{"title":"在巴鲁省应对压力的方法","authors":"Edwin Edwin, Hardani Widhiastuti","doi":"10.35329/fkip.v19i2.4826","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika coping stress pasca bencana alam likuifaksi di Palu. Kejadian ini baru pertama kali terjadi di pemukiman penduduk di Indonesia khususnya Palu pada 28 September 2018 yang banyak menelan korban jiwa, sehingga korban yang selamat mengalami stres dan coping stress yang dilakukan juga berbeda-beda. Tulisan ini disusun secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi psikologis, teknik analisisnya dengan beberapa tahapan, yaitu; reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Temuan dari tulisan ini menunjukkan bahwa dinamika coping stress yang dialami korban yang selamat dari bencana alam Likuifaksi di Palu pada 29 September 2018, ialah berbeda-beda atau beragam. Tetapi pada tahapannya bahwa individu mengarah pada usaha bertahap untuk mengurangi stres yang dialami. Pada coping negatif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi mengalami tekanan, bingung, kaget, dan rasa ingin mati dan setelah bencana masih ada trauma. Pada coping positif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi tampak ada usaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dan mencari jalan keluar hingga akhirnya selamat serta setelah bencana alam Likuifasi-pun individu berusaha mengurangi stres meraka denan cara bekerja, menghibur diri dengan cara beribadah kepada Tuhan, selalu berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk kekuatan yang menambah semangat, dan selalu bersyukur","PeriodicalId":202611,"journal":{"name":"Pepatudzu : Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"DINAMIKA COPING STRESS PASCA BENCANA ALAM LIKUIFAKSI DI KOTA PALU\",\"authors\":\"Edwin Edwin, Hardani Widhiastuti\",\"doi\":\"10.35329/fkip.v19i2.4826\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika coping stress pasca bencana alam likuifaksi di Palu. Kejadian ini baru pertama kali terjadi di pemukiman penduduk di Indonesia khususnya Palu pada 28 September 2018 yang banyak menelan korban jiwa, sehingga korban yang selamat mengalami stres dan coping stress yang dilakukan juga berbeda-beda. Tulisan ini disusun secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi psikologis, teknik analisisnya dengan beberapa tahapan, yaitu; reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Temuan dari tulisan ini menunjukkan bahwa dinamika coping stress yang dialami korban yang selamat dari bencana alam Likuifaksi di Palu pada 29 September 2018, ialah berbeda-beda atau beragam. Tetapi pada tahapannya bahwa individu mengarah pada usaha bertahap untuk mengurangi stres yang dialami. Pada coping negatif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi mengalami tekanan, bingung, kaget, dan rasa ingin mati dan setelah bencana masih ada trauma. Pada coping positif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi tampak ada usaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dan mencari jalan keluar hingga akhirnya selamat serta setelah bencana alam Likuifasi-pun individu berusaha mengurangi stres meraka denan cara bekerja, menghibur diri dengan cara beribadah kepada Tuhan, selalu berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk kekuatan yang menambah semangat, dan selalu bersyukur\",\"PeriodicalId\":202611,\"journal\":{\"name\":\"Pepatudzu : Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan\",\"volume\":\"4 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-11-08\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Pepatudzu : Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35329/fkip.v19i2.4826\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pepatudzu : Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35329/fkip.v19i2.4826","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
DINAMIKA COPING STRESS PASCA BENCANA ALAM LIKUIFAKSI DI KOTA PALU
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika coping stress pasca bencana alam likuifaksi di Palu. Kejadian ini baru pertama kali terjadi di pemukiman penduduk di Indonesia khususnya Palu pada 28 September 2018 yang banyak menelan korban jiwa, sehingga korban yang selamat mengalami stres dan coping stress yang dilakukan juga berbeda-beda. Tulisan ini disusun secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi psikologis, teknik analisisnya dengan beberapa tahapan, yaitu; reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Temuan dari tulisan ini menunjukkan bahwa dinamika coping stress yang dialami korban yang selamat dari bencana alam Likuifaksi di Palu pada 29 September 2018, ialah berbeda-beda atau beragam. Tetapi pada tahapannya bahwa individu mengarah pada usaha bertahap untuk mengurangi stres yang dialami. Pada coping negatif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi mengalami tekanan, bingung, kaget, dan rasa ingin mati dan setelah bencana masih ada trauma. Pada coping positif, individu yang terlibat langsung dengan bencana alam Likuifaksi tampak ada usaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dan mencari jalan keluar hingga akhirnya selamat serta setelah bencana alam Likuifasi-pun individu berusaha mengurangi stres meraka denan cara bekerja, menghibur diri dengan cara beribadah kepada Tuhan, selalu berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk kekuatan yang menambah semangat, dan selalu bersyukur