Muhammad Alhada Fuadilah Habib, Cut Rizka Al Usrah, Mukhammad Fatkhullah, Kanita Khoirun Nisa, Ayla Karina Budita
{"title":"工业室内蜡染的工人剥削","authors":"Muhammad Alhada Fuadilah Habib, Cut Rizka Al Usrah, Mukhammad Fatkhullah, Kanita Khoirun Nisa, Ayla Karina Budita","doi":"10.15408/empati.v10i2.23541","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. Batik industry is one of the leading industries in Indonesia. Since UNESCO declared batik as one of the cultural treasures and identity of the Indonesian nation, batik production has increased in line with increasing market demand. One of the rapidly growing batik industries in Indonesia is the batik industry located in Lawean Village, Solo, Central Java. The industry uses a putting out system where batik workers do their work in their respective house production. Through this system, business owners no longer need to compile an environmental impact analysis, provide social security for workers, pay overtime, work space, and work equipment. However, this putting out system creates many problems, from environmental pollution, deprivation of social rights for workers, to exploitation of workers by business owners. This study aims to reveal forms of injustice to workers in the home batik industry, Lawean, Solo, Central Java through a constructivism (critical) approach. Primary data obtained through in-depth interviews on 14 research subjects and also supported by secondary data from previous studies. Determination of informants is done by using the snowball technique. The theory used in this study is the theory of power relations by Michael Foucault. The dominance of power that leads to injustice (exploitation), cannot be separated from the presence of persuasive power (the owner of the batik business who controls the workers) in the midst of the Lawean Batik Industry. This dominance of power occurs because of the inequality of intelligence and mastery of information technology between batik business owners and workers. Batik business owners have access/network to sell batik products both domestically and abroad, while workers do not have access/network to sell batik they produce directly. On the other hand, the \"ewuh-pakewuh\" culture that is embraced by the Lewean community further exacerbates this domination.Keywords: batik, home industry, exploitation, power relationAbstrak. Industri batik menjadi salah satu industri unggulan dalam perekonomian Indonesia. Sejak diakuinya batik sebagai salah satu kekayaan budaya dan identitas Bangsa Indonesia oleh UNESCO, produksi batik terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan batik. Salah satu industri batik yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri batik yang berada di Desa Lawean, Solo, Jawa Tengah. Industri batik di lokasi tersebut, secara umum menggunakan sistem putting out di mana para pekerja batik mengerjakan pekerjaannya di rumah masing-masing. Dengan penerapan sistem ini, para pengusaha batik tidak perlu lagi menyiapkan amdal, jaminan sosial bagi para pekerja, uang lembur, ruang untuk bekerja, serta peralatan untuk bekerja. Penerapan sistem putting out ini, ternyata menimbulkan banyak sekali masalah, mulai dari pencemaran lingkungan, terampasnya hak-hak sosial bagi para pekerja sampai pada eksploitasi para pekerja oleh pengusaha batik.Studi ini merupakan studi konstruktivisme (kritis) untuk mengungkap bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja di industri batik rumahan, Lawean, Solo, Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview) terhadap 14 orang subyek penelitian dan didukung pula oleh data skunder dari penelitian terdahulu. