当代古兰经研究方法:对古兰经中东方思想的回应

Irzak Yuliardy Nugroho, Imam Syafi’i
{"title":"当代古兰经研究方法:对古兰经中东方思想的回应","authors":"Irzak Yuliardy Nugroho, Imam Syafi’i","doi":"10.55210/assyariah.v8i1.641","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract \nThe historical nature of the Qur'an led to the emergence of hermeneutical ideas and theories (methods of interpretation). This theory is a very urgent effort to be developed in understanding the meaning of the Qur'an as a whole. The hope is that the theological and legal ethical parts can be placed in a unified whole (total). Through this method, a weltanschauung (worldview) of the Qur'an can be formulated and understood. If humans want to think optimally and want to use their rational mind, they will realize that in fact the greatest blessing of the Qur'an is the thought and understanding of the intentions and meanings contained therein to then realize their ideas in actions that are both religious and spiritual. . In this case, then Sahiron Syamsuddin, mapped the flow of contemporary Qur'anic study methods into three groups: a) The traditionalist quasi-objectivist view; b) The modernist quasi-objectivist view; c) Subjectivist views. \nThe study of the science of the Qur'an in the West was first carried out by the Orientalism group, which at the beginning of its emergence was closely related to the psycho-historical relationship between Islam and the West in the intellectual, trade and war fields. Therefore, the study of the science of the Qur'an in the study of orientalism is not only oriented to the emotional-intellectual relationship, but also the emotional-political east, namely in order to facilitate the political expansion of the West towards the East. But along with the times, orientalism in the end moved purely on an objective-independent study of the east. The flow of orientalism, at least, goes through three periods, namely the period before the crusades, the crusades to the European enlightenment period, and the last period from the enlightenment to modern times. This is marked by the presence of orientalists in the East (Islam) who also functioned as colonial advisors, in addition to conducting scientific studies. \nKeywords: Al-Qur’an, Hermeneutics, Contemporary. \nAbstrak \nSifat Al-Qur’an yang bersifat historis menyebabkan munculnya gagasan dan teori hermeneutika (metode penafsiran). Teori ini menjadi kerja-usaha yang sangat mendesak untuk dikembangkan dalam memahami makna Al-Qur’an secara utuh. Harapannya, bagian-bagian teologis dan etika legalnya dapat ditempatkan dalam keseluruhan (totalitas) yang padu. Melalui metode ini, sebuah weltanschauung (pandangan dunia) Al-Qur’an dapat dirumuskan dan dipahami. Bila manusia mau berpikir secara optimal dan mau memanfaatkan akal rasionalnya, ia akan menyadari bahwa sesungguhnya berkah Al-Qur’an yang teramat besar adalah pemikiran dan pemahaman maksud-maksud serta makna yang terkandung di dalamnya untuk kemudian mewujudkan gagasannya dalam perbuatan yang bersifat keagamaan dan keduaniaan. Dalam hal ini, kemudian Sahiron Syamsuddin, memetakan aliran metode studi qur’an kontemporer menjadi tiga kelompok: a) Pandangan quasi- obyektivis tradisionalis; b) Pandangan quasi-obeyektivis modernis; c) Pandangan aliran subyektivis. \nStudi ilmu al-Qur’an di Barat pertama kali dilakukan oleh kelompok Orientalisme yang pada awal kemunculannya berkaitan erat dengan psiko- historis hubungan Islam dan Barat di bidang intelektual, perdagangan dan peperangan. Oleh karena itu, studi ilmu al-Qur’an dalam kajian orientalisme tidak hanya berorientasi pada hubungan emosi-intelektual, melainkan juga emosi-politis ketimuran, yaitu dalam rangka memperlancar ekspansi politik Barat terhadap Timur. Tetapi seiring perkembangan