Rico Adi Setyanto, Widianingsih Widianingsih, W. A. Setyati
{"title":"Sintok岛和Karimunjawa大抵抗岛上Lamun碳的储存","authors":"Rico Adi Setyanto, Widianingsih Widianingsih, W. A. Setyati","doi":"10.14710/jmr.v12i1.33980","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Blue carbon merupakan salah satu upaya penurunan efek pemanasan global melalui peran ekosistem penyerap karbon di pesisir. Kehadiran ekosistem lamun menjadi ekosistem penting pesisis dan penyerap karbon masif. Penelitian ini berutujuan untuk mengetahui kondisi lamun dan kandungan karbon pada vegetasi lamun di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa. Pengamatan ekosistem lamun menggunakan metode LIPI dengan transek kuadran 50x50cm. Sampling jaringan lamun dilakukan acak pada tiap lokasi dengan alat seagrasscore. Perhitungan kandngan karbon pada tiap jaringan lamun menggunakan metode pengabuan. Jenis lamun yang ditemukan pada Pulau Sintok terdapat 4 spesies sedangkan pada Pulau Menjangan Besar sebanyak 6 spesies. Pulau Sintok memiliki persen cover kategori sedang dan Pulau Menjangan Besar memiliki persen cover kategori padat. Nilai simpanan karbon pada Pulau Sintok berkisar antara 2,59–61,07 gC/m2 sedangkan pada Pulau Menjangan Besar berkisar antara 5,97–404,57 gC/m2. Nilai simpanan karbon terbesar pada Pulau Sintok dipegan spesies Thalassia hemprichii dan pada Pulau Menjangan Besar dipegang oleh spesies Enhalus acoroides. Kondisi ekosistem yang baik meningkatkan kemampuan ekosistem lamun dalam menyerap karbon dan dapat menjadi mitigasi pemanasan global. Blue Carbon is one of the concepts to reduce the effects of global warming through the role of carbon-absorbing ecosystems on the coast. The presence of seagrass ecosystems is an important coastal ecosystem and a massive carbon sink. This study aims to determine the condition of seagrass and the carbon content of seagrass vegetation on Sintok Island and Menjangan Besar Island, Karimunjawa. Observation of seagrass ecosystem using LIPI method with 50x50cm quadrant transect. Seagrass tissue sampling was carried out randomly at each location using a seagrasscore tool. Calculation of carbon content in each seagrass tissue using Loss on Ignition (LOI method). There are 4 species of seagrass found on Sintok Island, while on Menjangan Besar Island there are 6 species. Sintok Island has a medium percent cover category and Menjangan Besar Island has a high percent cover category. The value of carbon storage on Sintok Island ranged from 2.59 – 61.07 gC/m2 while on Menjangan Besar Island it ranged from 5.97 – 404.57 gC/m2. In the Sintok Island, the largest value of carbon storage was Thalassia hemprichii and in the Menjangan Besar Island was held by Enhalus acoroides species. Good ecosystem conditions increase the ability of seagrass ecosystems to absorb carbon and mitigate global warming.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5000,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Simpanan Karbon Lamun di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa\",\"authors\":\"Rico Adi Setyanto, Widianingsih Widianingsih, W. A. Setyati\",\"doi\":\"10.14710/jmr.v12i1.33980\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Blue carbon merupakan salah satu upaya penurunan efek pemanasan global melalui peran ekosistem penyerap karbon di pesisir. Kehadiran ekosistem lamun menjadi ekosistem penting pesisis dan penyerap karbon masif. Penelitian ini berutujuan untuk mengetahui kondisi lamun dan kandungan karbon pada vegetasi lamun di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa. Pengamatan ekosistem lamun menggunakan metode LIPI dengan transek kuadran 50x50cm. Sampling jaringan lamun dilakukan acak pada tiap lokasi dengan alat seagrasscore. Perhitungan kandngan karbon pada tiap jaringan lamun menggunakan metode pengabuan. Jenis lamun yang ditemukan pada Pulau Sintok terdapat 4 spesies sedangkan pada Pulau Menjangan Besar sebanyak 6 spesies. Pulau Sintok memiliki persen cover kategori sedang dan Pulau Menjangan Besar memiliki persen cover kategori padat. Nilai simpanan karbon pada Pulau Sintok berkisar antara 2,59–61,07 gC/m2 sedangkan pada Pulau Menjangan Besar berkisar antara 5,97–404,57 gC/m2. Nilai simpanan karbon terbesar pada Pulau Sintok dipegan spesies Thalassia hemprichii dan pada Pulau Menjangan Besar dipegang oleh spesies Enhalus acoroides. Kondisi ekosistem yang baik meningkatkan kemampuan ekosistem lamun dalam menyerap karbon dan dapat menjadi mitigasi pemanasan global. Blue Carbon is one of the concepts to reduce the effects of global warming through the role of carbon-absorbing ecosystems on the coast. The presence of seagrass ecosystems is an important coastal ecosystem and a massive carbon sink. This study aims to determine the condition of seagrass and the carbon content of seagrass vegetation on Sintok Island and Menjangan Besar Island, Karimunjawa. Observation of seagrass ecosystem