a feasible option for the future of these villages and an approach of reinventing heritage tourism in the city. Abstrak. Dalam kondisi sosial dan ekonomi saat ini, preservasi dan konservasi bangunan bersejarah telah menjadi tantangan. Kota Kuala Terengganu berasal dari abad ke-17, namun kota ini saat ini memiliki sangat sedikit bangunan bersejarah. Yang lebih buruk adalah bahwa dalam kurun waktu singkat selama 20 tahun terakhir, kota ini telah kehilangan hampir setengah dari ruko Peranakan yang berusia 200 tahun. Rumah-rumah tradisional Melayu yang signifikan secara arsitektur dihancurkan secara besar-besaran untuk membebaskan tanah di pinggiran kota. Hilangnya desa-desa tua yang selalu menjadi bagian penting kota pada skala ini telah meningkatkan kesadaran untuk mulai melindungi beberapa rumah Melayu yang penting secara arsitektur dan historis, dan dalam konteks yang lebih luas, beberapa desa tradisional. Namun, meningkatnya nilai dari tanah di mana desa-desa ini berada merupakan tantangan besar. Makalah ini membahas gagasan pembangunan kembali desa sebagai tempat perlindungan untuk menyelamatkan rumah-rumah tradisional Melayu agar tidak dihancurkan. Tidak seperti bangunan bersejarah berbasis batu bata dan batu, rumah tradisional Melayu adalah rumah prefabrikasi yang canggih dan dapat dibongkar dan direkonstruksi di lokasi baru. Ini mendukung gagasan pembentukan desa yang dibangun kembali dengan koleksi rumah-rumah Melayu yang secara arsitektur penting. Gagasan merelokasi rumah-rumah ini dan mengembalikannya ke dalam konteks aslinya dapat menciptakan suasana yang harmonis. Proses ini pada akhirnya akan mengarah ke desa perkotaan yang merupakan tujuan dengan sendirinya. Dari sudut pandang pemerhati arsitektur, desa seperti itu akan menjadi pilihan terakhir untuk melindungi rumah-rumah tua yang berharga ini dari kehancuran dan pada saat yang sama berkontribusi pada sektor pariwisata. Menciptakan desa kolektif dengan rumah-rumah tradisional Melayu yang nyata adalah pilihan yang layak untuk masa depan desa-desa ini dan sebuah pendekatan untuk menciptakan kembali pariwisata warisan di kota. Kata kunci. Preservasi, desa, rumah tradisional, desa perkotaan.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":"30 1","pages":"261-272"},"PeriodicalIF":0.5000,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Reconstituted Village: Relocating Traditional Houses and Transforming Traditional Malay Villages\",\"authors\":\"Y. Tan\",\"doi\":\"10.5614/jpwk.2019.30.3.6\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"In the current social and economic conditions, the preservation and conservation of historic buildings has become a challenge. The city of Kuala Terengganu dates as far back as the 17th century, however, the city currently has very few historical buildings. What is worse is that within the short period of the last 20 years, the town has lost almost half of its 200-year old Straits-Chinese shophouses. Architecturally significant traditional Malay houses are being torn down on a large scale to free up land on the fringes of the city. The loss of old villages that have always been a significant part of the town at this scale have raised awareness to start protecting some of the architecturally and historically important Malay houses and, in a wider context, some of the traditional villages. However, the increasing land value of the land where these villages sit on poses a great challenge. This paper discusses the idea of having a reconstituted village as a refuge to save traditional Malay houses from being demolished. Unlike brick and masonry based historical buildings, traditional Malay houses are sophisticated prefabricated houses and can be dismantled and reconstructed in a new location. This supports the idea of forming a reconstituted village with a collection of architecturally significant Malay houses. The idea of relocating these houses and putting them back in their original context could create a harmonious ambience. This process will eventually lead to an urbanized village that is a destination by itself. From an architecture enthusiast’s perspective, such a village would be a last resort to protect these