{"title":"在kediri市syaikh syamsuddin al-wasil镇通过ziarah传统进行精神教育","authors":"M. A. A. S. Mahzumi, A. Fuad","doi":"10.18860/el.v21i2.7030","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper aims to examine the development of spirituality that is traversed through the grave pilgrimage tradition by utilizing symbolic interactionist theory, religious and cultural theory, and spiritual intelligence theory. This study wanted to reveal the process and impact of a person’s spiritual change after carrying out the tradition of pilgrimage in the Tomb of Shaykh Syamsuddin al-Wasil, Kediri city. The results of this study show that first, spiritual process of pilgrims starts from the reason for making the tomb of Shaykh Syamsuddin Al-Wasil, Kediri city as an object of spiritual education, namely a media reminder for pilgrims, efforts to approach pilgrims to Allah, and as a place of prayer. The spiritual process itself is divided into three stages, namely; (1) pre-pilgrimage by purifying with ablution, (2) the stage of pilgrimage begins with tawasul on special people, reading the Qur’an, reading tahlil and finally reading the do’a, (3) after the pilgrimage by doing shodaqoh. Second, in terms of spiritual changes in the pilgrim’s self, namely; (1) inner changes such as calmness of heart and feeling holy heart, (2) changes in the end like feeling in living life more diligently and zealously, feeling lazy disappears, and pilgrims can control emotions. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan spiritualitas yang dilalui dengan cara tradisi ziarah kubur dengan memanfaatkan teori interaksionis simbolis, teori agama dan budaya, serta teori kecerdasan spiritual. Penelitian ini mengungkap proses dan dampak perubahan spiritual sesorang setelah melakukan tradisi ziarah di Makam Syaikh Syamsuddin al-Wasil kota Kediri. Hasil penelitian ini menemukan bahwa; pertama proses spiritual peziarah bermula dari alasan menjadikan makam Syaikh Syamsuddin Al-Wasil Kota Kediri sebagai objek pendidikan spiritual yakni, media pengingat bagi peziarah, upaya mendekatan peziarah pada Allah, dan sebagai tempat berdo’a. Proses spiritual sendiri dibagi menjadi tiga tahap yakni; (1) pra ziarah dengan melakukan penyucian dengan berwudhu, (2) tahap ziarah dimulai dengan bertawasul pada orang-orang khusus, membaca al-Qur’an, membaca tahlil dan terakhir membaca do’a, (3) pasca ziarah dengan melakukan shodaqoh. Kedua, segi perubahan spiritual yang terjadi pada diri peziarah yakni; (1) perubahan secara batin seperti ketenangan hati dan merasa hati menjadi bersih, (2) perubahan secara dhohir seperti merasa dalam menjalani hidup semakin rajin dan bersemangat, rasa malas menghilang, dan peziarah dapat mengontrol emosi.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"21 1","pages":"237-254"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"SPIRITUAL EDUCATION THROUGH ZIARAH TRADITION IN SYAIKH SYAMSUDDIN AL-WASIL TOWN KEDIRI CITY\",\"authors\":\"M. A. A. S. Mahzumi, A. Fuad\",\"doi\":\"10.18860/el.v21i2.7030\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This paper aims to examine the development of spirituality that is traversed through the grave pilgrimage tradition by utilizing symbolic interactionist theory, religious and cultural theory, and spiritual intelligence theory. This study wanted to reveal the process and impact of a person’s spiritual change after carrying out the tradition of pilgrimage in the Tomb of Shaykh Syamsuddin al-Wasil, Kediri city. The results of this study show that first, spiritual process of pilgrims starts from the reason for making the tomb of Shaykh Syamsuddin Al-Wasil, Kediri city as an object of spiritual education, namely a media reminder for pilgrims, efforts to approach pilgrims to Allah, and as a place of prayer. The spiritual process itself is divided into three stages, namely; (1) pre-pilgrimage by purifying with ablution, (2) the stage of pilgrimage begins with tawasul on special people, reading the Qur’an, reading tahlil and finally reading the do’a, (3) after the pilgrimage by doing shodaqoh. Second, in terms of spiritual changes in the pilgrim’s self, namely; (1) inner changes such as calmness of heart and feeling holy heart, (2) changes in the end like feeling in living life more diligently and zealously, feeling lazy disappears, and pilgrims can control emotions. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan spiritualitas yang dilalui dengan cara tradisi ziarah kubur dengan memanfaatkan teori interaksionis simbolis, teori agama dan budaya, serta teori kecerdasan spiritual. Penelitian ini mengungkap proses dan dampak perubahan spiritual sesorang setelah melakukan tradisi ziarah di Makam Syaikh Syamsuddin al-Wasil kota Kediri. Hasil penelitian ini menemukan bahwa; pertama proses spiritual peziarah bermula dari alasan menjadikan makam Syaikh Syamsuddin Al-Wasil Kota Kediri sebagai objek pendidikan spiritual yakni, media pengingat bagi peziarah, upaya mendekatan peziarah pada Allah, dan sebagai tempat berdo’a. Proses spiritual sendiri dibagi menjadi tiga tahap yakni; (1) pra ziarah dengan melakukan penyucian dengan berwudhu, (2) tahap ziarah dimulai dengan bertawasul pada orang-orang khusus, membaca al-Qur’an, membaca tahlil dan terakhir membaca do’a, (3) pasca ziarah dengan melakukan shodaqoh. Kedua, segi perubahan spiritual yang terjadi pada diri peziarah yakni; (1) perubahan secara batin seperti ketenangan hati dan merasa hati menjadi bersih, (2) perubahan secara dhohir seperti merasa dalam menjalani hidup semakin rajin dan bersemangat, rasa malas menghilang, dan peziarah dapat mengontrol emosi.\",\"PeriodicalId\":31198,\"journal\":{\"name\":\"El Harakah\",\"volume\":\"21 1\",\"pages\":\"237-254\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-12-03\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"El Harakah\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18860/el.v21i2.7030\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/el.v21i2.7030","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
本文旨在运用象征互动理论、宗教文化理论和精神智力理论,考察朝圣传统中精神的发展。本研究旨在揭示一个人在凯迪里市Shaykh Syamsuddin al-Wasil墓进行朝圣传统后的精神变化过程和影响。本研究的结果表明,首先,朝圣者的精神过程始于将凯迪里市Shaykh Syamsuddin Al Wasil墓作为精神教育对象的原因,即对朝圣者的媒体提醒、向真主接近朝圣者的努力以及作为祈祷场所。精神过程本身分为三个阶段,即:(1) 朝圣前通过沐浴净化,(2)朝圣阶段从对特殊人群的塔瓦苏尔开始,阅读《古兰经》,阅读《塔赫利尔》,最后阅读《多阿》,(3)朝圣后通过做shodachoh。第二,在精神变化方面,朝圣者的自我,即;(1) 内心的变化,如内心的平静和感觉神圣的心,(2)最终的变化,就像生活中的感觉更加勤奋和热情,懒惰的感觉消失了,朝圣者可以控制情绪。本文的目的是通过使用象征互动理论、宗教和文化理论以及精神智力理论的埋葬期刊传统来研究精神的发展。本研究揭示了在赛尔夫城的Syaikh Syamsuddin al-Wasil墓进行朝圣传统后,人们精神变化的过程和影响。这项研究的结果发现:;精神朝圣的第一个过程始于使Syaikh Syamsuddin Al Wasil的墓地成为精神教育的对象,即媒体提醒朝圣,试图接近上帝的朝圣,并将其作为祈祷的场所。精神过程本身分为三个阶段,即:;(1) 朝圣前的纯洁,(2)朝圣前以特殊人群的关怀开始,背诵《古兰经》,背诵卷轴和背诵卷轴,(3)朝圣后以祈祷开始。其次,节日本身所发生的精神变化的角度是:(1) 轻微的变化,比如内心的平静和心灵的纯洁,(2)轻微的变化——比如生活中的感觉变得更加僵硬和兴奋,不适的感觉消失,朝圣可以控制情绪。
SPIRITUAL EDUCATION THROUGH ZIARAH TRADITION IN SYAIKH SYAMSUDDIN AL-WASIL TOWN KEDIRI CITY
This paper aims to examine the development of spirituality that is traversed through the grave pilgrimage tradition by utilizing symbolic interactionist theory, religious and cultural theory, and spiritual intelligence theory. This study wanted to reveal the process and impact of a person’s spiritual change after carrying out the tradition of pilgrimage in the Tomb of Shaykh Syamsuddin al-Wasil, Kediri city. The results of this study show that first, spiritual process of pilgrims starts from the reason for making the tomb of Shaykh Syamsuddin Al-Wasil, Kediri city as an object of spiritual education, namely a media reminder for pilgrims, efforts to approach pilgrims to Allah, and as a place of prayer. The spiritual process itself is divided into three stages, namely; (1) pre-pilgrimage by purifying with ablution, (2) the stage of pilgrimage begins with tawasul on special people, reading the Qur’an, reading tahlil and finally reading the do’a, (3) after the pilgrimage by doing shodaqoh. Second, in terms of spiritual changes in the pilgrim’s self, namely; (1) inner changes such as calmness of heart and feeling holy heart, (2) changes in the end like feeling in living life more diligently and zealously, feeling lazy disappears, and pilgrims can control emotions. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan spiritualitas yang dilalui dengan cara tradisi ziarah kubur dengan memanfaatkan teori interaksionis simbolis, teori agama dan budaya, serta teori kecerdasan spiritual. Penelitian ini mengungkap proses dan dampak perubahan spiritual sesorang setelah melakukan tradisi ziarah di Makam Syaikh Syamsuddin al-Wasil kota Kediri. Hasil penelitian ini menemukan bahwa; pertama proses spiritual peziarah bermula dari alasan menjadikan makam Syaikh Syamsuddin Al-Wasil Kota Kediri sebagai objek pendidikan spiritual yakni, media pengingat bagi peziarah, upaya mendekatan peziarah pada Allah, dan sebagai tempat berdo’a. Proses spiritual sendiri dibagi menjadi tiga tahap yakni; (1) pra ziarah dengan melakukan penyucian dengan berwudhu, (2) tahap ziarah dimulai dengan bertawasul pada orang-orang khusus, membaca al-Qur’an, membaca tahlil dan terakhir membaca do’a, (3) pasca ziarah dengan melakukan shodaqoh. Kedua, segi perubahan spiritual yang terjadi pada diri peziarah yakni; (1) perubahan secara batin seperti ketenangan hati dan merasa hati menjadi bersih, (2) perubahan secara dhohir seperti merasa dalam menjalani hidup semakin rajin dan bersemangat, rasa malas menghilang, dan peziarah dapat mengontrol emosi.