Ahmad Subhan, Ariesa Oktamauri, Alifia Haifa, Tita Kusuma Wardani
{"title":"法特玛瓦蒂医院重症监护室和非重症监护室的抗生素储备使用模式","authors":"Ahmad Subhan, Ariesa Oktamauri, Alifia Haifa, Tita Kusuma Wardani","doi":"10.58815/jfklin.v3i1.43","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tingginya jumlah peresepan dan penggunaan antibiotik di Rumah Sakit seluruh dunia termasuk Indonesia menimbulkan resiko ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang dapat mengakibatkan resistensi antibiotik. WHO telah mengembangkan sistem klasifikasi AWaRe (Access, Watch, Reserve) sebagai respons terhadap krisis ini. Antibiotik kategori reserve telah dibatasi penggunaannya. Namun, bukti yang tersedia tidak cukup untuk menyimpulkan adanya dampak pembatasan ini serta kaitannya dengan luaran klinis pasien. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik kategori reserve serta luaran klinis pada pasien rawat inap intensif dan non intensif di RSUP Fatmawati periode April - Mei 2024. Desain yang digunakan yaitu cohort prospektif. Subyek penelitian merupakan total sampling dari seluruh pasien rawat inap yang menerima antibiotik reserve. Kemudian dilakukan analisa statistik menggunakan SPSS 25. Proporsi penggunaan antibiotik reserve terbesar yaitu di ruang ICU (27,6%). Antibiotik golongan reserve yang digunakan yaitu Meropenem (83,71%), Aztreonam (2,33%), Cefepime (2,33%), Vankomisin (9,30%), dan Ceftazidim (2,33%). Antibiotik tersebut paling banyak digunakan untuk diagnosis sepsis & syok sepsis (72,10%). Pasien yang menerima antibotik dengan tepat sebanyak 9.3%. 75,0% diantaranya mengalami perbaikan dan 25,0% mengalami perburukan. Sedangkan pada pasien dengan antibiotik tidak tepat, 48,7% diantaranya mengalami perburukan. Ketidaktepatan antibiotik meningkatkan risiko pasien mengalami perburukan (OR = 2,8; p = 0,359). Ketidaktepatan pemberian antibiotik reserve terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada durasi dan dosis antibiotik.","PeriodicalId":504316,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Klinik Base Practice","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RESERVE DI UNIT INTENSIF DAN NON INTENSIF RAWAT INAP RSUP FATMAWATI\",\"authors\":\"Ahmad Subhan, Ariesa Oktamauri, Alifia Haifa, Tita Kusuma Wardani\",\"doi\":\"10.58815/jfklin.v3i1.43\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Tingginya jumlah peresepan dan penggunaan antibiotik di Rumah Sakit seluruh dunia termasuk Indonesia menimbulkan resiko ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang dapat mengakibatkan resistensi antibiotik. WHO telah mengembangkan sistem klasifikasi AWaRe (Access, Watch, Reserve) sebagai respons terhadap krisis ini. Antibiotik kategori reserve telah dibatasi penggunaannya. Namun, bukti yang tersedia tidak cukup untuk menyimpulkan adanya dampak pembatasan ini serta kaitannya dengan luaran klinis pasien. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik kategori reserve serta luaran klinis pada pasien rawat inap intensif dan non intensif di RSUP Fatmawati periode April - Mei 2024. Desain yang digunakan yaitu cohort prospektif. Subyek penelitian merupakan total sampling dari seluruh pasien rawat inap yang menerima antibiotik reserve. Kemudian dilakukan analisa statistik menggunakan SPSS 25. Proporsi penggunaan antibiotik reserve terbesar yaitu di ruang ICU (27,6%). Antibiotik golongan reserve yang digunakan yaitu Meropenem (83,71%), Aztreonam (2,33%), Cefepime (2,33%), Vankomisin (9,30%), dan Ceftazidim (2,33%). Antibiotik tersebut paling banyak digunakan untuk diagnosis sepsis & syok sepsis (72,10%). Pasien yang menerima antibotik dengan tepat sebanyak 9.3%. 75,0% diantaranya mengalami perbaikan dan 25,0% mengalami perburukan. Sedangkan pada pasien dengan antibiotik tidak tepat, 48,7% diantaranya mengalami perburukan. Ketidaktepatan antibiotik meningkatkan risiko pasien mengalami perburukan (OR = 2,8; p = 0,359). Ketidaktepatan pemberian antibiotik reserve terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada durasi dan dosis antibiotik.\",\"PeriodicalId\":504316,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Farmasi Klinik Base Practice\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-06-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Farmasi Klinik Base Practice\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.58815/jfklin.v3i1.43\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Farmasi Klinik Base Practice","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58815/jfklin.v3i1.43","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RESERVE DI UNIT INTENSIF DAN NON INTENSIF RAWAT INAP RSUP FATMAWATI
Tingginya jumlah peresepan dan penggunaan antibiotik di Rumah Sakit seluruh dunia termasuk Indonesia menimbulkan resiko ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang dapat mengakibatkan resistensi antibiotik. WHO telah mengembangkan sistem klasifikasi AWaRe (Access, Watch, Reserve) sebagai respons terhadap krisis ini. Antibiotik kategori reserve telah dibatasi penggunaannya. Namun, bukti yang tersedia tidak cukup untuk menyimpulkan adanya dampak pembatasan ini serta kaitannya dengan luaran klinis pasien. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik kategori reserve serta luaran klinis pada pasien rawat inap intensif dan non intensif di RSUP Fatmawati periode April - Mei 2024. Desain yang digunakan yaitu cohort prospektif. Subyek penelitian merupakan total sampling dari seluruh pasien rawat inap yang menerima antibiotik reserve. Kemudian dilakukan analisa statistik menggunakan SPSS 25. Proporsi penggunaan antibiotik reserve terbesar yaitu di ruang ICU (27,6%). Antibiotik golongan reserve yang digunakan yaitu Meropenem (83,71%), Aztreonam (2,33%), Cefepime (2,33%), Vankomisin (9,30%), dan Ceftazidim (2,33%). Antibiotik tersebut paling banyak digunakan untuk diagnosis sepsis & syok sepsis (72,10%). Pasien yang menerima antibotik dengan tepat sebanyak 9.3%. 75,0% diantaranya mengalami perbaikan dan 25,0% mengalami perburukan. Sedangkan pada pasien dengan antibiotik tidak tepat, 48,7% diantaranya mengalami perburukan. Ketidaktepatan antibiotik meningkatkan risiko pasien mengalami perburukan (OR = 2,8; p = 0,359). Ketidaktepatan pemberian antibiotik reserve terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada durasi dan dosis antibiotik.