迈向跨宗教教法:印度尼西亚中爪哇卡洛兰社区基于文化的宗教宽容研究

Ali Sodiqin, Roehana Rofaidatun Umroh
{"title":"迈向跨宗教教法:印度尼西亚中爪哇卡洛兰社区基于文化的宗教宽容研究","authors":"Ali Sodiqin, Roehana Rofaidatun Umroh","doi":"10.14421/ajis.2023.611.159-180","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper explores local wisdom in Kaloran, Temanggung, Central Java, Indonesia, with its religious diversity that influences the understanding and practice of their religiosity. The people’s local wisdom is agama ageming aji and sing penting brayan, which becomes the basis for building religious tolerance. It raises the question of how people interpret this philosophy as a guideline for building religious tolerance. What is the dialectic pattern of religion and culture practised by Kaloran Muslims? What is the form of implementation of inter-religious fiqh that manifests religious tolerance? The researchers argue that religion for the Kaloran people is like ageman (clothing), so choosing a religion is an individual’s freedom and rights that somebody must respect. The ultimate purpose of religion is to build social harmony (brayan). In addition, the pattern of religious and cultural dialectics practised by the Muslim Kaloran is in the form of desacralisation and culturalization of religious teachings. The pattern, in turn, encourages the rise of such kind of inter-religious fiqh built by placing religion as a private matter and must go hand in hand with culture as a medium for building tolerance. The Muslim community integrated religion and culture through desacralisation and culturalization.[Tulisan ini membahas kearifan lokal masyarakat Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia, dengan keragaman keagamaannya yang mempengaruhi pemahaman dan praktik keberagamaan masyarakat. Mereka memiliki kearifan lokal berupa agama ageming aji dan sing penting brayan sebagai dasar membangun toleransi beragama. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana masyarakat memaknai falsafah tersebut sebagai pedoman dalam membangun toleransi beragama? Bagaimana pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan Muslim Kaloran? Bagaimana bentuk implementasi fikih antar agama yang merupakan perwujudan dari toleransi beragama? Penelitian ini menunjukkan bahwa agama bagi masyarakat Kaloran diibaratkan sebagai ageman (pakaian), sehingga memilih agama adalah kebebasan dan hak individu yang harus dihormati. Tujuan beragama adalah untuk membangun harmoni sosial (brayan). Dengan pemahaman seperti itu, pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan oleh masyarakat Kaloran berupa desakralisasi dan kulturalisasi ajaran agama terhadap budaya. Pola ini kemudian mendorong munculnya konstruksi fikih antar agama yang dibangun dengan menempatkan agama dalam wilayah privat yang harus berjalan beriringan dengan budaya sebagai media membangun toleransi. Agama dan budaya diintegrasikan melalui pola desakralisasi dan kulturalisasi.","PeriodicalId":511888,"journal":{"name":"Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies","volume":"17 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Towards an Interreligious Fiqh: A Study of the Culture-Based Religious Tolerance in the Kaloran Community, Central Java, Indonesia\",\"authors\":\"Ali Sodiqin, Roehana Rofaidatun Umroh\",\"doi\":\"10.14421/ajis.2023.611.159-180\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This paper explores local wisdom in Kaloran, Temanggung, Central Java, Indonesia, with its religious diversity that influences the understanding and practice of their religiosity. The people’s local wisdom is agama ageming aji and sing penting brayan, which becomes the basis for building religious tolerance. It raises the question of how people interpret this philosophy as a guideline for building religious tolerance. What is the dialectic pattern of religion and culture practised by Kaloran Muslims? What is the form of implementation of inter-religious fiqh that manifests religious tolerance? The researchers argue that religion for the Kaloran people is like ageman (clothing), so choosing a religion is an individual’s freedom and rights that somebody must respect. The ultimate purpose of religion is to build social harmony (brayan). In addition, the pattern of religious and cultural dialectics practised by the Muslim Kaloran is in the form of desacralisation and culturalization of religious teachings. The pattern, in turn, encourages the rise of such kind of inter-religious fiqh built by placing religion as a private matter and must go hand in hand with culture as a medium for building tolerance. The Muslim community integrated religion and culture through desacralisation and culturalization.[Tulisan ini membahas kearifan lokal masyarakat Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia, dengan keragaman keagamaannya yang mempengaruhi pemahaman dan praktik keberagamaan masyarakat. Mereka memiliki kearifan lokal berupa agama ageming aji dan sing penting brayan sebagai dasar membangun toleransi beragama. