Riyanto Riyanto, Aini Mutmainnah, Ahmad Rozy Ride, Despalena Despalena
{"title":"分类学起草伊斯兰教'AN:对错综复杂的信上节内容Al-Fatihah Muḥ视角ammad Maḥ泥绿色āzī","authors":"Riyanto Riyanto, Aini Mutmainnah, Ahmad Rozy Ride, Despalena Despalena","doi":"10.24235/diyaafkar.v11i1.12735","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study describes a discussion of how Ulama and Al-Qur'an scholars respond to accusations directed at Islam, especially against the Al-Qur'an by orientalists and/or Western scholars. One of the Mufassir who responded to these accusations is Mohammed Mahmud Hijazi with a work entitled al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Among their doubts is the statement that the arrangement of the Qur’an is not systematic, which is not in accordance with the systematic arrangement that is developing today. So in an effort to answer this the author focuses on the composition of the verses in surah al-Fatihah, because the surah is known as Umm al-Kitab and Fatih al-Kitab which are considered as the faces of all the contents contained in the Qur’an. The library method and a descriptive-qualitative approach is used in this research to facilitate the research process from data related to the research topic. From the Hijazi interpretation of sura al-Fatihah, it can be concluded that in the first verse it is considered as the preamble, then praise to the One who gives favors (ie) the Most Compassionate and Most Merciful, then an explanation of His oneness which as a servant must worship Him, and He also explained how to ask for these instructions and then finally closed with an explanation of the rewards for previous people who did not follow the instructions He had given, namely those who were on a path that He did not want (a misguided path). From this explanation, isn't the arrangement of the verses in accordance with the systematic arrangement that can be found today, namely the arrangement that is systematic and neatly arranged. Penelitian ini memaparkan pembahasan tentang bagaimana ulama dan para pengkaji Al-Qur’an menjawab tuduhan yang diarahkan kepada Islam khususnya terhadap Al-Qur’an oleh para orientalis dan atau sarjana Barat. Salah satu ulama tafsir yang menjawab tuduhan tersebut ialah Muhammad Mahmud Hijazi dengan karya yang berjudul al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Di antara keraguan mereka ialah pernyataan akan tidak sistematisnya penyusunan al-Qur’an, yang mana sistematika tersebut tidak sesuai dengan sistematika penyusunan yang berkembang pada zaman ini. Sehingga dalam upaya menjawab hal tersebut penulis memfokuskan pada susunan ayat dalam surat al-Fatihah, karena surat tersebut dikenal dengan Umm al-Kitab dan Fatih al-Kitab yang di dalamnya dianggap sebagai wajah dari seluruh isi yang terkandung dalam al-Qur’an. Metode kepustakaan dan pendekatan deskriptif-kualitatif digunakan penulis dalam penelitian ini guna mempermudah proses penelitian dari data-data yang berkaitan dengan topik penelitian. Dari penafsiran Hijazi atas surat Al-Fatihah dapat didapatkan simpulan bahwa pada ayat pertama dianggap sebagai mukadimah, selanjutnya pujian kepada Dzat pemberi nikmat (yaitu) yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, lalu penjelasan akan sifat keesaan-Nya yang mana sebagai seorang hamba haruslah menyembah kepada-Nya, dan Dia juga menjelaskan bagaimana cara untuk meminta petunjuk tersebut kemudian pada akhirnya ditutup dengan pemaparan akan ganjaran bagi umat sebelumnya yang tidak mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan, yaitu orang-orang yang berada di jalan yang tidak dikehendaki (jalan yang sesat). Dari penjelasan tersebut bukankah susunan ayat tersebut sesuai dengan sistematika penyusunan yang dapat ditemukan pada zaman sekarang, yaitu penyusunan yang sistematis dan tersusun rapi.","PeriodicalId":33144,"journal":{"name":"AlBayan Jurnal Studi AlQuran dan Tafsir","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"SISTEMATIKA PENYUSUNAN AL-QUR’AN: Telaah Terhadap Susunan Ayat pada Surat Al-Fatihah Perspektif Muḥammad Maḥmud Hijāzī\",\"authors\":\"Riyanto Riyanto, Aini Mutmainnah, Ahmad Rozy Ride, Despalena Despalena\",\"doi\":\"10.24235/diyaafkar.v11i1.12735\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This study describes a discussion of how Ulama and Al-Qur'an scholars respond to accusations directed at Islam, especially against the Al-Qur'an by orientalists and/or Western scholars. One of the Mufassir who responded to these accusations is Mohammed Mahmud Hijazi with a work entitled al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Among their doubts is the statement that the arrangement of the