{"title":"年轻情感欺凌的未来","authors":"S. Maryam, F. Fatmawati","doi":"10.17977/UM001V3I22018P069","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract : In recent year, there is a number of news in the mass media on violence in the school, including bullying. The high number of juvenile delinquency is the result of a lack of ability to control emotions in an acceptable way, causing the individual to easily engage the group's influence to perform negative behavior, including bullying behavior. From the above explanation, we interested to examine more deeply how the emotional maturity in adolescents bully in Junior High School 9 Banda Aceh. This study was done through quantitave method by using using the Emotional Maturity scale developed by Katkovsky and Gorlow. The results showed that most of the students had emotional maturity belonging to the low category with the percentage of 80.65%. To that end, parents and teachers have a very important role, in which they must be consistent in educating, being open and dialogical, not authoritarian, or imposing a will to the adolescents. Abstrak : Dalam beberapa tahun belakangan ini begitu banyak pemberitaan di media massa terkait kekerasan yang terjadi di sekolah, termasuk perilaku bullying. Tingginya angka kenakalan remaja merupakan akibat dari kurangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi dengan cara yang dapat diterima norma, sehingga menyebabkan individu mudah terbawa pengaruh kelompok untuk melakukan perilaku tertentu, terutama perilaku negatif (perilaku bullying). Dari penjelasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gambaran kematangan emosi pada remaja pelaku bullying di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Banda Aceh. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kuantitatif melalui skala Kematangan Emosi yang dikembangkan oleh Katkovsky dan Gorlow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kematangan emosi yang tergolong pada kategori rendah dengan persentase 80.65%. Untuk itu, orang tua dan guru mempunyai peran yang sangat penting, dimana mereka harus konsisten dalam mendidik, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter, atau memaksakan kehendak. DOI: https://doi.org/10.17977/um001v3i22018p069","PeriodicalId":31671,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"8","resultStr":"{\"title\":\"Kematangan Emosi Remaja Pelaku Bullying\",\"authors\":\"S. Maryam, F. Fatmawati\",\"doi\":\"10.17977/UM001V3I22018P069\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract : In recent year, there is a number of news in the mass media on violence in the school, including bullying. The high number of juvenile delinquency is the result of a lack of ability to control emotions in an acceptable way, causing the individual to easily engage the group's influence to perform negative behavior, including bullying behavior. From the above explanation, we interested to examine more deeply how the emotional maturity in adolescents bully in Junior High School 9 Banda Aceh. This study was done through quantitave method by using using the Emotional Maturity scale developed by Katkovsky and Gorlow. The results showed that most of the students had emotional maturity belonging to the low category with the percentage of 80.65%. To that end, parents and teachers have a very important role, in which they must be consistent in educating, being open and dialogical, not authoritarian, or imposing a will to the adolescents. Abstrak : Dalam beberapa tahun belakangan ini begitu banyak pemberitaan di media massa terkait kekerasan yang terjadi di sekolah, termasuk perilaku bullying. Tingginya angka kenakalan remaja merupakan akibat dari kurangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi dengan cara yang dapat diterima norma, sehingga menyebabkan individu mudah terbawa pengaruh kelompok untuk melakukan perilaku tertentu, terutama perilaku negatif (perilaku bullying). Dari penjelasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gambaran kematangan emosi pada remaja pelaku bullying di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Banda Aceh. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kuantitatif melalui skala Kematangan Emosi yang dikembangkan oleh Katkovsky dan Gorlow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kematangan emosi yang tergolong pada kategori rendah dengan persentase 80.65%. Untuk itu, orang tua dan guru mempunyai peran yang sangat penting, dimana mereka harus konsisten dalam mendidik, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter, atau memaksakan kehendak. DOI: https://doi.org/10.17977/um001v3i22018p069\",\"PeriodicalId\":31671,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-06-22\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"8\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.17977/UM001V3I22018P069\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/UM001V3I22018P069","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 8
摘要
摘要:近年来,在大众媒体上出现了一些关于校园暴力的新闻,其中包括校园欺凌。青少年犯罪的高数量是由于缺乏以可接受的方式控制情绪的能力,导致个人容易受到群体的影响而做出负面行为,包括欺凌行为。从以上解释出发,我们有兴趣更深入地研究班达亚齐初中生欺负青少年的情绪成熟度。本研究采用定量方法,采用Katkovsky和Gorlow的情绪成熟度量表。结果表明,大多数学生的情感成熟度属于低水平,比例为80.65%。为此目的,家长和教师发挥着非常重要的作用,他们必须始终如一地进行教育,保持开放和对话,而不是专制,或将一种意志强加给青少年。摘要:Dalam beberapa tahun belakangan ini begitu banyak pemberitaan and di media massa terkait kekerasan yang terjadi di sekolah, termasuk perakaku bullying。Tingginya angka kenakalan remaja merupakan akibat dari kurangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi dengan cara yang dapat diterima norma, sehinga menyebabkan个人mudah terbawa pengaruh kelompok untuk melakukan peraku tertentu, terutama peraku negative (peraku霸凌)。Dari penjelasan di atas, maka tujuan Dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gambaran kematangan emosi pada remaja pelaku霸凌在印度尼西亚班达亚齐(Banda Aceh)。Pengumpulan数据dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kantitatiatif melalui skala Kematangan Emosi yang dikembangkan oleh Katkovsky dan Gorlow。Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kematangan emosi yang tergolong pada kategori rendah dengan代表率80.65%。Untuk itu, orang tua dan guru mempunyai peran yang sangat penting, dimana mereka harus一贯的dalam mendidik, bersikap terbuka serta对话,tidak作家,atau memaksakan kehendak。DOI: https://doi.org/10.17977/um001v3i22018p069
Abstract : In recent year, there is a number of news in the mass media on violence in the school, including bullying. The high number of juvenile delinquency is the result of a lack of ability to control emotions in an acceptable way, causing the individual to easily engage the group's influence to perform negative behavior, including bullying behavior. From the above explanation, we interested to examine more deeply how the emotional maturity in adolescents bully in Junior High School 9 Banda Aceh. This study was done through quantitave method by using using the Emotional Maturity scale developed by Katkovsky and Gorlow. The results showed that most of the students had emotional maturity belonging to the low category with the percentage of 80.65%. To that end, parents and teachers have a very important role, in which they must be consistent in educating, being open and dialogical, not authoritarian, or imposing a will to the adolescents. Abstrak : Dalam beberapa tahun belakangan ini begitu banyak pemberitaan di media massa terkait kekerasan yang terjadi di sekolah, termasuk perilaku bullying. Tingginya angka kenakalan remaja merupakan akibat dari kurangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi dengan cara yang dapat diterima norma, sehingga menyebabkan individu mudah terbawa pengaruh kelompok untuk melakukan perilaku tertentu, terutama perilaku negatif (perilaku bullying). Dari penjelasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gambaran kematangan emosi pada remaja pelaku bullying di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Banda Aceh. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kuantitatif melalui skala Kematangan Emosi yang dikembangkan oleh Katkovsky dan Gorlow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kematangan emosi yang tergolong pada kategori rendah dengan persentase 80.65%. Untuk itu, orang tua dan guru mempunyai peran yang sangat penting, dimana mereka harus konsisten dalam mendidik, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter, atau memaksakan kehendak. DOI: https://doi.org/10.17977/um001v3i22018p069