precious old houses from being demolished and at the same time contribute to the tourism sector. Recreating a collective village with real traditional Malay houses is a feasible option for the future of these villages and an approach of reinventing heritage tourism in the city. Abstrak. Dalam kondisi sosial dan ekonomi saat ini, preservasi dan konservasi bangunan bersejarah telah menjadi tantangan. Kota Kuala Terengganu berasal dari abad ke-17, namun kota ini saat ini memiliki sangat sedikit bangunan bersejarah. Yang lebih buruk adalah bahwa dalam kurun waktu singkat selama 20 tahun terakhir, kota ini telah kehilangan hampir setengah dari ruko Peranakan yang berusia 200 tahun. Rumah-rumah tradisional Melayu yang signifikan secara arsitektur dihancurkan secara besar-besaran untuk membebaskan tanah di pinggiran kota. Hilangnya desa-desa tua yang selalu menjadi bagian penting kota pada skala ini telah meningkatkan kesadaran untuk mulai melindungi beberapa rumah Melayu yang penting secara arsitektur dan historis, dan dalam konteks yang lebih luas, beberapa desa tradisional. Namun, meningkatnya nilai dari tanah di mana desa-desa ini berada merupakan tantangan besar. Makalah ini membahas gagasan pembangunan kembali desa sebagai tempat perlindungan untuk menyelamatkan rumah-rumah tradisional Melayu agar tidak dihancurkan. Tidak seperti bangunan bersejarah berbasis batu bata dan batu, rumah tradisional Melayu adalah rumah prefabrikasi yang canggih dan dapat dibongkar dan direkonstruksi di lokasi baru. Ini mendukung gagasan pembentukan desa yang dibangun kembali dengan koleksi rumah-rumah Melayu yang secara arsitektur penting. Gagasan merelokasi rumah-rumah ini dan mengembalikannya ke dalam konteks aslinya dapat menciptakan suasana yang harmonis. Proses ini pada akhirnya akan mengarah ke desa perkotaan yang merupakan tujuan dengan sendirinya. Dari sudut pandang pemerhati arsitektur, desa seperti itu akan menjadi pilihan terakhir untuk melindungi rumah-rumah tua yang berharga ini dari kehancuran dan pada saat yang sama berkontribusi pada sektor pariwisata. Menciptakan desa kolektif dengan rumah-rumah tradisional Melayu yang nyata adalah pilihan yang layak untuk masa depan desa-desa ini dan sebuah pendekatan untuk menciptakan kembali pariwisata warisan di kota. Kata kunci. Preservasi, desa, rumah tradisional, desa perkotaan.\",\"PeriodicalId\":41870,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"volume\":\"30 1\",\"pages\":\"261-272\"},\"PeriodicalIF\":0.5000,\"publicationDate\":\"2019-12-26\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.3.6\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q4\",\"JCRName\":\"REGIONAL & URBAN PLANNING\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Regional and City Planning","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.3.6","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"REGIONAL & URBAN PLANNING","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

摘要

在当前的社会和经济条件下,历史建筑的保护已成为一项挑战。吉隆坡市的历史可以追溯到17世纪,但目前该市的历史建筑很少。更糟糕的是,在过去20年的短时间内,该镇失去了近一半有200年历史的海峡华人商店。具有建筑意义的传统马来房屋正在被大规模拆除,以腾出城市边缘的土地。一直是该镇重要组成部分的古老村庄的消失,提高了人们的意识,开始保护一些在建筑和历史上重要的马来房屋,以及在更广泛的背景下保护一些传统村庄。然而,这些村庄所在土地的土地价值不断增加,这是一个巨大的挑战。本文讨论了建立一个重建的村庄作为避难所的想法,以避免传统的马来房屋被拆除。与砖石历史建筑不同,传统的马来房屋是复杂的装配式房屋,可以在新的地方拆除和重建。这支持了建立一个由建筑意义重大的马来房屋组成的重建村庄的想法。搬迁这些房屋并将其放回原来的环境中的想法可以创造一种和谐的氛围。这个过程最终将导致一个城市化的村庄,它本身就是一个目的地。从建筑爱好者的角度来看,这样一个村庄将是保护这些珍贵的老房子不被拆除的最后手段,同时为旅游业做出贡献。用真正的传统马来房屋重建一个集体村庄是这些村庄未来的可行选择,也是重塑城市遗产旅游业的一种方法。摘要在当前的社会和经济条件下,历史建筑的保护和保存一直是一个挑战。我最喜欢的吉隆坡城市来自17世纪,但这座城市现在几乎没有历史建筑。更糟糕的是,在过去的20年里,这座城市失去了近一半有200年历史的童年臂膀。传统的Melayu房屋在建筑上遭到严重破坏,在城市郊区腾出了土地。一直是这座城市重要组成部分的旧村庄的消失,提高了人们的意识,开始保护一些在建筑和历史上都很重要的Melayu住宅,以及在更广泛的背景下,一些传统村庄。然而,提高这些村庄所在土地的价值是一项重大挑战。因此,本文讨论了重建村庄作为避难所的想法,以拯救梅拉尤的传统家园,以免被摧毁。与以石头和石头为基础的历史建筑不同,传统的梅拉尤房屋是一个复杂的预制房屋,可以在新的地点拆除和建造。它支持了一个村庄的想法,重建了一系列在建筑上很重要的Melayu住宅。搬迁这些房屋并将其恢复原状的想法可以创造一种和谐的氛围。这个过程最终将导致一个城市村庄,这本身就是一个目标。从建筑的角度来看,这样一个村庄将是保护这些宝贵的老房子免受破坏的最后选择,同时也有助于旅游业。创建一个拥有传统Melayu家园的集体村庄是一个值得这些村庄未来的真正选择,也是重建城市遗产旅游业的一种方法。关键字。保护区、村庄、传统住宅、城中村。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Reconstituted Village: Relocating Traditional Houses and Transforming Traditional Malay Villages
