{"title":"分析“天使寻找翅膀”中宗教和文化差异的话语。","authors":"Candra Alfiyani","doi":"10.26499/SURBET.V16I1.215","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Analisis Wacana Perbedaan Agama dan Budaya dalam Film “Bidadari Mencari Sayap”\",\"authors\":\"Candra Alfiyani\",\"doi\":\"10.26499/SURBET.V16I1.215\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.\",\"PeriodicalId\":34821,\"journal\":{\"name\":\"Suar Betang\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-05-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Suar Betang\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.26499/SURBET.V16I1.215\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suar Betang","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26499/SURBET.V16I1.215","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究旨在运用范迪克的文本分析理论(宏观结构、超结构、微观结构)、社会认知和社会语境,对阿丽亚·库苏马德瓦电影《比达达里·门卡里·萨亚普》中的话语进行分析。研究类型为描述性定性。收集数据的技术是观察和记录技术。结果表明,这部电影的宏观结构提出了一个宗教和文化差异的主题。这部超结构电影告诉了一个由不同宗教和文化组成的家庭引发冲突的故事。这部电影的微观结构有三个部分:(1)语义,这部电影从不同的角度更多地指向神圣的意义(2) 语法,在电影中有连贯性,使用连词和,但是,因为,而不是使用代词I和you;(3)静态,语言的使用几乎完全是印尼语,但也有一些俚语和Betawi的使用。这部电影中的社会认知从婚姻的角度提出了人生的故事。这部电影的社会背景显示了电影想要向观众传达的关于沟通在处理差异中的重要性的隐含信息。本研究旨在运用Teun van Dijk的理论,包括文本分析(宏观、超结构和微观结构)、社会认知和社会语境,对Aria Kusumadewa的电影《公民寻找翅膀》中的场景进行分析。所使用的研究类型是定性描述性的。所使用的数据收集技术是过滤和记录技术。研究表明,这部电影的宏观结构提出了一个宗教和文化差异的主题。这部电影的上层建筑包含了一个由不同宗教和文化组成的家庭引发冲突的故事。这部电影的微观结构有三个部分,即(1)从不同的角度来看,语义更有利于完整性的含义;(2) 语法显示出与单词connector的一致性,然后,因为代替使用单词“你和我”;(3) 文体学表明,使用的语言几乎完全使用印尼语。然而,也有高卢和贝塔维的使用。这部电影中的社会认知是通过婚姻的视角来讲述生活的故事。这部电影的社会背景向观众传达了沟通在面对差异中的重要性。
Analisis Wacana Perbedaan Agama dan Budaya dalam Film “Bidadari Mencari Sayap”
This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.