{"title":"内容性工作者:通过Twitter商业化身体审美","authors":"Laili Muttamimah","doi":"10.33366/jkn.v4i2.202","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The emergence of digital spaces also expands the channels of sexual consumption. Sexual work that previously took place offline in the form of physical services has now shifted to online spaces towards a more diverse product, such as the provision of sexual content. The digital workforce allows sexual content providers to work anytime and anywhere by leveraging aesthetic aspects to get compensation. This study aims to analyze the work practices of sexual content providers in monetizing their bodies through digital platforms in Indonesia. This research approach is qualitative with the observation method. The results of this study indicate that providers of sexual content adhere to the principle of aesthetic labor for profit, promote paid content through social media channels, utilize digital products as a transaction method, and maintain their anonymity in the form of censorship. \nAbstrak \nHadirnya ruang-ruang digital turut memperluas kanal-kanal konsumsi seksual. Pekerjaan seksual yang sebelumnya berlangsung secara luring dalam bentuk layanan fisik, kini telah bergeser ke arah daring dengan produk yang lebih beragam, seperti penyediaan konten seksual. Ketenagakerjaan digital memungkinkan para penyedia konten seksual untuk bekerja kapan saja dan di mana saja dengan memanfaatkan aspek estetika untuk mendapatkan kompensasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik kerja yang dilakukan para penyedia konten seksual dalam memonetisasi tubuh mereka melalui platform digital di Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyedia konten seksual menjalani prinsip tenaga kerja estetika untuk meraih keuntungan, melakukan promosi konten berbayar melalui kanal media sosial, memanfaatkan produk-produk digital sebagai metode transaksi, dan tetap mempertahankan anonimitas diri mereka dalam bentuk sensor.","PeriodicalId":127994,"journal":{"name":"Jurnal Komunikasi Nusantara","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pekerja Seks Berbasis Konten: Monetisasi Estetika Tubuh Melalui Twitter\",\"authors\":\"Laili Muttamimah\",\"doi\":\"10.33366/jkn.v4i2.202\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The emergence of digital spaces also expands the channels of sexual consumption. Sexual work that previously took place offline in the form of physical services has now shifted to online spaces towards a more diverse product, such as the provision of sexual content. The digital workforce allows sexual content providers to work anytime and anywhere by leveraging aesthetic aspects to get compensation. This study aims to analyze the work practices of sexual content providers in monetizing their bodies through digital platforms in Indonesia. This research approach is qualitative with the observation method. The results of this study indicate that providers of sexual content adhere to the principle of aesthetic labor for profit, promote paid content through social media channels, utilize digital products as a transaction method, and maintain their anonymity in the form of censorship. \\nAbstrak \\nHadirnya ruang-ruang digital turut memperluas kanal-kanal konsumsi seksual. Pekerjaan seksual yang sebelumnya berlangsung secara luring dalam bentuk layanan fisik, kini telah bergeser ke arah daring dengan produk yang lebih beragam, seperti penyediaan konten seksual. Ketenagakerjaan digital memungkinkan para penyedia konten seksual untuk bekerja kapan saja dan di mana saja dengan memanfaatkan aspek estetika untuk mendapatkan kompensasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik kerja yang dilakukan para penyedia konten seksual dalam memonetisasi tubuh mereka melalui platform digital di Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyedia konten seksual menjalani prinsip tenaga kerja estetika untuk meraih keuntungan, melakukan promosi konten berbayar melalui kanal media sosial, memanfaatkan produk-produk digital sebagai metode transaksi, dan tetap mempertahankan anonimitas diri mereka dalam bentuk sensor.\",\"PeriodicalId\":127994,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Komunikasi Nusantara\",\"volume\":\"34 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-12-06\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Komunikasi Nusantara\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33366/jkn.v4i2.202\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Komunikasi Nusantara","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33366/jkn.v4i2.202","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
数字空间的出现也拓宽了性消费的渠道。以前以实体服务的形式在线下进行的性工作,现在已经转向在线空间,转向更多样化的产品,例如提供性内容。数字劳动力允许性内容提供者随时随地工作,利用审美方面来获得报酬。本研究旨在分析印尼性内容提供者通过数字平台将其身体货币化的工作实践。本研究采用定性的观察法。本研究结果表明,性内容提供者坚持以审美劳动为利润的原则,通过社交媒体渠道推广付费内容,利用数字产品作为交易手段,并以审查形式保持其匿名性。[摘要]Hadirnya runang - runang数字turturmemlulukanal -kanal konsumsi seksual。Pekerjaan seksual yang sebelumnya berlangsung secara luring dalam bentuk layanan finisik, kini telah bergeser ke arah daring dengan产品yang lebih beragam, perti penyediaan and konten seksual。Ketenagakerjaan digital memungkinkan para penyedia konten seksual untuk bekerja kapan saja dandimana saja dengan menanfaatkan aspetika untuk menapatkan kompensasi。Penelitian ini bertujuan untuk menganalis praktik kerja yang dilakukan para penyedia konten seksual dalam memonetisasi tubuh mereka melalui平台digital di Indonesia。彭德凯、彭德凯、彭德凯、彭德凯、彭德凯、彭德凯等。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyedia konten seksual menjalani prinsip tenaga kerja estetika untuk meraih keuntungan, melakakan promosi konten berbayar melalui kanal media social, melanfaatkan产品-产品数字sebagai方法transaksi, dan tetap mempertahankan anonimitas diri mereka dalam bentuk传感器。
Pekerja Seks Berbasis Konten: Monetisasi Estetika Tubuh Melalui Twitter
The emergence of digital spaces also expands the channels of sexual consumption. Sexual work that previously took place offline in the form of physical services has now shifted to online spaces towards a more diverse product, such as the provision of sexual content. The digital workforce allows sexual content providers to work anytime and anywhere by leveraging aesthetic aspects to get compensation. This study aims to analyze the work practices of sexual content providers in monetizing their bodies through digital platforms in Indonesia. This research approach is qualitative with the observation method. The results of this study indicate that providers of sexual content adhere to the principle of aesthetic labor for profit, promote paid content through social media channels, utilize digital products as a transaction method, and maintain their anonymity in the form of censorship.
Abstrak
Hadirnya ruang-ruang digital turut memperluas kanal-kanal konsumsi seksual. Pekerjaan seksual yang sebelumnya berlangsung secara luring dalam bentuk layanan fisik, kini telah bergeser ke arah daring dengan produk yang lebih beragam, seperti penyediaan konten seksual. Ketenagakerjaan digital memungkinkan para penyedia konten seksual untuk bekerja kapan saja dan di mana saja dengan memanfaatkan aspek estetika untuk mendapatkan kompensasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik kerja yang dilakukan para penyedia konten seksual dalam memonetisasi tubuh mereka melalui platform digital di Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyedia konten seksual menjalani prinsip tenaga kerja estetika untuk meraih keuntungan, melakukan promosi konten berbayar melalui kanal media sosial, memanfaatkan produk-produk digital sebagai metode transaksi, dan tetap mempertahankan anonimitas diri mereka dalam bentuk sensor.