旅游传统在巴厘岛印度教仪式中的功能和意义(感知皮肤木偶Sudhamala和Sapuhleger)

I. K. Muada
{"title":"旅游传统在巴厘岛印度教仪式中的功能和意义(感知皮肤木偶Sudhamala和Sapuhleger)","authors":"I. K. Muada","doi":"10.25078/SJF.V12I2.2691","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The ritual of ruwatan in Balinese Hindu society basically removes or cleanses oneself from dirt, which is practiced almost the same in general throughout Bali. In ruwatan using wayang kulit media, there are two types of performing arts which contain the function and meaning of ruwatan, such as; puppet show gedog (weak puppet) and puppet show Peteng. The source of the pangruwatan play presented by the puppeteers refers to the ruwatan standard although in practice it changes according to the situation and conditions of the performance itself. The play taken in the wayang gedog is Sudhamala, while in the shadow puppet show at night it is Sapuhleger. Ruwatan or in Java known as murwakala has a broad meaning not only a literary work and pakeliran but its function and philosophy, it turns out that it refers to the micro and macro essence of humans as being creative, intellect and intention. This research specifically reveals problems regarding; the form of the play, the function and meaning of spiritual philosophy, as well as the role of government in relation to ritual rituals. In revealing this, the researchers used qualitative methods, as well as several theories that complement this research. Ritual ruwatan pada masyarakat Hindu Bali pada dasarnya membuang atau pembersihan diri dari kotoran, yang pelaksanaannya hampir sama pada umumnya diseluruh Bali. Dalam ruwatan dengan media wayang kulit, ada dua jenis seni pertunjukan yang mengandung fungsi dan makna ruwatan seperti; pertunjukan wayang gedog (wayang lemah) dan pertunjukan wayang Peteng.  Sumber lakon pangruwatan yang disajikan oleh para dalang mengacu pada pakem ruwatan walaupun dalam pelaksanaannya berubah menurut situasi dan kondisi pertunjukan itu sendiri. Lakon yang diambil dalam wayang gedog adalah Sudhamala sedangkan, dalam pertunjukan wayang kulit pada malam hari adalah Sapuhleger. Ruwatan atau di Jawa dikenal dengan murwakala mempunyai makna yang luas tidak hanya sebuah karya sastra dan pakeliran akan tetapi fungsi dan filosofinya, ternyata mengacu pada esensi mikro dan makro manusia sebagai insan yang berdaya cipta, budi dan karsa. Penelitian ini khusus mengungkap permasalahan tentang; bentuk lakon, fungsi dan makna filosopi ruatan, serta peranan pemerintah terkait ritual ruatan. Dalam mengungkap hal tersebut peneliti memakai metode kualitatif, serta beberapa teori-teori yang melengkapi penelitian ini.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"64 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Fungsi dan Makna Filosofi Tradisi Ruwatan dalam Ritual Hindu Bali (Persepektif Wayang Kulit Sudhamala dan Sapuhleger)\",\"authors\":\"I. K. Muada\",\"doi\":\"10.25078/SJF.V12I2.2691\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The ritual of ruwatan in Balinese Hindu society basically removes or cleanses oneself from dirt, which is practiced almost the same in general throughout Bali. In ruwatan using wayang kulit media, there are two types of performing arts which contain the function and meaning of ruwatan, such as; puppet show gedog (weak puppet) and puppet show Peteng. The source of the pangruwatan play presented by the puppeteers refers to the ruwatan standard although in practice it changes according to the situation and conditions of the performance itself. The play taken in the wayang gedog is Sudhamala, while in the shadow puppet show at night it is Sapuhleger. Ruwatan or in Java known as murwakala has a broad meaning not only a literary work and pakeliran but its function and philosophy, it turns out that it refers to the micro and macro essence of humans as being creative, intellect and intention. This research specifically reveals problems regarding; the form of the play, the function and meaning of spiritual philosophy, as well as the role of government in relation to ritual rituals. In revealing this, the researchers used qualitative methods, as well as several theories that complement this research. Ritual ruwatan pada masyarakat Hindu Bali pada dasarnya membuang atau pembersihan diri dari kotoran, yang pelaksanaannya hampir sama pada umumnya diseluruh Bali. Dalam ruwatan dengan media wayang kulit, ada dua jenis seni pertunjukan yang mengandung fungsi dan makna ruwatan seperti; pertunjukan wayang gedog (wayang lemah) dan pertunjukan wayang Peteng.  