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori relasi kekuasaan dari Michael Foucault. Terjadinya prakter dominasi kekuasaan yang berujung pada terjadinya ketidakadilan (eksploitasi), tidak terlepas dari hadirnya kekuasaan yang bersifat persuatif (juragan batik menguasai pembatik) di tengah-tengah Industri Batik Lawean. Praktek dominasi kekuasaan ini terjadi karena adanya ketimpangan intelegensi (kecerdasan) dan ketimpangan penguasaan teknologi informasi antara juragan batik dengan pembatik. Juragan batik memiliki akses/jaringan untuk menjual produk batik ke konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan para pekerja pembatik merasa tidak mampu menjual barang hasil produksi ke pasar. Budaya sungkan/ewuh-pakewuh yang dianut oleh masyarakat Lewean semakin memperparah praktek dominasi kekuasaan ini.Kata Kunci: Batik, Industri Rumahan, Eksploitasi, Relasi Kuasa","PeriodicalId":403045,"journal":{"name":"EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial","volume":"221 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"EKSPLOITASI PEKERJA PADA INDUSTRI BATIK RUMAHAN\",\"authors\":\"Muhammad Alhada Fuadilah Habib, Cut Rizka Al Usrah, Mukhammad Fatkhullah, Kanita Khoirun Nisa, Ayla Karina Budita\",\"doi\":\"10.15408/empati.v10i2.23541\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract. Batik industry is one of the leading industries in Indonesia. Since UNESCO declared batik as one of the cultural treasures and identity of the Indonesian nation, batik production has increased in line with increasing market demand. One of the rapidly growing batik industries in Indonesia is the batik industry located in Lawean Village, Solo, Central Java. The industry uses a putting out system where batik workers do their work in their respective house production. Through this system, business owners no longer need to compile an environmental impact analysis, provide social security for workers, pay overtime, work space, and work equipment. However, this putting out system creates many problems, from environmental pollution, deprivation of social rights for workers, to exploitation of workers by business owners. This study aims to reveal forms of injustice to workers in the home batik industry, Lawean, Solo, Central Java through a constructivism (critical) approach. Primary data obtained through in-depth interviews on 14 research subjects and also supported by secondary data from previous studies. Determination of informants is done by using the snowball technique. The theory used in this study is the theory of power relations by Michael Foucault. The dominance of power that leads to injustice (exploitation), cannot be separated from the presence of persuasive power (the owner of the batik business who controls the workers) in the midst of the Lawean Batik Industry. This dominance of power occurs because of the inequality of intelligence and mastery of information technology between batik business owners and workers. Batik business owners have access/network to sell batik products both domestically and abroad, while workers do not have access/network to sell batik they produce directly. On the other hand, the \\\"ewuh-pakewuh\\\" culture that is embraced by the Lewean community further exacerbates this domination.Keywords: batik, home industry, exploitation, power relationAbstrak. Industri batik menjadi salah satu industri unggulan dalam perekonomian Indonesia. Sejak diakuinya batik sebagai salah satu kekayaan budaya dan identitas Bangsa Indonesia oleh UNESCO, produksi batik terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan batik. Salah satu industri batik yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri batik yang berada di Desa Lawean, Solo, Jawa Tengah. Industri batik di lokasi tersebut, secara umum menggunakan sistem putting out di mana para pekerja batik mengerjakan pekerjaannya di rumah masing-masing. Dengan penerapan sistem ini, para pengusaha batik tidak perlu lagi menyiapkan amdal, jaminan sosial bagi para pekerja, uang lembur, ruang untuk bekerja, serta peralatan untuk bekerja. Penerapan sistem putting out ini, ternyata menimbulkan banyak sekali masalah, mulai dari pencemaran lingkungan, terampasnya hak-hak sosial bagi para pekerja sampai pada eksploitasi para pekerja oleh pengusaha batik.Studi ini merupakan studi konstruktivisme (kritis) untuk mengungkap bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja di industri batik rumahan, Lawean, Solo, Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview) terhadap 14 orang subyek penelitian dan didukung pula oleh data skunder dari penelitian terdahulu. