{"title":"设立专门的土地法院,将土地权作为人权纳入主流","authors":"M. Bari","doi":"10.23920/litra.v3i1.1478","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAKTanah merupakan sumber daya alam yang didelegasikan pengelolaannya oleh konstitusi kepada negara. Namun dalam praktiknya, amanat tersebut tidak terlaksana dengan baik. Salah satu permasalahan pertanahan adalah adanya dua lembaga peradilan yang berwenang menyelesaikan sengketa pertanahan yang mengakibatkan adanya penyelesaian pertanahan yang masih belum optimal. Polemik tersebut kemudian berimbas pada hak atas tanah sebagai hak asasi manusia yang mendasar dikarenakan sering terjadinya pertentangan putusan. Pembentukan pengadilan khusus pertanahan kemudian dapat menjadi langkah konkret pemerintah agar amanat yang diformulasikan dalam Pasal 24 jo. 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (2), dan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 terwujud. Melalui penelitian yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan studi perbandingan Negara Filipina dan Negara Australia yang saya rasa telah selaras dengan cita-cita pengelolaan hak atas tanah sebagai hak asasi manusia. Tulisan ini akan mengkaji eksistensi pengadilan khusus pertanahan untuk mewujudkan pengarusutamaan land rights sebagai hak asasi manusia tanpa memberikan permasalahan baru terhadap masyarakat.Kata kunci: pengadilan khusus; pertanahan; land rights; hak asasi manusia ABSTRACTLand is a natural resource that the constitution entrusts to the state. But in practice, this mandate is not well implemented. One of the problems with land is the existence of two legal institutions authorized to resolve land disputes. This results in a land settlement that is still not optimal. Frequently conflicting rulings undermine the basic human right to land. The establishment of a special land court can then be a concrete step by the government to fulfill the mandate formulated in Article 24 jo. 28D (1), Article 28H (2) and Article 33 (3) of the 1945 Constitution. Through normative legal research, which I believe is in line with the ideals of managing land rights as human rights, using a descriptive analytical approach and a comparative study of the Philippines and Australia. It also examines how special land courts can help ensure that land rights are mainstreamed as human rights.Keywords: special court; land; land rights; human rights","PeriodicalId":312944,"journal":{"name":"LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria","volume":"67 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"EKSISTENSI PENGADILAN KHUSUS PERTANAHAN GUNA MEWUJUDKAN PENGARUSUTAMAAN LAND RIGHTS SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA\",\"authors\":\"M. Bari\",\"doi\":\"10.23920/litra.v3i1.1478\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"ABSTRAKTanah merupakan sumber daya alam yang didelegasikan pengelolaannya oleh konstitusi kepada negara. Namun dalam praktiknya, amanat tersebut tidak terlaksana dengan baik. Salah satu permasalahan pertanahan adalah adanya dua lembaga peradilan yang berwenang menyelesaikan sengketa pertanahan yang mengakibatkan adanya penyelesaian pertanahan yang masih belum optimal. Polemik tersebut kemudian berimbas pada hak atas tanah sebagai hak asasi manusia yang mendasar dikarenakan sering terjadinya pertentangan putusan. Pembentukan pengadilan khusus pertanahan kemudian dapat menjadi langkah konkret pemerintah agar amanat yang diformulasikan dalam Pasal 24 jo. 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (2), dan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 terwujud. Melalui penelitian yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan studi perbandingan Negara Filipina dan Negara Australia yang saya rasa telah selaras dengan cita-cita pengelolaan hak atas tanah sebagai hak asasi manusia. Tulisan ini akan mengkaji eksistensi pengadilan khusus pertanahan untuk mewujudkan pengarusutamaan land rights sebagai hak asasi manusia tanpa memberikan permasalahan baru terhadap masyarakat.Kata kunci: pengadilan khusus; pertanahan; land rights; hak asasi manusia ABSTRACTLand is a natural resource that the constitution entrusts to the state. But in practice, this mandate is not well implemented. One of the problems with land is the existence