zaman, orientalisme pada akhirnya bergerak murni pada kajian ketimuran secara obyektif- independen. Alur perjalanan orientalisme itu, setidaknya, melalui tiga periode, yaitu periode sebelum perang salib, perang salib hingga masa pencerahan Eropa, dan periode terakhir adalah mulai pencerahan hingga zaman modern. Hal ini ditandai dengan kehadiran para orientalis di Timur (Islam) yang juga berfungsi sebagai penasehat kolonial, disamping melakukan kajian-kajian ilmiah. \nKata Kunci : Al-Qur’an, Hermeneutika, Kontemporer.","PeriodicalId":123015,"journal":{"name":"Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-02-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Metode Studi Ilmu Al-Qur’an Kontemporer: Respon Terhadap Pandangan Orientalis Pada Al-Qur’an\",\"authors\":\"Irzak Yuliardy Nugroho, Imam Syafi’i\",\"doi\":\"10.55210/assyariah.v8i1.641\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract \\nThe historical nature of the Qur'an led to the emergence of hermeneutical ideas and theories (methods of interpretation). This theory is a very urgent effort to be developed in understanding the meaning of the Qur'an as a whole. The hope is that the theological and legal ethical parts can be placed in a unified whole (total). Through this method, a weltanschauung (worldview) of the Qur'an can be formulated and understood. If humans want to think optimally and want to use their rational mind, they will realize that in fact the greatest blessing of the Qur'an is the thought and understanding of the intentions and meanings contained therein to then realize their ideas in actions that are both religious and spiritual. . In this case, then Sahiron Syamsuddin, mapped the flow of contemporary Qur'anic study methods into three groups: a) The traditionalist quasi-objectivist view; b) The modernist quasi-objectivist view; c) Subjectivist views. \\nThe study of the science of the Qur'an in the West was first carried out by the Orientalism group, which at the beginning of its emergence was closely related to the psycho-historical relationship between Islam and the West in the intellectual, trade and war fields. Therefore, the study of the science of the Qur'an in the study of orientalism is not only oriented to the emotional-intellectual relationship, but also the emotional-political east, namely in order to facilitate the political expansion of the West towards the East. But along with the times, orientalism in the end moved purely on an objective-independent study of the east. The flow of orientalism, at least, goes through three periods, namely the period before the crusades, the crusades to the European enlightenment period, and the last period from the enlightenment to modern times. This is marked by the presence of orientalists in the East (Islam) who also functioned as colonial advisors, in addition to conducting scientific studies. \\nKeywords: Al-Qur’an, Hermeneutics, Contemporary. \\nAbstrak \\nSifat Al-Qur’an yang bersifat historis menyebabkan munculnya gagasan dan teori hermeneutika (metode penafsiran). Teori ini menjadi kerja-usaha yang sangat mendesak untuk dikembangkan dalam memahami makna Al-Qur’an secara utuh. Harapannya, bagian-bagian teologis dan etika legalnya dapat ditempatkan dalam keseluruhan (totalitas) yang padu. Melalui metode ini, sebuah weltanschauung (pandangan dunia) Al-Qur’an dapat dirumuskan dan dipahami. Bila manusia mau berpikir secara optimal dan mau memanfaatkan akal rasionalnya, ia akan menyadari bahwa sesungguhnya berkah Al-Qur’an yang teramat besar adalah pemikiran dan pemahaman maksud-maksud serta makna yang terkandung di dalamnya untuk kemudian mewujudkan gagasannya dalam perbuatan yang bersifat keagamaan dan keduaniaan. Dalam hal ini, kemudian Sahiron Syamsuddin, memetakan