{"title":"登革休克综合征:微型回顾","authors":"Giribaldi Pemecutan, Diah Padmawati, Trinia Amanda, Kadek Berliantara, Silfia Maharani, Gustu Rama, Ayu Switi, Dian Puspitha, Satria Udayana, Velentina Putri, P. N. Cahyawati","doi":"10.22225/wicaksana.7.2.2023.78-87","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan manifestasi terberat dari infeksi dengue. DSS masih menjadi masalah kesehatan yang mendesak khususnya di negara-negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Tingkat mortalitas penyakit ini tertingggi pada anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan adanya kegagalan organ, syok, dan hipotensi. Studi literatur ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait penegakan diagnosis dan tata laksana kasus DSS. Studi literatur ini merupakan suatu narrative review. Berdasarkan hasil telaah pustaka diketahui bahwa penegakan diagnosis DSS dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, USG abdomen, dan rontgen. Hasil pemeriksaan DSS menunjukkan perdarahan pada gastrointestinal, efusi pleura, kadar hematokrit >45%, dan trombositopenia ≤50.000/µL. DSS harus mendapatkan penanganan emergensi dan optimal, tetapi hingga saat ini tidak ada vaksin ataupun terapi khusus yang diberikan untuk mengobati DSS. Pemberian kortikosteroid masih terjadi pro dan kontra dari beberapa studi penelitian. Penanganan yang difokuskan adalah resusitasi cairan berupa cairan kristaloid isotonik atau cairan koloid. Kesimpulan dari review ini adalah diagnosis DSS yang dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda-tanda syok disertai terjadinya penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit yang menunjukkan adanya kebocoran plasma. Foto polos dada atau pemeriksaan rontgen dan ultrasonografi abdomen dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Manajemen DSS difokuskan pada monitoring keseimbangan cairan, karena saat ini belum terdapat vaksin yang terlisensi dan terapi antivirus untuk mencegah maupun mengobati penyakit ini.","PeriodicalId":369858,"journal":{"name":"WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan","volume":"130 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"DENGUE SHOCK SYNDROME: A MINI-REVIEW\",\"authors\":\"Giribaldi Pemecutan, Diah Padmawati, Trinia Amanda, Kadek Berliantara, Silfia Maharani, Gustu Rama, Ayu Switi, Dian Puspitha, Satria Udayana, Velentina Putri, P. N. Cahyawati\",\"doi\":\"10.22225/wicaksana.7.2.2023.78-87\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan manifestasi terberat dari infeksi dengue. DSS masih menjadi masalah kesehatan yang mendesak khususnya di negara-negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Tingkat mortalitas penyakit ini tertingggi pada anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan adanya kegagalan organ, syok, dan hipotensi. Studi literatur ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait penegakan diagnosis dan tata laksana kasus DSS. Studi literatur ini merupakan suatu narrative review. Berdasarkan hasil telaah pustaka diketahui bahwa penegakan diagnosis DSS dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, USG abdomen, dan rontgen. Hasil pemeriksaan DSS menunjukkan perdarahan pada gastrointestinal, efusi pleura, kadar hematokrit >45%, dan trombositopenia ≤50.000/µL. DSS harus mendapatkan penanganan emergensi dan optimal, tetapi hingga saat ini tidak ada vaksin ataupun terapi khusus yang diberikan untuk mengobati DSS. Pemberian kortikosteroid masih terjadi pro dan kontra dari beberapa studi penelitian. Penanganan yang difokuskan adalah resusitasi cairan berupa cairan kristaloid isotonik atau cairan koloid. Kesimpulan dari review ini adalah diagnosis DSS yang dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda-tanda syok disertai terjadinya penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit yang menunjukkan adanya kebocoran plasma. Foto polos dada atau pemeriksaan rontgen dan ultrasonografi abdomen dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Manajemen DSS difokuskan pada monitoring keseimbangan cairan, karena saat ini belum terdapat vaksin yang terlisensi dan terapi antivirus untuk mencegah maupun mengobati penyakit ini.\",\"PeriodicalId\":369858,\"journal\":{\"name\":\"WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan\",\"volume\":\"130 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22225/wicaksana.7.2.2023.78-87\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22225/wicaksana.7.2.2023.78-87","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
登革热休克综合征(DSS)是登革热感染最严重的表现。登革热休克综合症仍然是一个紧迫的健康问题,尤其是在印度尼西亚等热带和亚热带国家。儿童的死亡率最高。这种疾病的特点是器官衰竭、休克和低血压。本文献综述旨在概述 DSS 病例的诊断和管理。本文献研究为叙述性综述。根据文献综述的结果,可以知道 DSS 的诊断是通过实验室检查、腹部超声波检查和 X 光检查做出的。DSS 的检查结果显示消化道出血、胸腔积液、血细胞比容大于 45%、血小板减少症≤50,000/μL。DSS 应接受紧急和最佳治疗,但到目前为止,还没有治疗 DSS 的疫苗或特殊疗法。从几项研究来看,使用皮质类固醇仍有其利弊。重点治疗方法是以等渗晶体液或胶体液的形式进行液体复苏。本综述的结论是,如果出现休克症状,并伴有血小板计数减少和血细胞比容升高,表明有血浆泄漏,则可确诊为 DSS。胸部 X 光平片或 X 光检查和腹部超声波检查可作为诊断工具。DSS 的治疗重点是监测体液平衡,因为目前还没有获得许可的疫苗和抗病毒疗法来预防或治疗这种疾病。
Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan manifestasi terberat dari infeksi dengue. DSS masih menjadi masalah kesehatan yang mendesak khususnya di negara-negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Tingkat mortalitas penyakit ini tertingggi pada anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan adanya kegagalan organ, syok, dan hipotensi. Studi literatur ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait penegakan diagnosis dan tata laksana kasus DSS. Studi literatur ini merupakan suatu narrative review. Berdasarkan hasil telaah pustaka diketahui bahwa penegakan diagnosis DSS dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, USG abdomen, dan rontgen. Hasil pemeriksaan DSS menunjukkan perdarahan pada gastrointestinal, efusi pleura, kadar hematokrit >45%, dan trombositopenia ≤50.000/µL. DSS harus mendapatkan penanganan emergensi dan optimal, tetapi hingga saat ini tidak ada vaksin ataupun terapi khusus yang diberikan untuk mengobati DSS. Pemberian kortikosteroid masih terjadi pro dan kontra dari beberapa studi penelitian. Penanganan yang difokuskan adalah resusitasi cairan berupa cairan kristaloid isotonik atau cairan koloid. Kesimpulan dari review ini adalah diagnosis DSS yang dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda-tanda syok disertai terjadinya penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit yang menunjukkan adanya kebocoran plasma. Foto polos dada atau pemeriksaan rontgen dan ultrasonografi abdomen dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Manajemen DSS difokuskan pada monitoring keseimbangan cairan, karena saat ini belum terdapat vaksin yang terlisensi dan terapi antivirus untuk mencegah maupun mengobati penyakit ini.