Qur’an is not systematic, which is not in accordance with the systematic arrangement that is developing today. So in an effort to answer this the author focuses on the composition of the verses in surah al-Fatihah, because the surah is known as Umm al-Kitab and Fatih al-Kitab which are considered as the faces of all the contents contained in the Qur’an. The library method and a descriptive-qualitative approach is used in this research to facilitate the research process from data related to the research topic. From the Hijazi interpretation of sura al-Fatihah, it can be concluded that in the first verse it is considered as the preamble, then praise to the One who gives favors (ie) the Most Compassionate and Most Merciful, then an explanation of His oneness which as a servant must worship Him, and He also explained how to ask for these instructions and then finally closed with an explanation of the rewards for previous people who did not follow the instructions He had given, namely those who were on a path that He did not want (a misguided path). From this explanation, isn't the arrangement of the verses in accordance with the systematic arrangement that can be found today, namely the arrangement that is systematic and neatly arranged. Penelitian ini memaparkan pembahasan tentang bagaimana ulama dan para pengkaji Al-Qur’an menjawab tuduhan yang diarahkan kepada Islam khususnya terhadap Al-Qur’an oleh para orientalis dan atau sarjana Barat. Salah satu ulama tafsir yang menjawab tuduhan tersebut ialah Muhammad Mahmud Hijazi dengan karya yang berjudul al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Di antara keraguan mereka ialah pernyataan akan tidak sistematisnya penyusunan al-Qur’an, yang mana sistematika tersebut tidak sesuai dengan sistematika penyusunan yang berkembang pada zaman ini. Sehingga dalam upaya menjawab hal tersebut penulis memfokuskan pada susunan ayat dalam surat al-Fatihah, karena surat tersebut dikenal dengan Umm al-Kitab dan Fatih al-Kitab yang di dalamnya dianggap sebagai wajah dari seluruh isi yang terkandung dalam al-Qur’an. Metode kepustakaan dan pendekatan deskriptif-kualitatif digunakan penulis dalam penelitian ini guna mempermudah proses penelitian dari data-data yang berkaitan dengan topik penelitian. Dari penafsiran Hijazi atas surat Al-Fatihah dapat didapatkan simpulan bahwa pada ayat pertama dianggap sebagai mukadimah, selanjutnya pujian kepada Dzat pemberi nikmat (yaitu) yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, lalu penjelasan akan sifat keesaan-Nya yang mana sebagai seorang hamba haruslah menyembah kepada-Nya, dan Dia juga menjelaskan bagaimana cara untuk meminta petunjuk tersebut kemudian pada akhirnya ditutup dengan pemaparan akan ganjaran bagi umat sebelumnya yang tidak mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan, yaitu orang-orang yang berada di jalan yang tidak dikehendaki (jalan yang sesat). Dari penjelasan tersebut bukankah susunan ayat tersebut sesuai dengan sistematika penyusunan yang dapat ditemukan pada zaman sekarang, yaitu penyusunan yang sistematis dan tersusun rapi.\",\"PeriodicalId\":33144,\"journal\":{\"name\":\"AlBayan Jurnal Studi AlQuran dan Tafsir\",\"volume\":\"11 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-09-09\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"AlBayan Jurnal Studi AlQuran dan Tafsir\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24235/diyaafkar.v11i1.12735\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"AlBayan Jurnal Studi AlQuran dan Tafsir","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/diyaafkar.v11i1.12735","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究描述了乌拉玛和古兰经学者如何回应针对伊斯兰教的指责,特别是东方主义者和/或西方学者对古兰经的指责。穆罕默德·马哈茂德·希贾兹(Mohammed Mahmud Hijazi)是回应这些指控的穆法西尔之一,他写了一本名为《al-Wihdah al-Mawdhu 'iyyah fi al- quuran》的作品。在他们的怀疑中,有一种说法是,古兰经的安排不是系统的,这与今天正在发展的系统安排不一致。为了回答这个问题,作者把重点放在了《古兰经》中经文的构成上,因为《古兰经》被称为《乌姆基塔布》和《法提赫基塔布》,它们被认为是《古兰经》中所有内容的代表。本研究采用了图书馆法和描述定性方法,以促进研究过程中与研究主题相关的数据。从苏拉al-Fatihah Hijazi解释,可以得出的结论是,在第一节被认为是序言,然后赞美的人给予支持(ie)最富有同情心和最仁慈的,然后一个解释的统一性作为仆人必须崇拜他,而且他还解释了如何要求这些指令最后关闭与奖励的解释之前的人没有按照说明他给了,也就是那些走在他不想要的道路上的人(误入歧途的道路)。从这个解释来看,经文的排列不就是按照今天所能找到的系统的排列吗?也就是系统的、整齐的排列。《古兰经》的翻译是:Penelitian ini memaparkan pembahasan tentang bagaimana ulama dan penpenkaji《古兰经》menjab tuduhan yang diarahkan kepada伊斯兰教khususnya terhadap《古兰经》oleh para orientalis dan atau sarjana Barat。Salah satu ulama tafsir yang menjab tuduhan terseah Muhammad Mahmud Hijazi dengan karya yang jujuul al-Wihdah al-Mawdhu 'iyyah fi al-古兰经。Di antara keraguan mereka ialah pernyataan akan tidak sistematisnya penyusunan al- quan, yang mana sistematika tersean,但tidak sesuai dengan sistematika penyusunan yang berkembang pada zaman ini。