创新竹制伊拉特工具设计,为特伦加尔克柳条产品保护提供支持

Agrienta Bellanov, Lilis Nurhayati, Teofilus Valentino
{"title":"创新竹制伊拉特工具设计,为特伦加尔克柳条产品保护提供支持","authors":"Agrienta Bellanov, Lilis Nurhayati, Teofilus Valentino","doi":"10.31294/abditeknika.v4i1.3103","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bambu merupakan salah satu hasil alam yang melimpah di Kabupaten Trenggalek, sehingga masih banya ditemukan pengrajin yang bergerak di bidang home industry untuk menghasilkan anyaman tikar, besek, dan lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya zaman, produk anyaman sudah semakin jarang ditemukan, hal inilah yang membuat harga produk anyaman semakin menjanjikan. Setelah melakukan wawancara kepada para pengrajin, dapat disampaikan bahwa para pengrajin mengeluh mudah lelah pada proses irat bambu, proses ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran-lembaran tipis dari bambu untuk kemudian di anyam, dengan teknik manual yang dilakukan terkadang lembaran bambu tidak memiliki ukuran ketebalan yang sama, hal ini juga yang akhirnya menurunkan semangat pengrajin untuk melakukan produksi, akibatnya pengiriman produk ke konsumen sering mengalami keterlambatan. Pelaksanaan program dalam kegiatan ini menggunakan metode learning by doing dengan merancang alat irat bambu yang sesuai dengan postur tubuh para pengrajin. Selanjutnya tim juga akan membuatkan jadwal produksi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan pengiriman produk. pelaksaan program dinyatakan berhasil karena para pengrajin merasa sangat teredukasi dan dimudahkan dengan adanya alat irat bambu sederhana tersebut.\n \nBamboo is one of the abundant natural products in Trenggalek Regency, so you can still find many craftsmen engaged in the home industry to produce woven mats, baskets, and so on. As time goes by, woven products are becoming increasingly rare, this is what makes the prices of woven products increasingly promising. After conducting interviews with the craftsmen, it can be said that the craftsmen complain that they get tired easily during the bamboo woven process, this process is carried out to obtain thin sheets of bamboo which are then woven, using manual techniques, sometimes the bamboo sheets do not have the same thickness.  this also ultimately reduces the enthusiasm of craftsmen to carry out production, as a result product delivery to consumers is often delayed. The implementation of the program in this activity uses the learning by doing method by designing bamboo threading tools that suit the body posture of the craftsmen. The application of the learning by doing method in this context not only provides practical solutions but also enhances the skills, enthusiasm, and motivation of bamboo weavers. Furthermore, the team will also create an appropriate production schedule to reduce delays in product delivery.  Based on the interview results, the craftsmen feel greatly assisted by the bamboo weaving tool, which turns out to be able to cut time faster, approximately around 11 minutes compared to the manual method.","PeriodicalId":330513,"journal":{"name":"Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat","volume":" 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Inovasi Perancangan Alat Irat Bambu Sebagai Bentuk Dukungan Pelestarian Produk Anyaman di Trenggalek\",\"authors\":\"Agrienta Bellanov, Lilis Nurhayati, Teofilus Valentino\",\"doi\":\"10.31294/abditeknika.v4i1.3103\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Bambu merupakan salah satu hasil alam yang melimpah di Kabupaten Trenggalek, sehingga masih banya ditemukan pengrajin yang bergerak di bidang home industry untuk menghasilkan anyaman tikar, besek, dan lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya zaman, produk anyaman sudah semakin jarang ditemukan, hal inilah yang membuat harga produk anyaman semakin menjanjikan. Setelah melakukan wawancara kepada para pengrajin, dapat disampaikan bahwa para pengrajin mengeluh mudah lelah pada proses irat bambu, proses ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran-lembaran tipis dari bambu untuk kemudian di anyam, dengan teknik manual yang dilakukan terkadang lembaran bambu tidak memiliki ukuran ketebalan yang sama, hal ini juga yang akhirnya menurunkan semangat pengrajin untuk melakukan produksi, akibatnya pengiriman produk ke konsumen sering mengalami keterlambatan. Pelaksanaan program dalam kegiatan ini menggunakan metode learning by doing dengan merancang alat irat bambu yang sesuai dengan postur tubuh para pengrajin. Selanjutnya tim juga akan membuatkan jadwal produksi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan pengiriman produk. pelaksaan program dinyatakan berhasil karena para pengrajin merasa sangat teredukasi dan dimudahkan dengan adanya alat irat bambu sederhana tersebut.\\n \\nBamboo is one of the abundant natural products in Trenggalek Regency, so you can still find many craftsmen engaged in the home industry to produce woven mats, baskets, and so on. As time goes by, woven products are becoming increasingly rare, this is what makes the prices of woven products increasingly promising. After conducting interviews with the craftsmen, it can be said that the craftsmen complain that they get tired easily during the bamboo woven process, this process is carried out to obtain thin sheets of bamboo which are then woven, using manual techniques, sometimes the bamboo sheets do not have the same thickness.  