{"title":"Citarum上游流域农村地区土地利用变化及其对地表径流的影响(案例研究:Cirasea子流域)","authors":"Zahrul Atharinafi, N. Wijaya","doi":"10.5614/JPWK.2021.32.1.3","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Land-use change in upstream regions is a recognized driver of the increase in surface runoff, resulting in increasing flood intensity and occurrence. The rapid urbanization of outlying districts surrounding large metropolitan areas is a known driver of land-use change. Therefore, we study land-use change patterns within the Cirasea Sub-watershed within the last 20 years and changes in the runoff coefficient within the same time frame. This paper examines how land-use change patterns on the outskirts of the Bandung Metropolitan Area influence runoff. Spatial analysis and surface runoff calculation using the curve number method were applied. The study found significant changes in land use, particularly in the watershed’s southern reaches, whereby forest and shrub land gave way to agriculture in a water recharge zone, resulting in an increased runoff coefficient upstream. Urbanization within the Cirasea Sub-watershed did not encroach into areas identified as recharge zones and had a minimal direct impact on increased runoff. Aggregate runoff coefficient (curve number) in the Cirasea Sub-watershed increased from 70.98 in 1999 to 72.04 in 2018. For a design 24-hour period rainfall of 120 mm, runoff increased from 48.49 mm (1999) to 51.8 mm (2018). We conclude that the changes above in land use have increased runoff in the Cirasea Sub-watershed. Furthermore, land-use policies laid down by the RTRW Bandung Regency for 2016-2036 provide provisions to reforest previously deforested areas, with deforested areas being zoned as protected forest. Therefore, we propose promoting agroforestry as part of land use policy in order to restore runoff to its 1999 level under existing land use planning policy.Abstrak. Perubahan guna lahan pada wilayah hulu diketahui sebagai salah satu penyebab peningkatan limpasan air permukaan, meningkatkan intensitas dan frekeuensi banjir. Urbanisasi pesat pada wilayah pinggiran kawasan metropolitan diketahui sebagai faktor pendorong terjadinya perubahan guna lahan. Berdasarkan kondisi tersebut, kami melakukan studi terhadap pola perubahan guna lahan pada Sub-DAS Cirasea, pada 20 tahun terakhir, serta perubahan limpasan air permukaan pada rentang waktu yang sama. Paper ini meneliti bagaimana perubahan guna lahan pada wilayah pinggiran Metropolitan Bandung Raya mempengaruhi limpasan air permukaan. Analisis spasial dan perhitungan limpasan air permukaan dilakukan, menggunakan metode bilangan kurva. Berdasarkan hasil studi, diketahui telah terjadi perubahan guna lahan yang signifikan pada wilayah hulu DAS. Hutan dan semak belukar berubah menjadi kawasan pertanian, pada wilayah resapan air tanah, sehingga terjadi peningkatan limpasan air permukaan di wilayah hulu. Urbanisasi pada wilayah Sub-DAS Cirasea diketahui tidak menjalar hingga wilayah resapan air tanah dan memiliki dampak minim terhadap kenaikan limpasan air permukaan. Angka koefisien limpasan air permukaan (bilangan kurva) di DAS Cirasea meningkat dari 70.98 (1999), menjadi 72.04 (2018). Pada curah hujan (asumsi) 24 jam sebesar 120mm, limpasan air permukaan meningkat dari 48.49mm (1999), menjadi 51.8mm (2018). Berdasarkan hasil tersebut, kami simpulkan bahwa perubahan guna lahan telah mengakibatkan peningkatan limpasan air permukaan di DAS Cirasea.  Kata kunci.Perubahan tata guna lahan, potensi aliran permukaan, DAS citarum hulu, pencegahan banjir.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.5000,"publicationDate":"2021-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":"{\"title\":\"Land Use Change and Its Impacts on Surface Runoff in Rural Areas of the Upper Citarum Watershed (Case Study: Cirasea Sub-watershed)\",\"authors\":\"Zahrul Atharinafi, N. Wijaya\",\"doi\":\"10.5614/JPWK.2021.32.1.3\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Land-use change in upstream regions is a recognized driver of the increase in surface runoff, resulting in increasing flood intensity and occurrence. The rapid urbanization of outlying districts surrounding large metropolitan areas is a known driver of land-use change. Therefore, we study land-use change patterns within the Cirasea Sub-watershed within the last 20 years and changes in the runoff coefficient within the same time frame. This paper examines how land-use change patterns on the outskirts of the