using LIPI method with 50x50cm quadrant transect. Seagrass tissue sampling was carried out randomly at each location using a seagrasscore tool. Calculation of carbon content in each seagrass tissue using Loss on Ignition (LOI method). There are 4 species of seagrass found on Sintok Island, while on Menjangan Besar Island there are 6 species. Sintok Island has a medium percent cover category and Menjangan Besar Island has a high percent cover category. The value of carbon storage on Sintok Island ranged from 2.59 – 61.07 gC/m2 while on Menjangan Besar Island it ranged from 5.97 – 404.57 gC/m2. In the Sintok Island, the largest value of carbon storage was Thalassia hemprichii and in the Menjangan Besar Island was held by Enhalus acoroides species. Good ecosystem conditions increase the ability of seagrass ecosystems to absorb carbon and mitigate global warming.\",\"PeriodicalId\":50153,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Marine Research\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.5000,\"publicationDate\":\"2023-01-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Marine Research\",\"FirstCategoryId\":\"89\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i1.33980\",\"RegionNum\":4,\"RegionCategory\":\"地球科学\",\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q3\",\"JCRName\":\"Earth and Planetary Sciences\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Marine Research","FirstCategoryId":"89","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i1.33980","RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"Earth and Planetary Sciences","Score":null,"Total":0}
Simpanan Karbon Lamun di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa
Blue carbon merupakan salah satu upaya penurunan efek pemanasan global melalui peran ekosistem penyerap karbon di pesisir. Kehadiran ekosistem lamun menjadi ekosistem penting pesisis dan penyerap karbon masif. Penelitian ini berutujuan untuk mengetahui kondisi lamun dan kandungan karbon pada vegetasi lamun di Pulau Sintok dan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa. Pengamatan ekosistem lamun menggunakan metode LIPI dengan transek kuadran 50x50cm. Sampling jaringan lamun dilakukan acak pada tiap lokasi dengan alat seagrasscore. Perhitungan kandngan karbon pada tiap jaringan lamun menggunakan metode pengabuan. Jenis lamun yang ditemukan pada Pulau Sintok terdapat 4 spesies sedangkan pada Pulau Menjangan Besar sebanyak 6 spesies. Pulau Sintok memiliki persen cover kategori sedang dan Pulau Menjangan Besar memiliki persen cover kategori padat. Nilai simpanan karbon pada Pulau Sintok berkisar antara 2,59–61,07 gC/m2 sedangkan pada Pulau Menjangan Besar berkisar antara 5,97–404,57 gC/m2. Nilai simpanan karbon terbesar pada Pulau Sintok dipegan spesies Thalassia hemprichii dan pada Pulau Menjangan Besar dipegang oleh spesies Enhalus acoroides. Kondisi ekosistem yang baik meningkatkan kemampuan ekosistem lamun dalam menyerap karbon dan dapat menjadi mitigasi pemanasan global. Blue Carbon is one of the concepts to reduce the effects of global warming through the role of carbon-absorbing ecosystems on the coast. The presence of seagrass ecosystems is an important coastal ecosystem and a massive carbon sink. This study aims to determine the condition of seagrass and the carbon content of seagrass vegetation on Sintok Island and Menjangan Besar Island, Karimunjawa. Observation of seagrass ecosystem using LIPI method with 50x50cm quadrant transect. Seagrass tissue sampling was carried out randomly at each location using a seagrasscore tool. Calculation of carbon content in each seagrass tissue using Loss on Ignition (LOI method). There are 4 species of seagrass found on Sintok Island, while on Menjangan Besar Island there are 6 species. Sintok Island has a medium percent cover category and Menjangan Besar Island has a high percent cover category. The value of carbon storage on Sintok Island ranged from 2.59 – 61.07 gC/m2 while on Menjangan Besar Island it ranged from 5.97 – 404.57 gC/m2. In the Sintok Island, the largest value of carbon storage was Thalassia hemprichii and in the Menjangan Besar Island was held by Enhalus acoroides species. Good ecosystem conditions increase the ability of seagrass ecosystems to absorb carbon and mitigate global warming.
期刊介绍:
The Journal of Marine Research publishes peer-reviewed research articles covering a broad array of topics in physical, biological and chemical oceanography. Articles that deal with processes, as well as those that report significant observations, are welcome. In the area of biology, studies involving coupling between ecological and physical processes are preferred over those that report systematics. Authors benefit from thorough reviews of their manuscripts, where an attempt is made to maximize clarity. The time between submission and publication is kept to a minimum; there is no page charge.