{"title":"TRADISI PENGOBATAN BATIMUNG DALAM MASYARAKAT BANJAR DAN DAYAK MERATUS DI KALIMANTAN SELATAN (BATIMUNG HEALING TRADITION OF THE BANJARESE AND DAYAK MERATUS COMMUNITY IN SOUTH KALIMANTAN)","authors":"nFn Saefuddin, Sisva Maryadi","doi":"10.24832/nw.v12i2.307","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Batimung dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus lebih banyak dikenal untuk acara prosesi pernikahan dan sangat sedikit yang mengetahui bahwa batimung selain untuk kesehatan juga untuk pengobatan penyakit di antaranya penyakit wisa (hepatitis). Oleh karena itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tradisi pengobatan batimung hidup dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus. Tujuan penelitian ini akan enguraikan secara terperinci keberadaan batimung Banjar dan Dayak Meratus sebagai warisan tradisi nenek moyang yang telah sejak lama di Kalimantan Selatan yang berdampingan dengan budaya modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ialah suatu metode untuk memperoleh informasi tentang tata cara pengobatan batimung dalam masyarakat Banjar. Hasil penelitian memberi gambaran tentang pengobatan batimung dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus di Kalimantan Selatan. The healing tradition of Batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus is recognised as part of a wedding ceremony, but only few knows that this tradition is benefitted also to cure hepatitis. Thus, a research question arises regarding the continuous existence of batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus today. The objective of this research was to understand how batimung healing tradition coexist with modern culture. This was a descriptive-qualitative research which emphasised on observation and description on the procedure of batimung as a healing therapy. Hence, the result provided a comprehensive information on batimung hich has been practiced by the communities of Banjar and Dayak Meratus until today.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"213 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Naditira Widya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/nw.v12i2.307","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
TRADISI PENGOBATAN BATIMUNG DALAM MASYARAKAT BANJAR DAN DAYAK MERATUS DI KALIMANTAN SELATAN (BATIMUNG HEALING TRADITION OF THE BANJARESE AND DAYAK MERATUS COMMUNITY IN SOUTH KALIMANTAN)
Batimung dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus lebih banyak dikenal untuk acara prosesi pernikahan dan sangat sedikit yang mengetahui bahwa batimung selain untuk kesehatan juga untuk pengobatan penyakit di antaranya penyakit wisa (hepatitis). Oleh karena itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tradisi pengobatan batimung hidup dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus. Tujuan penelitian ini akan enguraikan secara terperinci keberadaan batimung Banjar dan Dayak Meratus sebagai warisan tradisi nenek moyang yang telah sejak lama di Kalimantan Selatan yang berdampingan dengan budaya modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ialah suatu metode untuk memperoleh informasi tentang tata cara pengobatan batimung dalam masyarakat Banjar. Hasil penelitian memberi gambaran tentang pengobatan batimung dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus di Kalimantan Selatan. The healing tradition of Batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus is recognised as part of a wedding ceremony, but only few knows that this tradition is benefitted also to cure hepatitis. Thus, a research question arises regarding the continuous existence of batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus today. The objective of this research was to understand how batimung healing tradition coexist with modern culture. This was a descriptive-qualitative research which emphasised on observation and description on the procedure of batimung as a healing therapy. Hence, the result provided a comprehensive information on batimung hich has been practiced by the communities of Banjar and Dayak Meratus until today.