《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》。Metode kepustakaan an pendekatan deskritif - qualitf digunakan penulis dalam penelitian ini guna mempermudah处理penelian dari数据-数据yang berkaitan dengan topik penelitian。Dari penafsiran Hijazi atas surat Al-Fatihah dapat didapatkan simpulan bahwa pada ayat pertamai mukadimah, selanjutnya pujian kepada dat pemberi nikmat (yiti) yang Maha Pengasih dan Maha penyyang, lalu penjelasan akan sifat keesaan-Nya yang mana sebagai seorang hamba haruslah menyembah kepada- nya,dan Dia juga menjelaskan bagaimana cara untuk meminta petunjuk tersesebut kemudian pachirnya ditutup dtutup penudian akan ganjaran bagi umat sebelumya yang tidak mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan, yitu orangang yang berada di jalan yang tidak dikehendaki (jalan yang sesat)。Dari penjelasan tersebut bukankah susunan ayat tersebut sesuai dengan sistematika penyusunan yang dapat ditemukan pada zaman sekarang, yitu penyusunan yang sistematis dan tersusun rapi。
SISTEMATIKA PENYUSUNAN AL-QUR’AN: Telaah Terhadap Susunan Ayat pada Surat Al-Fatihah Perspektif Muḥammad Maḥmud Hijāzī
This study describes a discussion of how Ulama and Al-Qur'an scholars respond to accusations directed at Islam, especially against the Al-Qur'an by orientalists and/or Western scholars. One of the Mufassir who responded to these accusations is Mohammed Mahmud Hijazi with a work entitled al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Among their doubts is the statement that the arrangement of the Qur’an is not systematic, which is not in accordance with the systematic arrangement that is developing today. So in an effort to answer this the author focuses on the composition of the verses in surah al-Fatihah, because the surah is known as Umm al-Kitab and Fatih al-Kitab which are considered as the faces of all the contents contained in the Qur’an. The library method and a descriptive-qualitative approach is used in this research to facilitate the research process from data related to the research topic. From the Hijazi interpretation of sura al-Fatihah, it can be concluded that in the first verse it is considered as the preamble, then praise to the One who gives favors (ie) the Most Compassionate and Most Merciful, then an explanation of His oneness which as a servant must worship Him, and He also explained how to ask for these instructions and then finally closed with an explanation of the rewards for previous people who did not follow the instructions He had given, namely those who were on a path that He did not want (a misguided path). From this explanation, isn't the arrangement of the verses in accordance with the systematic arrangement that can be found today, namely the arrangement that is systematic and neatly arranged. Penelitian ini memaparkan pembahasan tentang bagaimana ulama dan para pengkaji Al-Qur’an menjawab tuduhan yang diarahkan kepada Islam khususnya terhadap Al-Qur’an oleh para orientalis dan atau sarjana Barat. Salah satu ulama tafsir yang menjawab tuduhan tersebut ialah Muhammad Mahmud Hijazi dengan karya yang berjudul al-Wihdah al-Mawdhu’iyyah fi al-Qur'an. Di antara keraguan mereka ialah pernyataan akan tidak sistematisnya penyusunan al-Qur’an, yang mana sistematika tersebut tidak sesuai dengan sistematika penyusunan yang berkembang pada zaman ini. Sehingga dalam upaya menjawab hal tersebut penulis memfokuskan pada susunan ayat dalam surat al-Fatihah, karena surat tersebut dikenal dengan Umm al-Kitab dan Fatih al-Kitab yang di dalamnya dianggap sebagai wajah dari seluruh isi yang terkandung dalam al-Qur’an. Metode kepustakaan dan pendekatan deskriptif-kualitatif digunakan penulis dalam penelitian ini guna mempermudah proses penelitian dari data-data yang berkaitan dengan topik penelitian. Dari penafsiran Hijazi atas surat Al-Fatihah dapat didapatkan simpulan bahwa pada ayat pertama dianggap sebagai mukadimah, selanjutnya pujian kepada Dzat pemberi nikmat (yaitu) yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, lalu penjelasan akan sifat keesaan-Nya yang mana sebagai seorang hamba haruslah menyembah kepada-Nya, dan Dia juga menjelaskan bagaimana cara untuk meminta petunjuk tersebut kemudian pada akhirnya ditutup dengan pemaparan akan ganjaran bagi umat sebelumnya yang tidak mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan, yaitu orang-orang yang berada di jalan yang tidak dikehendaki (jalan yang sesat). Dari penjelasan tersebut bukankah susunan ayat tersebut sesuai dengan sistematika penyusunan yang dapat ditemukan pada zaman sekarang, yaitu penyusunan yang sistematis dan tersusun rapi.