{"title":"雅加达Kebayoran新城规划方法的背景与经验教训","authors":"Erwin Fahmi","doi":"10.5614/JPWK.2021.32.1.4","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The planning of Kebayoran Baru in 1948 marked the end, and perhaps the peak, of the achievements of town planning in the Dutch East Indies. In this era, a different planning approach was applied than the one used today. This study examines that approach, the challenges it faced, and the lessons learned for current and future eras. Kebayoran Baru was meant to provide housing and office buildings in view of the expected economic growth of the colony, which had begun at the turn of the century. However, its construction was only done after World War II in the context of city reconstruction. The planning of Kebayoran Baru utilized the accumulation of knowledge concerning the principles, methods, and practice of town planning in the archipelago formulated in the third decade of the century. Instrumental to the planning of Kebayoran Baru were two prominent figures: H. Mohammad Soesilo and Thomas Karsten. Two of Karsten’s conceptual legacies that Soesilo applied in the planning of Kebayoran Baru, i.e. the concepts of ‘social mix’ and ‘organic whole’, were also relevant for post-independence Indonesia (to be).\n \nAbstrak. Perencanaan Kebayoran Baru pada tahun 1948 menandai akhir, dan mungkin puncak, dari pencapaian tata kota di Hindia Belanda. Di era ini, pendekatan perencanaan yang diterapkan berbeda dari yang digunakan dahulu. Studi ini mengkaji pendekatan tersebut, tantangan yang dihadapinya, dan pembelajaran untuk era saat ini dan masa depan. Sejak pergantian abad, Kebayoran Baru dimaksudkan untuk menyediakan perumahan dan gedung perkantoran demi mengakomodasi pertumbuhan ekonomi koloni. Walaupun demikian, pembangunan tersebut dilakukan setelah Perang Dunia II dalam rangka rekonstruksi kota. Perencanaan Kebayoran Baru memanfaatkan akumulasi pengetahuan tentang prinsip, metode dan praktik tata kota di Nusantara yang dirumuskan pada dekade ketiga abad ini. Sosok di balik perencanaan Kebayoran Baru adalah dua tokoh penting: H. Mohammad Soesilo dan Thomas Karsten. Dua warisan konseptual Karsten yang diterapkan Soesilo dalam perencanaan Kebayoran Baru, yakni konsep 'campuran sosial' dan 'keseluruhan organik', juga relevan bagi Indonesia pasca kemerdekaan.\n \nKata kunci. Kebayoran Baru, pendekatan perencanaan, H. Mohammad Soesilo, Thomas Karsten","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":"32 1","pages":"56-70"},"PeriodicalIF":0.5000,"publicationDate":"2021-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Planning Approach of Kebayoran New City of Jakarta: Background and Lessons Learned\",\"authors\":\"Erwin Fahmi\",\"doi\":\"10.5614/JPWK.2021.32.1.4\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The planning of Kebayoran Baru in 1948 marked the end, and perhaps the peak, of the achievements of town planning in the Dutch East Indies. In this era, a different planning approach was applied than the one used today. This study examines that approach, the challenges it faced, and the lessons learned for current and future eras. Kebayoran Baru was meant to provide housing and office buildings in view of the expected economic growth of the colony, which had begun at the turn of the century. However, its construction was only done after World War II in the context of city reconstruction. The planning of Kebayoran Baru utilized the accumulation of knowledge concerning the principles, methods, and practice of town planning in the archipelago formulated in the third decade of the century. Instrumental to the planning of Kebayoran Baru were two prominent figures: H. Mohammad Soesilo and Thomas Karsten. Two of Karsten’s conceptual legacies that Soesilo applied in the planning of Kebayoran Baru, i.e. the concepts of ‘social mix’ and ‘organic whole’, were also relevant for post-independence Indonesia (to be).\\n \\nAbstrak. Perencanaan Kebayoran Baru pada tahun 1948 menandai akhir, dan mungkin puncak, dari pencapaian tata kota di Hindia Belanda. Di era ini, pendekatan perencanaan yang diterapkan berbeda dari yang digunakan dahulu. Studi ini mengkaji pendekatan tersebut, tantangan yang dihadapinya, dan pembelajaran untuk era saat ini dan masa depan. Sejak pergantian abad, Kebayoran Baru dimaksudkan untuk menyediakan perumahan dan gedung perkantoran demi mengakomodasi pertumbuhan ekonomi koloni. Walaupun demikian, pembangunan tersebut dilakukan setelah Perang Dunia II dalam rangka rekonstruksi kota. Perencanaan Kebayoran Baru memanfaatkan akumulasi pengetahuan tentang prinsip, metode dan praktik tata kota di Nusantara yang dirumuskan pada dekade ketiga abad ini. Sosok di balik perencanaan Kebayoran Baru adalah dua tokoh penting: H. Mohammad Soesilo dan Thomas Karsten. Dua warisan konseptual Karsten yang diterapkan Soesilo dalam perencanaan Kebayoran Baru, yakni konsep 'campuran sosial' dan 'keseluruhan organik', juga relevan bagi Indonesia pasca kemerdekaan.