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori relasi kekuasaan dari Michael Foucault. Terjadinya prakter dominasi kekuasaan yang berujung pada terjadinya ketidakadilan (eksploitasi), tidak terlepas dari hadirnya kekuasaan yang bersifat persuatif (juragan batik menguasai pembatik) di tengah-tengah Industri Batik Lawean. Praktek dominasi kekuasaan ini terjadi karena adanya ketimpangan intelegensi (kecerdasan) dan ketimpangan penguasaan teknologi informasi antara juragan batik dengan pembatik. Juragan batik memiliki akses/jaringan untuk menjual produk batik ke konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan para pekerja pembatik merasa tidak mampu menjual barang hasil produksi ke pasar. Budaya sungkan/ewuh-pakewuh yang dianut oleh masyarakat Lewean semakin memperparah praktek dominasi kekuasaan ini.Kata Kunci: Batik, Industri Rumahan, Eksploitasi, Relasi Kuasa\",\"PeriodicalId\":403045,\"journal\":{\"name\":\"EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial\",\"volume\":\"221 2 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-15\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15408/empati.v10i2.23541\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15408/empati.v10i2.23541","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要蜡染工业是印尼的主导产业之一。自从联合国教科文组织宣布蜡染为印尼民族的文化瑰宝和身份之一以来,蜡染的生产随着市场需求的增加而增加。印度尼西亚快速发展的蜡染工业之一是位于中爪哇岛梭罗的拉维村的蜡染工业。该行业采用了一种外出系统,蜡染工人在各自的房屋生产中工作。通过该系统,企业主不再需要编制环境影响分析,为工人提供社会保障,支付加班费,工作空间和工作设备。然而,这种产出制度产生了许多问题,从环境污染,剥夺工人的社会权利,到企业主剥削工人。本研究旨在通过建构主义(批判)方法揭示家中蜡染行业工人所面临的不公正形式。主要数据是通过对14个研究对象的深度访谈获得的,并有以前研究的辅助数据支持。检举人的确定采用滚雪球法。本研究使用的理论是福柯的权力关系理论。导致不公正(剥削)的权力支配,与在老挝蜡染工业中存在的说服力(控制工人的蜡染企业所有者)是分不开的。这种权力的支配是由于蜡染企业主和工人之间在智力和信息技术掌握方面的不平等造成的。蜡染企业主可以通过网络在国内外销售蜡染产品,而工人则无法通过网络直接销售自己生产的蜡染产品。另一方面,leleean社区所接受的“ewuh-pakewuh”文化进一步加剧了这种统治。关键词:蜡染,家居产业,开发,权力关系工业蜡染menjadi salah satu industrii unggulan dalam perekonomian印度尼西亚。Sejak diakuinya蜡染sebagai salah satu kekayaan budaya dan identitas Bangsa Indonesia(印度尼西亚),UNESCO(联合国教科文组织),produksi蜡染terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatya permintaan蜡染。Salah satu industrial batik yang berkembang pesat di Indonesia(印尼)adalah industrial batik yang berada di Desa lawian, Solo,爪哇登加。工业蜡染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染,工业印染邓安penpenjapan system ini, para pengusaha baktiak perlu lagi menyiapkan amdal, jaminan social bagi parpekerja, wong lembur, wong untuk bekerja, serta peralatan untuk bekerja。penerapjapan系统推出ini, ternyata menimbulkan banyak sekali masalah, mulai dari pencemaran lingkungan, terampasnya hak-hak social bagi para pekerja sampai paada eksploitasi para pekerja oleh pengusaha batik。研究,我的研究,我的研究,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作,我的工作。数据入门杨diperoleh melalui hasil wawancara mendalam(深度访谈)terhadap 14猩猩subyek penelitian dan didukung pula oleh数据skunder dari penelitian terdahulu。科技进步,科技进步,科技进步,科技进步。迈克尔·福柯(Michael Foucault)。Terjadinya prakter dominasi kekuasaan yang berujung pada Terjadinya ketidakadilan (eksploitasi), tidak terlepas dari hadirnya kekuasaan yang bersifat adapatif (juragan蜡染menguasai pembatik) di tengah-tengah工业蜡染法。【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】Juragan蜡染纪念品/jaringan untuk手工制品baktik konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan para pekerja pembatik merasa tidak mampu手工制品barang hasil producksi ke pasar。Budaya sungkan/ewu -pakewuh yang dianut oleh masyarakat lelean semakin成员parparah praktek dominasi kekuasaan ini。Kata Kunci:蜡染,industrii Rumahan, Eksploitasi, Relasi Kuasa