aliran metode studi qur’an kontemporer menjadi tiga kelompok: a) Pandangan quasi- obyektivis tradisionalis; b) Pandangan quasi-obeyektivis modernis; c) Pandangan aliran subyektivis. \\nStudi ilmu al-Qur’an di Barat pertama kali dilakukan oleh kelompok Orientalisme yang pada awal kemunculannya berkaitan erat dengan psiko- historis hubungan Islam dan Barat di bidang intelektual, perdagangan dan peperangan. Oleh karena itu, studi ilmu al-Qur’an dalam kajian orientalisme tidak hanya berorientasi pada hubungan emosi-intelektual, melainkan juga emosi-politis ketimuran, yaitu dalam rangka memperlancar ekspansi politik Barat terhadap Timur. Tetapi seiring perkembangan zaman, orientalisme pada akhirnya bergerak murni pada kajian ketimuran secara obyektif- independen. Alur perjalanan orientalisme itu, setidaknya, melalui tiga periode, yaitu periode sebelum perang salib, perang salib hingga masa pencerahan Eropa, dan periode terakhir adalah mulai pencerahan hingga zaman modern. Hal ini ditandai dengan kehadiran para orientalis di Timur (Islam) yang juga berfungsi sebagai penasehat kolonial, disamping melakukan kajian-kajian ilmiah. \\nKata Kunci : Al-Qur’an, Hermeneutika, Kontemporer.\",\"PeriodicalId\":123015,\"journal\":{\"name\":\"Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam\",\"volume\":\"12 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-02-07\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.55210/assyariah.v8i1.641\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.55210/assyariah.v8i1.641","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

《古兰经》的历史性质导致了解释学思想和理论(解释方法)的出现。在理解《古兰经》的整体意义时,这个理论是非常迫切需要发展的。希望是神学和法律伦理的部分可以放在一个统一的整体(总数)。通过这种方法,《古兰经》的世界观得以形成和理解。如果人类想要理想地思考,想要运用他们的理性思维,他们就会意识到,事实上,《古兰经》最大的祝福是对其中所包含的意图和意义的思考和理解,然后在宗教和精神的行动中实现他们的想法。在这种情况下,Sahiron Syamsuddin将当代古兰经研究方法的流程划分为三组:a)传统主义的准客观主义观点;b)现代主义的准客观主义观点;c)主观主义观点。西方对古兰经科学的研究最早是由东方主义集团开展的,其产生之初与伊斯兰教与西方在知识、贸易和战争领域的心理历史关系密切相关。因此,在东方学研究中对古兰经科学的研究不仅是面向情感-智力的关系,而且是面向情感-政治的东方,即为了促进西方对东方的政治扩张。但随着时代的发展,东方主义最终转向了对东方的客观独立的研究。东方学的流动至少经历了三个时期,即十字军东征前、十字军东征至欧洲启蒙运动时期和启蒙运动至近代的最后一个时期。这标志着东方(伊斯兰教)东方学家的出现,他们除了进行科学研究外,还担任殖民顾问。关键词:古兰经,诠释学,当代。[摘要]《古兰经》的历史研究是对古兰经历史的研究,是对古兰经历史的研究。《古兰经》原文为“古兰经”,原文为“古兰经”。Harapannya, bagian-bagian technologii danetika legalnya dapat ditempatkan dalam keseluruhan (totalitas) yang padu。《古兰经》(al - quaran),《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》。《古兰经》说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”说:“古兰经”Dalam hal ini, kemudian Sahiron Syamsuddin, meetakan aliran方法研究《古兰经》kontemporer menjadi tiga kelompok: a) Pandangan quasi- obyektivis tradionalis;b) Pandangan准服从现代派;c) Pandangan aliran subyektivis。古兰经的研究是东方主义的研究,是伊斯兰教的研究,是知识分子的研究,是伊斯兰教的研究。Oleh karena, studi ilmu al- quuran dalam kajian orientalisme tidak berorientisme pada hubungan emoshi知识分子,melainkan juga emoshi -politis ketimuran, yitu dalam rangka成员,ekspan politik Barat hahadap Timur。东方学派派,派派派,派派派,派派派,派派派,派派派,派派派。Alur perjalanan orientalisme itu, setidaknya, melalui tiga时期,yitu时期sebelum perang salib, perang salib hinga masa penerahan Eropa, dan时期terakhir adalah mulai penerahan hinga zaman modern。Hal ini ditandai dengan kehadiran para orientalis di Timur(伊斯兰教)yang juga berfungsi sebagai penasehat殖民,disamping melakukan kajian-kajian ilmiah。Kata Kunci:《古兰经》、《诠释学》、《孔坦波勒》。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Metode Studi Ilmu Al-Qur’an Kontemporer: Respon Terhadap Pandangan Orientalis Pada Al-Qur’an