In the current social and economic conditions, the preservation and conservation of historic buildings has become a challenge. The city of Kuala Terengganu dates as far back as the 17th century, however, the city currently has very few historical buildings. What is worse is that within the short period of the last 20 years, the town has lost almost half of its 200-year old Straits-Chinese shophouses. Architecturally significant traditional Malay houses are being torn down on a large scale to free up land on the fringes of the city. The loss of old villages that have always been a significant part of the town at this scale have raised awareness to start protecting some of the architecturally and historically important Malay houses and, in a wider context, some of the traditional villages. However, the increasing land value of the land where these villages sit on poses a great challenge. This paper discusses the idea of having a reconstituted village as a refuge to save traditional Malay houses from being demolished. Unlike brick and masonry based historical buildings, traditional Malay houses are sophisticated prefabricated houses and can be dismantled and reconstructed in a new location. This supports the idea of forming a reconstituted village with a collection of architecturally significant Malay houses. The idea of relocating these houses and putting them back in their original context could create a harmonious ambience. This process will eventually lead to an urbanized village that is a destination by itself. From an architecture enthusiast’s perspective, such a village would be a last resort to protect these precious old houses from being demolished and at the same time contribute to the tourism sector. Recreating a collective village with real traditional Malay houses is a feasible option for the future of these villages and an approach of reinventing heritage tourism in the city. Abstrak. Dalam kondisi sosial dan ekonomi saat ini, preservasi dan konservasi bangunan bersejarah telah menjadi tantangan. Kota Kuala Terengganu berasal dari abad ke-17, namun kota ini saat ini memiliki sangat sedikit bangunan bersejarah. Yang lebih buruk adalah bahwa dalam kurun waktu singkat selama 20 tahun terakhir, kota ini telah kehilangan hampir setengah dari ruko Peranakan yang berusia 200 tahun. Rumah-rumah tradisional Melayu yang signifikan secara arsitektur dihancurkan secara besar-besaran untuk membebaskan tanah di pinggiran kota. Hilangnya desa-desa tua yang selalu menjadi bagian penting kota pada skala ini telah meningkatkan kesadaran untuk mulai melindungi beberapa rumah Melayu yang penting secara arsitektur dan historis, dan dalam konteks yang lebih luas, beberapa desa tradisional. Namun, meningkatnya nilai dari tanah di mana desa-desa ini berada merupakan tantangan besar. Makalah ini membahas gagasan pembangunan kembali desa sebagai tempat perlindungan untuk menyelamatkan rumah-rumah tradisional Melayu agar tidak dihancurkan. Tidak seperti bangunan bersejarah berbasis batu bata dan batu, rumah tradisional Melayu adalah rumah prefabrikasi yang canggih dan dapat dibongkar dan direkonstruksi di lokasi baru. Ini mendukung gagasan pembentukan desa yang dibangun kembali dengan koleksi rumah-rumah Melayu yang secara arsitektur penting. Gagasan merelokasi rumah-rumah ini dan mengembalikannya ke dalam konteks aslinya dapat menciptakan suasana yang harmonis. Proses ini pada akhirnya akan mengarah ke desa perkotaan yang merupakan tujuan dengan sendirinya. Dari sudut pandang pemerhati arsitektur, desa seperti itu akan menjadi pilihan terakhir untuk melindungi rumah-rumah tua yang berharga ini dari kehancuran dan pada saat yang sama berkontribusi pada sektor pariwisata. Menciptakan desa kolektif dengan rumah-rumah tradisional Melayu yang nyata adalah pilihan yang layak untuk masa depan desa-desa ini dan sebuah pendekatan untuk menciptakan kembali pariwisata warisan di kota. Kata kunci. Preservasi, desa, rumah tradisional, desa perkotaan.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
Journal of Regional and City Planning
Journal of Regional and City Planning REGIONAL & URBAN PLANNING-
CiteScore
1.50
自引率
0.00%
发文量
16
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信