Abstract. Batik industry is one of the leading industries in Indonesia. Since UNESCO declared batik as one of the cultural treasures and identity of the Indonesian nation, batik production has increased in line with increasing market demand. One of the rapidly growing batik industries in Indonesia is the batik industry located in Lawean Village, Solo, Central Java. The industry uses a putting out system where batik workers do their work in their respective house production. Through this system, business owners no longer need to compile an environmental impact analysis, provide social security for workers, pay overtime, work space, and work equipment. However, this putting out system creates many problems, from environmental pollution, deprivation of social rights for workers, to exploitation of workers by business owners. This study aims to reveal forms of injustice to workers in the home batik industry, Lawean, Solo, Central Java through a constructivism (critical) approach. Primary data obtained through in-depth interviews on 14 research subjects and also supported by secondary data from previous studies. Determination of informants is done by using the snowball technique. The theory used in this study is the theory of power relations by Michael Foucault. The dominance of power that leads to injustice (exploitation), cannot be separated from the presence of persuasive power (the owner of the batik business who controls the workers) in the midst of the Lawean Batik Industry. This dominance of power occurs because of the inequality of intelligence and mastery of information technology between batik business owners and workers. Batik business owners have access/network to sell batik products both domestically and abroad, while workers do not have access/network to sell batik they produce directly. On the other hand, the "ewuh-pakewuh" culture that is embraced by the Lewean community further exacerbates this domination.Keywords: batik, home industry, exploitation, power relationAbstrak. Industri batik menjadi salah satu industri unggulan dalam perekonomian Indonesia. Sejak diakuinya batik sebagai salah satu kekayaan budaya dan identitas Bangsa Indonesia oleh UNESCO, produksi batik terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan batik. Salah satu industri batik yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri batik yang berada di Desa Lawean, Solo, Jawa Tengah. Industri batik di lokasi tersebut, secara umum menggunakan sistem putting out di mana para pekerja batik mengerjakan pekerjaannya di rumah masing-masing. Dengan penerapan sistem ini, para pengusaha batik tidak perlu lagi menyiapkan amdal, jaminan sosial bagi para pekerja, uang lembur, ruang untuk bekerja, serta peralatan untuk bekerja. Penerapan sistem putting out ini, ternyata menimbulkan banyak sekali masalah, mulai dari pencemaran lingkungan, terampasnya hak-hak sosial bagi para pekerja sampai pada eksploitasi para pekerja oleh pengusaha batik.Studi ini merupakan studi konstruktivisme (kritis) untuk mengungkap bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja di industri batik rumahan, Lawean, Solo, Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview) terhadap 14 orang subyek penelitian dan didukung pula oleh data skunder dari penelitian terdahulu. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori relasi kekuasaan dari Michael Foucault. Terjadinya prakter dominasi kekuasaan yang berujung pada terjadinya ketidakadilan (eksploitasi), tidak terlepas dari hadirnya kekuasaan yang bersifat persuatif (juragan batik menguasai pembatik) di tengah-tengah Industri Batik Lawean. Praktek dominasi kekuasaan ini terjadi karena adanya ketimpangan intelegensi (kecerdasan) dan ketimpangan penguasaan teknologi informasi antara juragan batik dengan pembatik. Juragan batik memiliki akses/jaringan untuk menjual produk batik ke konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan para pekerja pembatik merasa tidak mampu menjual barang hasil produksi ke pasar. Budaya sungkan/ewuh-pakewuh yang dianut oleh masyarakat Lewean semakin memperparah praktek dominasi kekuasaan ini.Kata Kunci: Batik, Industri Rumahan, Eksploitasi, Relasi Kuasa