Abstract The historical nature of the Qur'an led to the emergence of hermeneutical ideas and theories (methods of interpretation). This theory is a very urgent effort to be developed in understanding the meaning of the Qur'an as a whole. The hope is that the theological and legal ethical parts can be placed in a unified whole (total). Through this method, a weltanschauung (worldview) of the Qur'an can be formulated and understood. If humans want to think optimally and want to use their rational mind, they will realize that in fact the greatest blessing of the Qur'an is the thought and understanding of the intentions and meanings contained therein to then realize their ideas in actions that are both religious and spiritual. . In this case, then Sahiron Syamsuddin, mapped the flow of contemporary Qur'anic study methods into three groups: a) The traditionalist quasi-objectivist view; b) The modernist quasi-objectivist view; c) Subjectivist views. The study of the science of the Qur'an in the West was first carried out by the Orientalism group, which at the beginning of its emergence was closely related to the psycho-historical relationship between Islam and the West in the intellectual, trade and war fields. Therefore, the study of the science of the Qur'an in the study of orientalism is not only oriented to the emotional-intellectual relationship, but also the emotional-political east, namely in order to facilitate the political expansion of the West towards the East. But along with the times, orientalism in the end moved purely on an objective-independent study of the east. The flow of orientalism, at least, goes through three periods, namely the period before the crusades, the crusades to the European enlightenment period, and the last period from the enlightenment to modern times. This is marked by the presence of orientalists in the East (Islam) who also functioned as colonial advisors, in addition to conducting scientific studies. Keywords: Al-Qur’an, Hermeneutics, Contemporary. Abstrak Sifat Al-Qur’an yang bersifat historis menyebabkan munculnya gagasan dan teori hermeneutika (metode penafsiran). Teori ini menjadi kerja-usaha yang sangat mendesak untuk dikembangkan dalam memahami makna Al-Qur’an secara utuh. Harapannya, bagian-bagian teologis dan etika legalnya dapat ditempatkan dalam keseluruhan (totalitas) yang padu. Melalui metode ini, sebuah weltanschauung (pandangan dunia) Al-Qur’an dapat dirumuskan dan dipahami. Bila manusia mau berpikir secara optimal dan mau memanfaatkan akal rasionalnya, ia akan menyadari bahwa sesungguhnya berkah Al-Qur’an yang teramat besar adalah pemikiran dan pemahaman maksud-maksud serta makna yang terkandung di dalamnya untuk kemudian mewujudkan gagasannya dalam perbuatan yang bersifat keagamaan dan keduaniaan. Dalam hal ini, kemudian Sahiron Syamsuddin, memetakan aliran metode studi qur’an kontemporer menjadi tiga kelompok: a) Pandangan quasi- obyektivis tradisionalis; b) Pandangan quasi-obeyektivis modernis; c) Pandangan aliran subyektivis. Studi ilmu al-Qur’an di Barat pertama kali dilakukan oleh kelompok Orientalisme yang pada awal kemunculannya berkaitan erat dengan psiko- historis hubungan Islam dan Barat di bidang intelektual, perdagangan dan peperangan. Oleh karena itu, studi ilmu al-Qur’an dalam kajian orientalisme tidak hanya berorientasi pada hubungan emosi-intelektual, melainkan juga emosi-politis ketimuran, yaitu dalam rangka memperlancar ekspansi politik Barat terhadap Timur. Tetapi seiring perkembangan zaman, orientalisme pada akhirnya bergerak murni pada kajian ketimuran secara obyektif- independen. Alur perjalanan orientalisme itu, setidaknya, melalui tiga periode, yaitu periode sebelum perang salib, perang salib hingga masa pencerahan Eropa, dan periode terakhir adalah mulai pencerahan hingga zaman modern. Hal ini ditandai dengan kehadiran para orientalis di Timur (Islam) yang juga berfungsi sebagai penasehat kolonial, disamping melakukan kajian-kajian ilmiah. Kata Kunci : Al-Qur’an, Hermeneutika, Kontemporer.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信