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana masyarakat memaknai falsafah tersebut sebagai pedoman dalam membangun toleransi beragama? Bagaimana pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan Muslim Kaloran? Bagaimana bentuk implementasi fikih antar agama yang merupakan perwujudan dari toleransi beragama? Penelitian ini menunjukkan bahwa agama bagi masyarakat Kaloran diibaratkan sebagai ageman (pakaian), sehingga memilih agama adalah kebebasan dan hak individu yang harus dihormati. Tujuan beragama adalah untuk membangun harmoni sosial (brayan). Dengan pemahaman seperti itu, pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan oleh masyarakat Kaloran berupa desakralisasi dan kulturalisasi ajaran agama terhadap budaya. Pola ini kemudian mendorong munculnya konstruksi fikih antar agama yang dibangun dengan menempatkan agama dalam wilayah privat yang harus berjalan beriringan dengan budaya sebagai media membangun toleransi. Agama dan budaya diintegrasikan melalui pola desakralisasi dan kulturalisasi.\",\"PeriodicalId\":511888,\"journal\":{\"name\":\"Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies\",\"volume\":\"17 8\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-01-21\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/ajis.2023.611.159-180\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/ajis.2023.611.159-180","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

本文探讨了印度尼西亚中爪哇 Temanggung 的 Kaloran 地区的地方智慧,其宗教多样性影响了人们对宗教的理解和实践。人们的地方智慧是 agama ageming aji 和 sing penting brayan,它成为建立宗教宽容的基础。这就提出了一个问题,即人们如何将这一哲学解释为建立宗教宽容的准则?卡洛兰穆斯林奉行的宗教与文化的辩证模式是什么?体现宗教宽容的跨宗教教法的实施形式是什么?研究人员认为,宗教对于卡洛兰人来说就像衣服一样,因此选择宗教是个人的自由和权利,必须得到尊重。宗教的最终目的是建立社会和谐(brayan)。此外,卡洛兰穆斯林实行的宗教与文化辩证模式是将宗教教义去神圣化和文化化。这种模式反过来又鼓励了这种跨宗教教法的兴起,将宗教视为私人事务,必须与文化并驾齐驱,将文化作为建立宽容的媒介。穆斯林社区通过去宗教化和文化化将宗教和文化融合在一起。"[本文讨论了印度尼西亚中爪哇省淡江贡市卡洛兰社区的地方智慧,其宗教多样性影响着对社区宗教的理解和实践。他们以宗教 "ageming aji "和 "sing penting brayan "为形式的地方智慧是建立宗教宽容的基础。这就提出了一个问题,即社区如何解释作为建立宗教宽容准则的哲学?卡洛兰穆斯林如何实践宗教与文化的辩证模式?体现宗教宽容的宗教间教法的实施形式如何?这项研究表明,宗教对于卡洛兰社区来说就像 "衣服"(ageman),因此选择宗教是个人的自由和权利,必须得到尊重。宗教的目的是建立社会和谐(brayan)。基于这样的认识,卡洛兰社区实行的宗教与文化的辩证模式是宗教教义向文化的去神圣化和文化化。这种模式鼓励了宗教间教法建设的出现,它将宗教置于私人领域,必须与文化齐头并进,以此作为建立宽容的媒介。通过去神圣化和文化化模式,宗教与文化融为一体。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Towards an Interreligious Fiqh: A Study of the Culture-Based Religious Tolerance in the Kaloran Community, Central Java, Indonesia
This paper explores local wisdom in Kaloran, Temanggung, Central Java, Indonesia, with its religious diversity that influences the understanding and practice of their religiosity. The people’s local wisdom is agama ageming aji and sing penting brayan, which becomes the basis for building religious tolerance. It raises the question of how people interpret this philosophy as a guideline for building religious tolerance. What is the dialectic pattern of religion and culture practised by Kaloran Muslims? What is the form of implementation of inter-religious fiqh that manifests religious tolerance? The researchers argue that religion for the Kaloran people is like ageman (clothing), so choosing a religion is an individual’s freedom and rights that somebody must respect. The ultimate purpose of religion is to build social harmony (brayan). In addition, the pattern of religious and cultural dialectics practised by the Muslim Kaloran is in the form of desacralisation and culturalization of religious teachings. The pattern, in turn, encourages the rise of such kind of inter-religious fiqh built by placing religion as a private matter and must go hand in hand with culture as a medium for building tolerance. The Muslim community integrated religion and culture through desacralisation and culturalization.[Tulisan ini membahas kearifan lokal masyarakat Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia, dengan keragaman keagamaannya yang mempengaruhi pemahaman dan praktik keberagamaan masyarakat. Mereka memiliki kearifan lokal berupa agama ageming aji dan sing penting brayan sebagai dasar membangun toleransi beragama. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana masyarakat memaknai falsafah tersebut sebagai pedoman dalam membangun toleransi beragama? Bagaimana pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan Muslim Kaloran? Bagaimana bentuk implementasi fikih antar agama yang merupakan perwujudan dari toleransi beragama? Penelitian ini menunjukkan bahwa agama bagi masyarakat Kaloran diibaratkan sebagai ageman (pakaian), sehingga memilih agama adalah kebebasan dan hak individu yang harus dihormati. Tujuan beragama adalah untuk membangun harmoni sosial (brayan). Dengan pemahaman seperti itu, pola dialektika agama dan budaya yang dipraktikkan oleh masyarakat Kaloran berupa desakralisasi dan kulturalisasi ajaran agama terhadap budaya. Pola ini kemudian mendorong munculnya konstruksi fikih antar agama yang dibangun dengan menempatkan agama dalam wilayah privat yang harus berjalan beriringan dengan budaya sebagai media membangun toleransi. Agama dan budaya diintegrasikan melalui pola desakralisasi dan kulturalisasi.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信