this also ultimately reduces the enthusiasm of craftsmen to carry out production, as a result product delivery to consumers is often delayed. The implementation of the program in this activity uses the learning by doing method by designing bamboo threading tools that suit the body posture of the craftsmen. The application of the learning by doing method in this context not only provides practical solutions but also enhances the skills, enthusiasm, and motivation of bamboo weavers. Furthermore, the team will also create an appropriate production schedule to reduce delays in product delivery.  Based on the interview results, the craftsmen feel greatly assisted by the bamboo weaving tool, which turns out to be able to cut time faster, approximately around 11 minutes compared to the manual method.\",\"PeriodicalId\":330513,\"journal\":{\"name\":\"Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat\",\"volume\":\" 5\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-03-22\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.31294/abditeknika.v4i1.3103\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31294/abditeknika.v4i1.3103","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

班布(Bambu)是特伦加勒克省(Kabupaten Trenggalek)最重要的产业之一,在家庭工业领域,班布(Bambu)拥有大量的生产基地,可以生产各种类型的产品。从目前的情况来看,家居产品的市场潜力巨大,而家居产品的销售量也在不断增加。如果您想在您的朋友面前展示您的产品,那么您就必须了解您的朋友是如何在他们的蚕茧生意中赚取利润的,您的蚕茧生意可以帮助您在蚕茧生意中赚取利润,并在您的朋友面前展示您的蚕茧生意、通过手动操作技术,可实现对沼气池的管理,同时还可提高生产效率。该课程采用边做边学的方法,让学生在实践中学习。在这里,您可以学习到竹制品的制作方法,从而提高您的竹制品制作水平。竹子是特伦加勒克地区丰富的天然产品之一,因此您仍然可以找到许多从事家庭产业的工匠,生产编织席子、篮子等。随着时间的推移,编织品越来越稀少,这也使得编织品的价格越来越可观。在对手工艺人进行访谈后,可以说手工艺人抱怨说,他们在竹编过程中很容易感到疲倦,这个过程是为了获得薄竹片,然后用手工技术进行编织,有时竹片的厚度并不相同。本次活动的实施方案采用了边做边学的方法,设计了适合工匠身体姿势的穿竹工具。在这种情况下应用边做边学的方法,不仅能提供切实可行的解决方案,还能提高竹编工匠的技能、热情和积极性。此外,该团队还将制定适当的生产计划,以减少产品交付的延误。 根据访谈结果,工匠们认为竹编工具为他们提供了很大帮助,与手工方法相比,竹编工具能缩短时间,大约能缩短 11 分钟。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Inovasi Perancangan Alat Irat Bambu Sebagai Bentuk Dukungan Pelestarian Produk Anyaman di Trenggalek
Bambu merupakan salah satu hasil alam yang melimpah di Kabupaten Trenggalek, sehingga masih banya ditemukan pengrajin yang bergerak di bidang home industry untuk menghasilkan anyaman tikar, besek, dan lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya zaman, produk anyaman sudah semakin jarang ditemukan, hal inilah yang membuat harga produk anyaman semakin menjanjikan. Setelah melakukan wawancara kepada para pengrajin, dapat disampaikan bahwa para pengrajin mengeluh mudah lelah pada proses irat bambu, proses ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran-lembaran tipis dari bambu untuk kemudian di anyam, dengan teknik manual yang dilakukan terkadang lembaran bambu tidak memiliki ukuran ketebalan yang sama, hal ini juga yang akhirnya menurunkan semangat pengrajin untuk melakukan produksi, akibatnya pengiriman produk ke konsumen sering mengalami keterlambatan. Pelaksanaan program dalam kegiatan ini menggunakan metode learning by doing dengan merancang alat irat bambu yang sesuai dengan postur tubuh para pengrajin. Selanjutnya tim juga akan membuatkan jadwal produksi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan pengiriman produk. pelaksaan program dinyatakan berhasil karena para pengrajin merasa sangat teredukasi dan dimudahkan dengan adanya alat irat bambu sederhana tersebut.   Bamboo is one of the abundant natural products in Trenggalek Regency, so you can still find many craftsmen engaged in the home industry to produce woven mats, baskets, and so on. As time goes by, woven products are becoming increasingly rare, this is what makes the prices of woven products increasingly promising. After conducting interviews with the craftsmen, it can be said that the craftsmen complain that they get tired easily during the bamboo woven process, this process is carried out to obtain thin sheets of bamboo which are then woven, using manual techniques, sometimes the bamboo sheets do not have the same thickness.  this also ultimately reduces the enthusiasm of craftsmen to carry out production, as a result product delivery to consumers is often delayed. The implementation of the program in this activity uses the learning by doing method by designing bamboo threading tools that suit the body posture of the craftsmen. The application of the learning by doing method in this context not only provides practical solutions but also enhances the skills, enthusiasm, and motivation of bamboo weavers. Furthermore, the team will also create an appropriate production schedule to reduce delays in product delivery.  Based on the interview results, the craftsmen feel greatly assisted by the bamboo weaving tool, which turns out to be able to cut time faster, approximately around 11 minutes compared to the manual method.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信