{"title":"CRP水平与治疗后3个月结核病患者单核细胞的关系","authors":"Febrias Irawati, Rohayati Rohayati, Nina Marliana, Yogi Khoirul Abror","doi":"10.34011/jks.v4i1.1451","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan inflamasi. Sel makrofag merangsang inflamasi dengan melepaskan sitokin seperti IL-6, di mana IL-6 memicu hati untuk menghasilkan protein fase akut yang disebut CRP dan fibrinogen, yang bertindak sebagai protein ekstraseluler, merangsang fagosit untuk memfagosit bakteri. Monosit memainkan peran penting dalam respon imun terhadap infeksi tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelatif. Jenis sampling adalah kuota sampling, dimana teknik harus mengalokasikan sampel dari populasi dengan karakteristik tertentu ke kuantitas (kuota) yang diinginkan. Terdapat 16 sampel (53%) yang memiliki persentase monosit dan CRP dalam kisaran normal, 3 sampel (10%) memiliki monosit dalam kisaran normal tetapi CRP meningkat, 5 sampel (17%) memiliki monosit meningkat, tetapi nilai CRP dalam kisaran normal dan 6 sampel (20%) menunjukkan peningkatan jumlah monosit dan kadar CRP. Pada penderita tuberkulosis paru, setelah tiga bulan pengobatan, terdapat hubungan antara proporsi monosit dengan kadar CRP. Secara statistik uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,010 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,463 artinya hubungan kedua variabel searah dengan kategori hubungan cukup.","PeriodicalId":485404,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Siliwangi","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"HUBUNGAN KADAR CRP DENGAN PERSENTASE MONOSIT PADA PASIEN TB PARU SETELAH PENGOBATAN 3 BULAN\",\"authors\":\"Febrias Irawati, Rohayati Rohayati, Nina Marliana, Yogi Khoirul Abror\",\"doi\":\"10.34011/jks.v4i1.1451\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan inflamasi. Sel makrofag merangsang inflamasi dengan melepaskan sitokin seperti IL-6, di mana IL-6 memicu hati untuk menghasilkan protein fase akut yang disebut CRP dan fibrinogen, yang bertindak sebagai protein ekstraseluler, merangsang fagosit untuk memfagosit bakteri. Monosit memainkan peran penting dalam respon imun terhadap infeksi tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelatif. Jenis sampling adalah kuota sampling, dimana teknik harus mengalokasikan sampel dari populasi dengan karakteristik tertentu ke kuantitas (kuota) yang diinginkan. Terdapat 16 sampel (53%) yang memiliki persentase monosit dan CRP dalam kisaran normal, 3 sampel (10%) memiliki monosit dalam kisaran normal tetapi CRP meningkat, 5 sampel (17%) memiliki monosit meningkat, tetapi nilai CRP dalam kisaran normal dan 6 sampel (20%) menunjukkan peningkatan jumlah monosit dan kadar CRP. Pada penderita tuberkulosis paru, setelah tiga bulan pengobatan, terdapat hubungan antara proporsi monosit dengan kadar CRP. Secara statistik uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,010 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,463 artinya hubungan kedua variabel searah dengan kategori hubungan cukup.\",\"PeriodicalId\":485404,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Kesehatan Siliwangi\",\"volume\":\"38 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-08-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Kesehatan Siliwangi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.34011/jks.v4i1.1451\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kesehatan Siliwangi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.34011/jks.v4i1.1451","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
HUBUNGAN KADAR CRP DENGAN PERSENTASE MONOSIT PADA PASIEN TB PARU SETELAH PENGOBATAN 3 BULAN
Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan inflamasi. Sel makrofag merangsang inflamasi dengan melepaskan sitokin seperti IL-6, di mana IL-6 memicu hati untuk menghasilkan protein fase akut yang disebut CRP dan fibrinogen, yang bertindak sebagai protein ekstraseluler, merangsang fagosit untuk memfagosit bakteri. Monosit memainkan peran penting dalam respon imun terhadap infeksi tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelatif. Jenis sampling adalah kuota sampling, dimana teknik harus mengalokasikan sampel dari populasi dengan karakteristik tertentu ke kuantitas (kuota) yang diinginkan. Terdapat 16 sampel (53%) yang memiliki persentase monosit dan CRP dalam kisaran normal, 3 sampel (10%) memiliki monosit dalam kisaran normal tetapi CRP meningkat, 5 sampel (17%) memiliki monosit meningkat, tetapi nilai CRP dalam kisaran normal dan 6 sampel (20%) menunjukkan peningkatan jumlah monosit dan kadar CRP. Pada penderita tuberkulosis paru, setelah tiga bulan pengobatan, terdapat hubungan antara proporsi monosit dengan kadar CRP. Secara statistik uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,010 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,463 artinya hubungan kedua variabel searah dengan kategori hubungan cukup.