{"title":"Ilusi变形帕达媒体广告牌3d","authors":"Lies Neni Budiarti, Alvanov Zpalanzani","doi":"10.5614/jkvw.2023.14.1.3","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Fenomena animasi anamorphosis Kucing Calico pada papan reklame 3D yang dimulai di Shinjuku-Tokyo, Jepang menyebar dengan pesat ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seekor kucing Calico yang direkayasa secara digital, bermain dan menarik atensi pengunjung kawasan Shinjuku untuk berhenti dan menikmati ilusi optik yang ditayangkan pada layar papan reklame digital gedung Cross Shinjuku-Tokyo, Jepang. Ilusi optik yang disebut anamorphosis yang dihasilkan memberikan sensasi kepada audiens yang melihat objek yang ditampilkan seakan memiliki volume dan mampu berinteraksi. Penelitian bertujuan untuk membedah bagaimana ilusi optic dari animasi anamorphosis dikonstruksi untuk memperkaya vocabulary dalam industry kreatif periklanan dan multimedia. Penelitian ini menelaah ilusi yang dihasilkan melalui studi literatur dan observasi visual atas liputan mengenai animasi 3D Kucing Calico Shinjuku yang diunggah pada platform youtube. Ilusi otik tersebut dikaji dengan teori dari Psikologi Persepsi dan Komunikasi visual khususnya melalui teori Gestalt dan Bahasa Rupa. Adapun ilusi optik yang dihasilkan adalah efek penipuan pada indera mata (trompe-l’oeil) yang memainkan isyarat jarak melalui anamorphosis, isyarat ruang virtual melalui oklusi, dan penerapan teknologi digital baik dalam aspek pemilihan dan produksi konten dengan tokoh kucing maupun aspek presentasi publik. Akan tetapi fenomena ini menjadi viral disebabkan oleh para pengunggah di media sosial yang berperan untuk menyebarluaskan ilusi ini menjadi mendunia.","PeriodicalId":334900,"journal":{"name":"Wimba : Jurnal Komunikasi Visual","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"ILUSI ANAMORPHIC PADA MEDIA BILLBOARD 3D\",\"authors\":\"Lies Neni Budiarti, Alvanov Zpalanzani\",\"doi\":\"10.5614/jkvw.2023.14.1.3\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Fenomena animasi anamorphosis Kucing Calico pada papan reklame 3D yang dimulai di Shinjuku-Tokyo, Jepang menyebar dengan pesat ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seekor kucing Calico yang direkayasa secara digital, bermain dan menarik atensi pengunjung kawasan Shinjuku untuk berhenti dan menikmati ilusi optik yang ditayangkan pada layar papan reklame digital gedung Cross Shinjuku-Tokyo, Jepang. Ilusi optik yang disebut anamorphosis yang dihasilkan memberikan sensasi kepada audiens yang melihat objek yang ditampilkan seakan memiliki volume dan mampu berinteraksi. Penelitian bertujuan untuk membedah bagaimana ilusi optic dari animasi anamorphosis dikonstruksi untuk memperkaya vocabulary dalam industry kreatif periklanan dan multimedia. Penelitian ini menelaah ilusi yang dihasilkan melalui studi literatur dan observasi visual atas liputan mengenai animasi 3D Kucing Calico Shinjuku yang diunggah pada platform youtube. Ilusi otik tersebut dikaji dengan teori dari Psikologi Persepsi dan Komunikasi visual khususnya melalui teori Gestalt dan Bahasa Rupa. Adapun ilusi optik yang dihasilkan adalah efek penipuan pada indera mata (trompe-l’oeil) yang memainkan isyarat jarak melalui anamorphosis, isyarat ruang virtual melalui oklusi, dan penerapan teknologi digital baik dalam aspek pemilihan dan produksi konten dengan tokoh kucing maupun aspek presentasi publik. Akan tetapi fenomena ini menjadi viral disebabkan oleh para pengunggah di media sosial yang berperan untuk menyebarluaskan ilusi ini menjadi mendunia.\",\"PeriodicalId\":334900,\"journal\":{\"name\":\"Wimba : Jurnal Komunikasi Visual\",\"volume\":\"2 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-07-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Wimba : Jurnal Komunikasi Visual\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.5614/jkvw.2023.14.1.3\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Wimba : Jurnal Komunikasi Visual","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/jkvw.2023.14.1.3","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Fenomena animasi anamorphosis Kucing Calico pada papan reklame 3D yang dimulai di Shinjuku-Tokyo, Jepang menyebar dengan pesat ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seekor kucing Calico yang direkayasa secara digital, bermain dan menarik atensi pengunjung kawasan Shinjuku untuk berhenti dan menikmati ilusi optik yang ditayangkan pada layar papan reklame digital gedung Cross Shinjuku-Tokyo, Jepang. Ilusi optik yang disebut anamorphosis yang dihasilkan memberikan sensasi kepada audiens yang melihat objek yang ditampilkan seakan memiliki volume dan mampu berinteraksi. Penelitian bertujuan untuk membedah bagaimana ilusi optic dari animasi anamorphosis dikonstruksi untuk memperkaya vocabulary dalam industry kreatif periklanan dan multimedia. Penelitian ini menelaah ilusi yang dihasilkan melalui studi literatur dan observasi visual atas liputan mengenai animasi 3D Kucing Calico Shinjuku yang diunggah pada platform youtube. Ilusi otik tersebut dikaji dengan teori dari Psikologi Persepsi dan Komunikasi visual khususnya melalui teori Gestalt dan Bahasa Rupa. Adapun ilusi optik yang dihasilkan adalah efek penipuan pada indera mata (trompe-l’oeil) yang memainkan isyarat jarak melalui anamorphosis, isyarat ruang virtual melalui oklusi, dan penerapan teknologi digital baik dalam aspek pemilihan dan produksi konten dengan tokoh kucing maupun aspek presentasi publik. Akan tetapi fenomena ini menjadi viral disebabkan oleh para pengunggah di media sosial yang berperan untuk menyebarluaskan ilusi ini menjadi mendunia.