Bandung Metropolitan Area influence runoff. Spatial analysis and surface runoff calculation using the curve number method were applied. The study found significant changes in land use, particularly in the watershed’s southern reaches, whereby forest and shrub land gave way to agriculture in a water recharge zone, resulting in an increased runoff coefficient upstream. Urbanization within the Cirasea Sub-watershed did not encroach into areas identified as recharge zones and had a minimal direct impact on increased runoff. Aggregate runoff coefficient (curve number) in the Cirasea Sub-watershed increased from 70.98 in 1999 to 72.04 in 2018. For a design 24-hour period rainfall of 120 mm, runoff increased from 48.49 mm (1999) to 51.8 mm (2018). We conclude that the changes above in land use have increased runoff in the Cirasea Sub-watershed. Furthermore, land-use policies laid down by the RTRW Bandung Regency for 2016-2036 provide provisions to reforest previously deforested areas, with deforested areas being zoned as protected forest. Therefore, we propose promoting agroforestry as part of land use policy in order to restore runoff to its 1999 level under existing land use planning policy.Abstrak. Perubahan guna lahan pada wilayah hulu diketahui sebagai salah satu penyebab peningkatan limpasan air permukaan, meningkatkan intensitas dan frekeuensi banjir. Urbanisasi pesat pada wilayah pinggiran kawasan metropolitan diketahui sebagai faktor pendorong terjadinya perubahan guna lahan. Berdasarkan kondisi tersebut, kami melakukan studi terhadap pola perubahan guna lahan pada Sub-DAS Cirasea, pada 20 tahun terakhir, serta perubahan limpasan air permukaan pada rentang waktu yang sama. Paper ini meneliti bagaimana perubahan guna lahan pada wilayah pinggiran Metropolitan Bandung Raya mempengaruhi limpasan air permukaan. Analisis spasial dan perhitungan limpasan air permukaan dilakukan, menggunakan metode bilangan kurva. Berdasarkan hasil studi, diketahui telah terjadi perubahan guna lahan yang signifikan pada wilayah hulu DAS. Hutan dan semak belukar berubah menjadi kawasan pertanian, pada wilayah resapan air tanah, sehingga terjadi peningkatan limpasan air permukaan di wilayah hulu. Urbanisasi pada wilayah Sub-DAS Cirasea diketahui tidak menjalar hingga wilayah resapan air tanah dan memiliki dampak minim terhadap kenaikan limpasan air permukaan. Angka koefisien limpasan air permukaan (bilangan kurva) di DAS Cirasea meningkat dari 70.98 (1999), menjadi 72.04 (2018). Pada curah hujan (asumsi) 24 jam sebesar 120mm, limpasan air permukaan meningkat dari 48.49mm (1999), menjadi 51.8mm (2018). Berdasarkan hasil tersebut, kami simpulkan bahwa perubahan guna lahan telah mengakibatkan peningkatan limpasan air permukaan di DAS Cirasea.  Kata kunci.Perubahan tata guna lahan, potensi aliran permukaan, DAS citarum hulu, pencegahan banjir.\",\"PeriodicalId\":41870,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.5000,\"publicationDate\":\"2021-01-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"5\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Regional and City Planning\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.5614/JPWK.2021.32.1.3\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q4\",\"JCRName\":\"REGIONAL & URBAN PLANNING\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Regional and City Planning","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2021.32.1.3","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"REGIONAL & URBAN PLANNING","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
摘要
上游地区的土地利用变化是地表径流增加的公认驱动因素,导致洪水强度和发生次数增加。大城市周边边远地区的快速城市化是土地利用变化的一个众所周知的驱动因素。因此,我们研究了近20年来Cirasea小流域土地利用变化模式和径流系数的变化。本文研究了万隆都市圈郊区土地利用变化模式对径流的影响。Â采用曲线数法进行空间分析和地表径流计算。研究发现,土地利用发生了重大变化,特别是在流域的南部地区,森林和灌木地在一个补水带被农业取代,导致上游径流系数增加。Cirasea小流域内的城市化没有侵入被确定为补给区的区域,对径流增加的直接影响最小。Cirasea小流域总径流系数(曲线数)由1999年的70.98增加到2018年的72.04。在设计的24小时降雨量为120毫米时,径流量从48.49毫米(1999年)增加到51.8毫米(2018年)。我们认为上述土地利用变化增加了Cirasea小流域的径流量。此外,RTRW万隆县制定的2016-2036年土地利用政策规定,要在以前被砍伐的地区重新造林,被砍伐的地区被划为保护区。因此,我们建议将农林业作为土地利用政策的一部分,以便在现有的土地利用规划政策下将径流恢复到1999年的水平。Perubahan guna lahan pada wilayah hulu diketahui sebagai salah satu penyebab peningkatan limpasan air permukaan, meningkatkan intensitas dan frekeuensi banjir。川山市市的城市行政长官帕达·维拉亚·平吉兰·卡瓦桑市市长迪克塔赫·斯巴格伊夫·帕达尔·贾贾蒂亚·佩鲁巴汉·库纳·拉罕。Berdasarkan kondisi tersebut, kami melakukan studi terhadap pola perubahan guna lahan pada subdas Cirasea, pada 20 tahun terakhir, serta perubahan limpasan air permukaan pada rentang waktu yang sama。