{"title":"2011 -2020年,通过Kalidawir村的Kub保护蜡染","authors":"Alfin Ganendra Albar","doi":"10.24042/jhcc.v2i2.8816","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejarah Desa Kalidawir yang berkaitan dengan potensi budaya yaitu batik. Permasalahan yang dikaji yaitu berkaitan mengenai peran perempuan terhadap pelestarian batik di Desa Kalidawir serta dampaknya pada bidang ekonomi dan sosial budaya. Oleh karena itu, untuk mengkaji permasalahannya maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Batik saat ini dapat ditemukan di berbagai daerah, tak terkecuali Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Perkumpulan ibu-ibu PKK membentuk KUB Lestari yang bertujuan untuk membuat sekaligus melestarikan batik dengan ciri khas Desa Kalidawir. Potensi budaya ini diawali pada tahun 2016 dengan mengikuti pelatihan dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2018, seiring berkembangnya mampu membawa nama Desa Kalidawir dengan mendatangkan pelanggan dari beberapa daerah. Batik yang terkenal dalam KUB Lestari Kalidawir ini ialah batik jumput dan serut yang dijadikan menjadi satu dengan motif zigzag. Keberhasilan dalam melestarikan budaya batik dapat dirasakan oleh masyarakat secara nyata dengan membangun interaksi sosial antara pekerja, menambah pemasukan ekonomi, dan desa memiliki produk unggulan. Dalam hal tersebut diperlukan peran perempuan yang dituntut untuk kreatif dan inovatif.The aims of the research is to the history of Kalidawir village that’s related to the potential of culture, Batik. The issue studied is associated with women’s role to the preservation of batik in Kalidawir Village and its impact on the economic and sosio-cultural fields. Therefore, to examine the problem author uses historical research methods that consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Batik can now be found in various regions, including Kalidawir Village, Tanggulangin District, Sidoarjo. (The associaton of PKK mothers) created group named KUB Lestari which aims to make and preserve batik with the characteristic of Kalidawir Village. This cultural potential began in 2016 by attending training and inaugurated on October 10, 2018, along with its development, batik was able to bring the name of Kalidawir Village by bringing customers from several regions. The popular batik in KUB Lestari Kalidawir is batik jumput and serut that is modified into one with zigzag motif. Success in preserving batik culture can be felt by the community in real terms by building social interaction between workers, increasing economic income, and the village has superior products. In that case, the role of women is required to be creative and innovative","PeriodicalId":162452,"journal":{"name":"El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Pelestarian Batik Melalui Kub Lestari Desa Kalidawir Tahun 2016-2020\",\"authors\":\"Alfin Ganendra Albar\",\"doi\":\"10.24042/jhcc.v2i2.8816\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejarah Desa Kalidawir yang berkaitan dengan potensi budaya yaitu batik. Permasalahan yang dikaji yaitu berkaitan mengenai peran perempuan terhadap pelestarian batik di Desa Kalidawir serta dampaknya pada bidang ekonomi dan sosial budaya. Oleh karena itu, untuk mengkaji permasalahannya maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Batik saat ini dapat ditemukan di berbagai daerah, tak terkecuali Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Perkumpulan ibu-ibu PKK membentuk KUB Lestari yang bertujuan untuk membuat sekaligus melestarikan batik dengan ciri khas Desa Kalidawir. Potensi budaya ini diawali pada tahun 2016 dengan mengikuti pelatihan dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2018, seiring berkembangnya mampu membawa nama Desa Kalidawir dengan mendatangkan pelanggan dari beberapa daerah. Batik yang terkenal dalam KUB Lestari Kalidawir ini ialah batik jumput dan serut yang dijadikan menjadi satu dengan motif zigzag. Keberhasilan dalam melestarikan budaya batik dapat dirasakan oleh masyarakat secara nyata dengan membangun interaksi sosial antara pekerja, menambah pemasukan ekonomi, dan desa memiliki produk unggulan. Dalam hal tersebut diperlukan peran perempuan yang dituntut untuk kreatif dan inovatif.The aims of the research is to the history of Kalidawir village that’s related to the potential of culture, Batik. The issue studied is associated with women’s role to the preservation of batik in Kalidawir Village and its impact on the economic and sosio-cultural fields. Therefore, to examine the problem author uses historical research methods that consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Batik can now be found in various regions, including Kalidawir Village, Tanggulangin District, Sidoarjo. (The associaton of PKK mothers) created group named KUB Lestari which aims to make and preserve batik with the characteristic of Kalidawir Village. This cultural potential began in 2016 by attending training and inaugurated on October 10, 2018, along with its development, batik was able to bring the name of Kalidawir Village by bringing customers from several regions. The popular batik in KUB Lestari Kalidawir is batik jumput and serut that is modified into one with zigzag motif. Success in preserving batik culture can be felt by the community in real terms by building social interaction between workers, increasing economic income, and the village has superior products. In that case, the role of women is required to be creative and innovative\",\"PeriodicalId\":162452,\"journal\":{\"name\":\"El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-21\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24042/jhcc.v2i2.8816\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24042/jhcc.v2i2.8816","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
这项研究旨在研究与蜡染等文化潜力相关的卡利达维尔村的历史。研究涉及妇女在卡利达维尔村保护蜡染的作用及其对经济和社会文化影响的问题。因此,为了解决这个问题,作者使用了由启发、批评、解释和史学组成的历史研究方法。目前蜡染在许多地区都能找到,包括卡利达维尔村、西多罗岗镇等。库尔德工业部的妇女组织成立了KUB可持续KUB,旨在保护具有Kalidawir村庄特色的蜡染。这种文化潜力始于2016年,当时它正在接受培训,并于2018年10月10日正式开始,因为它通过吸引不同地区的客户来实现卡利达维村的名字。这种蜡染在可持续的Kalidawir中很有名,它是一种蜡染的草和丝状物质,具有曲折的动机。在保护蜡染文化方面取得的成功,可以通过建立工人之间的社会互动、增加经济收入和村庄的特色来体现。这就需要女性在创新和创新方面的作用。这项研究的重点在于利达村的历史,它与潜在的文化、蜡染有关。这个问题是由妇女在Kalidawir村的蜡染保护角色扮演,它影响了经济和社会文化领域。因此,为了揭示启发、批判、解释和历史研究的问题。蜡染现在可以在不同的地区找到,包括Kalidawir Village, Tanggulangin地区,Sidoarjo。(库尔德工党妈妈协会)创建了一个名为KUB Lestari的集团,该集团负责用Kalidawir村的特点创建和保护蜡染。这一文化潜力始于2018年10月10日,由服务员培训和inauguted开始,随着其发展,蜡染可以通过从several regions带来客户端带来Kalidawir Village的名字。这是一种具有锯齿状图案的蜡染,在KUB中很受欢迎。在工人之间建立社会关系、增加经济收入和村庄的生产方面,成功的蜡染文化可能会在当地社区感受到。在这种情况下,女性的角色被要求保持创造力和创新
Pelestarian Batik Melalui Kub Lestari Desa Kalidawir Tahun 2016-2020
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejarah Desa Kalidawir yang berkaitan dengan potensi budaya yaitu batik. Permasalahan yang dikaji yaitu berkaitan mengenai peran perempuan terhadap pelestarian batik di Desa Kalidawir serta dampaknya pada bidang ekonomi dan sosial budaya. Oleh karena itu, untuk mengkaji permasalahannya maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Batik saat ini dapat ditemukan di berbagai daerah, tak terkecuali Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Perkumpulan ibu-ibu PKK membentuk KUB Lestari yang bertujuan untuk membuat sekaligus melestarikan batik dengan ciri khas Desa Kalidawir. Potensi budaya ini diawali pada tahun 2016 dengan mengikuti pelatihan dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2018, seiring berkembangnya mampu membawa nama Desa Kalidawir dengan mendatangkan pelanggan dari beberapa daerah. Batik yang terkenal dalam KUB Lestari Kalidawir ini ialah batik jumput dan serut yang dijadikan menjadi satu dengan motif zigzag. Keberhasilan dalam melestarikan budaya batik dapat dirasakan oleh masyarakat secara nyata dengan membangun interaksi sosial antara pekerja, menambah pemasukan ekonomi, dan desa memiliki produk unggulan. Dalam hal tersebut diperlukan peran perempuan yang dituntut untuk kreatif dan inovatif.The aims of the research is to the history of Kalidawir village that’s related to the potential of culture, Batik. The issue studied is associated with women’s role to the preservation of batik in Kalidawir Village and its impact on the economic and sosio-cultural fields. Therefore, to examine the problem author uses historical research methods that consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Batik can now be found in various regions, including Kalidawir Village, Tanggulangin District, Sidoarjo. (The associaton of PKK mothers) created group named KUB Lestari which aims to make and preserve batik with the characteristic of Kalidawir Village. This cultural potential began in 2016 by attending training and inaugurated on October 10, 2018, along with its development, batik was able to bring the name of Kalidawir Village by bringing customers from several regions. The popular batik in KUB Lestari Kalidawir is batik jumput and serut that is modified into one with zigzag motif. Success in preserving batik culture can be felt by the community in real terms by building social interaction between workers, increasing economic income, and the village has superior products. In that case, the role of women is required to be creative and innovative