\\n \\nKata kunci. Kebayoran Baru, pendekatan perencanaan, H. Mohammad Soesilo, Thomas Karsten\",\"PeriodicalId\":41870,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"volume\":\"32 1\",\"pages\":\"56-70\"},\"PeriodicalIF\":0.5000,\"publicationDate\":\"2021-04-08\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.5614/JPWK.2021.32.1.4\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q4\",\"JCRName\":\"REGIONAL & URBAN PLANNING\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Regional and City Planning","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2021.32.1.4","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"REGIONAL & URBAN PLANNING","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
1948年Kebayoran Baru的规划标志着荷属东印度群岛城镇规划成就的终结,或许也是顶峰。在这个时代,人们采用了一种与今天不同的规划方法。本研究考察了这种方法,它面临的挑战,以及为当前和未来时代吸取的教训。Kebayoran Baru旨在提供住房和办公楼,以满足该殖民地在世纪之交开始的预期经济增长。然而,它的建设是在第二次世界大战后城市重建的背景下进行的。Kebayoran Baru的规划利用了关于群岛城市规划原则、方法和实践的知识积累,这些知识是在本世纪第三个十年制定的。对Kebayoran Baru的规划起了重要作用的是两位杰出人物:H. Mohammad Soesilo和Thomas Karsten。Soesilo在Kebayoran Baru的规划中应用了Karsten的两个概念遗产,即“社会混合”和“有机整体”的概念,也与独立后的印度尼西亚(即将)相关。Abstrak。1948年,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度。didekatan perencanan yang diterapkan berbeda dari yang digunakan dahulu。学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Walaupun demikian, pembangunan tersesebut dilakukan setelah Perang Dunia II dalam rangka rekonstruksi kota。我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Sosok di balik perencanan Kebayoran Baru adalah dua penting: H. Mohammad Soesilo和Thomas Karsten。Dua warisan konseptual Karsten yang diiterapkan Soesilo dalam perencanan Kebayoran Baru, yakni konsep 'campuran social ' dan 'keseluruhan organik', juga relan bagi Indonesia pasca kemerdekaan。型kunci。Kebayoran Baru, pendekatan perencanan, Mohammad Soesilo, Thomas Karsten
Planning Approach of Kebayoran New City of Jakarta: Background and Lessons Learned
The planning of Kebayoran Baru in 1948 marked the end, and perhaps the peak, of the achievements of town planning in the Dutch East Indies. In this era, a different planning approach was applied than the one used today. This study examines that approach, the challenges it faced, and the lessons learned for current and future eras. Kebayoran Baru was meant to provide housing and office buildings in view of the expected economic growth of the colony, which had begun at the turn of the century. However, its construction was only done after World War II in the context of city reconstruction. The planning of Kebayoran Baru utilized the accumulation of knowledge concerning the principles, methods, and practice of town planning in the archipelago formulated in the third decade of the century. Instrumental to the planning of Kebayoran Baru were two prominent figures: H. Mohammad Soesilo and Thomas Karsten. Two of Karsten’s conceptual legacies that Soesilo applied in the planning of Kebayoran Baru, i.e. the concepts of ‘social mix’ and ‘organic whole’, were also relevant for post-independence Indonesia (to be).
Abstrak. Perencanaan Kebayoran Baru pada tahun 1948 menandai akhir, dan mungkin puncak, dari pencapaian tata kota di Hindia Belanda. Di era ini, pendekatan perencanaan yang diterapkan berbeda dari yang digunakan dahulu. Studi ini mengkaji pendekatan tersebut, tantangan yang dihadapinya, dan pembelajaran untuk era saat ini dan masa depan. Sejak pergantian abad, Kebayoran Baru dimaksudkan untuk menyediakan perumahan dan gedung perkantoran demi mengakomodasi pertumbuhan ekonomi koloni. Walaupun demikian, pembangunan tersebut dilakukan setelah Perang Dunia II dalam rangka rekonstruksi kota. Perencanaan Kebayoran Baru memanfaatkan akumulasi pengetahuan tentang prinsip, metode dan praktik tata kota di Nusantara yang dirumuskan pada dekade ketiga abad ini. Sosok di balik perencanaan Kebayoran Baru adalah dua tokoh penting: H. Mohammad Soesilo dan Thomas Karsten. Dua warisan konseptual Karsten yang diterapkan Soesilo dalam perencanaan Kebayoran Baru, yakni konsep 'campuran sosial' dan 'keseluruhan organik', juga relevan bagi Indonesia pasca kemerdekaan.
Kata kunci. Kebayoran Baru, pendekatan perencanaan, H. Mohammad Soesilo, Thomas Karsten