纸ini meneliti bagaimana perubahan guna lahan pada wilayah pinggiran都市万隆Raya mempengaruhi limpasan air permukaan。分析特殊丹,perhitungan, limpasan, air, permukaan, dilakukan, menggunakan, mede bilangan kurva。Berdasarkan hasil研究,diketahui telah terjadi perubahan guna lahan yang意义重大。Hutan dansemak belukar berukar menjadi kawasan pertanian, pada wilayah resapan air tanah, sehinga terjadi peningkatan linpasan air permukaan di wilayah hulu。城市规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划规划。Angka koefisien limpasan air permukaan (bilangan kurva) di DAS Cirasea meningkat dari 70.98 (1999), menjadi 72.04(2018)。Pada curah hujan (asumsi) 24 jam sebesar 120毫米,limpasan air permukaan meningkat dari 48.49毫米(1999),menjadi 51.8毫米(2018)。Berdasarkan hasil tersebut, kami simpulkan bahwa perubahan guna lahan telah mengakibatkan peningkatan limpasan air permukaan di DAS Cirasea。Â Kata kunci。Perubahan tata guna lahan, potensi aliran permukaan, DAS citarum hulu, penegahan banjir。
Land Use Change and Its Impacts on Surface Runoff in Rural Areas of the Upper Citarum Watershed (Case Study: Cirasea Sub-watershed)
Land-use change in upstream regions is a recognized driver of the increase in surface runoff, resulting in increasing flood intensity and occurrence. The rapid urbanization of outlying districts surrounding large metropolitan areas is a known driver of land-use change. Therefore, we study land-use change patterns within the Cirasea Sub-watershed within the last 20 years and changes in the runoff coefficient within the same time frame. This paper examines how land-use change patterns on the outskirts of the Bandung Metropolitan Area influence runoff. Spatial analysis and surface runoff calculation using the curve number method were applied. The study found significant changes in land use, particularly in the watershed’s southern reaches, whereby forest and shrub land gave way to agriculture in a water recharge zone, resulting in an increased runoff coefficient upstream. Urbanization within the Cirasea Sub-watershed did not encroach into areas identified as recharge zones and had a minimal direct impact on increased runoff. Aggregate runoff coefficient (curve number) in the Cirasea Sub-watershed increased from 70.98 in 1999 to 72.04 in 2018. For a design 24-hour period rainfall of 120 mm, runoff increased from 48.49 mm (1999) to 51.8 mm (2018). We conclude that the changes above in land use have increased runoff in the Cirasea Sub-watershed. Furthermore, land-use policies laid down by the RTRW Bandung Regency for 2016-2036 provide provisions to reforest previously deforested areas, with deforested areas being zoned as protected forest. Therefore, we propose promoting agroforestry as part of land use policy in order to restore runoff to its 1999 level under existing land use planning policy.Abstrak. Perubahan guna lahan pada wilayah hulu diketahui sebagai salah satu penyebab peningkatan limpasan air permukaan, meningkatkan intensitas dan frekeuensi banjir. Urbanisasi pesat pada wilayah pinggiran kawasan metropolitan diketahui sebagai faktor pendorong terjadinya perubahan guna lahan. Berdasarkan kondisi tersebut, kami melakukan studi terhadap pola perubahan guna lahan pada Sub-DAS Cirasea, pada 20 tahun terakhir, serta perubahan limpasan air permukaan pada rentang waktu yang sama. Paper ini meneliti bagaimana perubahan guna lahan pada wilayah pinggiran Metropolitan Bandung Raya mempengaruhi limpasan air permukaan. Analisis spasial dan perhitungan limpasan air permukaan dilakukan, menggunakan metode bilangan kurva. Berdasarkan hasil studi, diketahui telah terjadi perubahan guna lahan yang signifikan pada wilayah hulu DAS. Hutan dan semak belukar berubah menjadi kawasan pertanian, pada wilayah resapan air tanah, sehingga terjadi peningkatan limpasan air permukaan di wilayah hulu. Urbanisasi pada wilayah Sub-DAS Cirasea diketahui tidak menjalar hingga wilayah resapan air tanah dan memiliki dampak minim terhadap kenaikan limpasan air permukaan. Angka koefisien limpasan air permukaan (bilangan kurva) di DAS Cirasea meningkat dari 70.98 (1999), menjadi 72.04 (2018). Pada curah hujan (asumsi) 24 jam sebesar 120mm, limpasan air permukaan meningkat dari 48.49mm (1999), menjadi 51.8mm (2018). Berdasarkan hasil tersebut, kami simpulkan bahwa perubahan guna lahan telah mengakibatkan peningkatan limpasan air permukaan di DAS Cirasea.  Kata kunci.Perubahan tata guna lahan, potensi aliran permukaan, DAS citarum hulu, pencegahan banjir.