Sumber lakon pangruwatan yang disajikan oleh para dalang mengacu pada pakem ruwatan walaupun dalam pelaksanaannya berubah menurut situasi dan kondisi pertunjukan itu sendiri. Lakon yang diambil dalam wayang gedog adalah Sudhamala sedangkan, dalam pertunjukan wayang kulit pada malam hari adalah Sapuhleger. Ruwatan atau di Jawa dikenal dengan murwakala mempunyai makna yang luas tidak hanya sebuah karya sastra dan pakeliran akan tetapi fungsi dan filosofinya, ternyata mengacu pada esensi mikro dan makro manusia sebagai insan yang berdaya cipta, budi dan karsa. Penelitian ini khusus mengungkap permasalahan tentang; bentuk lakon, fungsi dan makna filosopi ruatan, serta peranan pemerintah terkait ritual ruatan. Dalam mengungkap hal tersebut peneliti memakai metode kualitatif, serta beberapa teori-teori yang melengkapi penelitian ini.\",\"PeriodicalId\":132261,\"journal\":{\"name\":\"Sanjiwani: Jurnal Filsafat\",\"volume\":\"64 1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-11-15\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Sanjiwani: Jurnal Filsafat\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.25078/SJF.V12I2.2691\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25078/SJF.V12I2.2691","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

在巴厘岛的印度教社会中,ruwatan的仪式基本上是去除或净化自己的污垢,整个巴厘岛的做法几乎是一样的。在运用瓦扬库立特媒介的热舞中,包含热舞功能和意义的表演艺术有两种:木偶表演格狗(弱木偶)和木偶表演佩腾。木偶戏的来源是指木偶戏的标准,但在实践中,它会根据表演本身的情况和条件而变化。在wayang gedog上演的戏是Sudhamala,而在晚上的皮影戏是Sapuhleger。Ruwatan或在爪哇被称为murwakala具有广泛的含义不仅是文学作品和pakeliran,而且是它的功能和哲学,它指的是人类的微观和宏观本质,如创造力,智力和意图。本研究具体揭示了以下问题:戏剧的形式,精神哲学的功能和意义,以及政府在仪式仪式中的作用。为了揭示这一点,研究人员使用了定性方法,以及一些理论来补充这项研究。仪式ruwatan pada masyarakat印度教巴厘岛pada dasarnya membuang atau pembersihan diri dari kotoran, yang pelaksanaannya hampir sama pada umumnya diseluruh巴厘岛。Dalam ruwatan dengan media wayang kulit, ada dua jenis seni pertunjukan yang mengandung funsi dan makna ruwatan seperti;pertunjukan wayang gedog (wayang lemah) dan pertunjukan wayang Peteng。这是我第一次见到我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友。Lakon yang diambil dalam wayang gedog adalah Sudhamala sedangkan, dalam pertunjukan wayang kulit pada malam hari adalah Sapuhleger。云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南云南。Penelitian ini khusus mengungkap permasalahan tentang;Bentuk lakon, fungsi Dan makna filosopi ruatan, serta peranan peremintah terkait ritual ruatan。Dalam mengungkap hal tersebut peneliti memakai方法定性,serta beberapa teori-teori yang melengkapi penelitian ini。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Fungsi dan Makna Filosofi Tradisi Ruwatan dalam Ritual Hindu Bali (Persepektif Wayang Kulit Sudhamala dan Sapuhleger)
The ritual of ruwatan in Balinese Hindu society basically removes or cleanses oneself from dirt, which is practiced almost the same in general throughout Bali. In ruwatan using wayang kulit media, there are two types of performing arts which contain the function and meaning of ruwatan, such as; puppet show gedog (weak puppet) and puppet show Peteng. The source of the pangruwatan play presented by the puppeteers refers to the ruwatan standard although in practice it changes according to the situation and conditions of the performance itself. The play taken in the wayang gedog is Sudhamala, while in the shadow puppet show at night it is Sapuhleger. Ruwatan or in Java known as murwakala has a broad meaning not only a literary work and pakeliran but its function and philosophy, it turns out that it refers to the micro and macro essence of humans as being creative, intellect and intention. This research specifically reveals problems regarding; the form of the play, the function and meaning of spiritual philosophy, as well as the role of government in relation to ritual rituals. In revealing this, the researchers used qualitative methods, as well as several theories that complement this research. Ritual ruwatan pada masyarakat Hindu Bali pada dasarnya membuang atau pembersihan diri dari kotoran, yang pelaksanaannya hampir sama pada umumnya diseluruh Bali. Dalam ruwatan dengan media wayang kulit, ada dua jenis seni pertunjukan yang mengandung fungsi dan makna ruwatan seperti; pertunjukan wayang gedog (wayang lemah) dan pertunjukan wayang Peteng.  Sumber lakon pangruwatan yang disajikan oleh para dalang mengacu pada pakem ruwatan walaupun dalam pelaksanaannya berubah menurut situasi dan kondisi pertunjukan itu sendiri. Lakon yang diambil dalam wayang gedog adalah Sudhamala sedangkan, dalam pertunjukan wayang kulit pada malam hari adalah Sapuhleger. Ruwatan atau di Jawa dikenal dengan murwakala mempunyai makna yang luas tidak hanya sebuah karya sastra dan pakeliran akan tetapi fungsi dan filosofinya, ternyata mengacu pada esensi mikro dan makro manusia sebagai insan yang berdaya cipta, budi dan karsa. Penelitian ini khusus mengungkap permasalahan tentang; bentuk lakon, fungsi dan makna filosopi ruatan, serta peranan pemerintah terkait ritual ruatan. Dalam mengungkap hal tersebut peneliti memakai metode kualitatif, serta beberapa teori-teori yang melengkapi penelitian ini.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信