of two legal institutions authorized to resolve land disputes. This results in a land settlement that is still not optimal. Frequently conflicting rulings undermine the basic human right to land. The establishment of a special land court can then be a concrete step by the government to fulfill the mandate formulated in Article 24 jo. 28D (1), Article 28H (2) and Article 33 (3) of the 1945 Constitution. Through normative legal research, which I believe is in line with the ideals of managing land rights as human rights, using a descriptive analytical approach and a comparative study of the Philippines and Australia. It also examines how special land courts can help ensure that land rights are mainstreamed as human rights.Keywords: special court; land; land rights; human rights\",\"PeriodicalId\":312944,\"journal\":{\"name\":\"LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria\",\"volume\":\"67 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-11-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.23920/litra.v3i1.1478\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.23920/litra.v3i1.1478","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要土地是一种自然资源,其管理权由宪法赋予国家。但在实践中,这一授权并没有得到很好的执行。土地问题之一是存在两个有权解决土地纠纷的司法机构,这导致土地问题的解决仍不尽如人意。由于经常出现相互冲突的裁决,这种争论进而影响到作为基本人权的土地权。因此,建立一个特别土地法院可以成为政府的一个具体步骤,从而实现第 24 条 jo.28D 第(1)款、第 28H 条第(2)款和 1945 年《宪法》第 33 条第(3)款规定的任务得以实现。通过对菲律宾和澳大利亚的规范性司法研究、描述性分析方法和比较研究,我认为这两个国家符合将土地权作为人权来管理的理想。本文将研究特别土地法院的存在,以实现土地权作为人权的主流化,同时又不给社会带来新的问题。 关键词:特别法院;土地;土地权;人权 ABSTRACTLAND is a natural resource that the constitution entrusts to the state.但在实践中,这一任务并没有得到很好的执行。土地问题之一是存在两个有权解决土地纠纷的法律机构。这导致土地问题的解决仍未达到最佳状态。经常出现的相互矛盾的裁决损害了基本的土地人权。因此,建立一个特别土地法院可以成为政府履行第 24 条联合条款中规定的任务的一个具体步骤。28D (1)、第 28H (2) 条和 1945 年《宪法》第 33 (3) 条规定的任务。通过规范性法律研究,我认为这符合将土地权作为人权来管理的理想,采用了描述性分析方法,并对菲律宾和澳大利亚进行了比较研究。报告还探讨了特别土地法院如何帮助确保将土地权作为人权纳入主流。 关键词:特别法院;土地;土地权;人权
EKSISTENSI PENGADILAN KHUSUS PERTANAHAN GUNA MEWUJUDKAN PENGARUSUTAMAAN LAND RIGHTS SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA
ABSTRAKTanah merupakan sumber daya alam yang didelegasikan pengelolaannya oleh konstitusi kepada negara. Namun dalam praktiknya, amanat tersebut tidak terlaksana dengan baik. Salah satu permasalahan pertanahan adalah adanya dua lembaga peradilan yang berwenang menyelesaikan sengketa pertanahan yang mengakibatkan adanya penyelesaian pertanahan yang masih belum optimal. Polemik tersebut kemudian berimbas pada hak atas tanah sebagai hak asasi manusia yang mendasar dikarenakan sering terjadinya pertentangan putusan. Pembentukan pengadilan khusus pertanahan kemudian dapat menjadi langkah konkret pemerintah agar amanat yang diformulasikan dalam Pasal 24 jo. 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (2), dan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 terwujud. Melalui penelitian yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan studi perbandingan Negara Filipina dan Negara Australia yang saya rasa telah selaras dengan cita-cita pengelolaan hak atas tanah sebagai hak asasi manusia. Tulisan ini akan mengkaji eksistensi pengadilan khusus pertanahan untuk mewujudkan pengarusutamaan land rights sebagai hak asasi manusia tanpa memberikan permasalahan baru terhadap masyarakat.Kata kunci: pengadilan khusus; pertanahan; land rights; hak asasi manusia ABSTRACTLand is a natural resource that the constitution entrusts to the state. But in practice, this mandate is not well implemented. One of the problems with land is the existence of two legal institutions authorized to resolve land disputes. This results in a land settlement that is still not optimal. Frequently conflicting rulings undermine the basic human right to land. The establishment of a special land court can then be a concrete step by the government to fulfill the mandate formulated in Article 24 jo. 28D (1), Article 28H (2) and Article 33 (3) of the 1945 Constitution. Through normative legal research, which I believe is in line with the ideals of managing land rights as human rights, using a descriptive analytical approach and a comparative study of the Philippines and Australia. It also examines how special land courts can help ensure that land rights are mainstreamed as human rights.Keywords: special court; land; land rights; human rights