{"title":"古兰经中穆罕默德巴的概念","authors":"Zuherni Zuherni, Raudhatul Jannah Ilyas","doi":"10.22373/tafse.v3i2.13273","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Human love is nature from God. Mahabbah or love for fellow human beings in the form of love for parents, children, husband and wife and relatives is something that is natural, because of closeness and other emotional relationships. Moreover, love for them is based on love for Allah swt. However, all of this is forbidden if love for those closest to him turns him away from Allah, making him close his eyes in distinguishing between right and wrong. On the basis of this thought, it is necessary to study how to place the love of fellow human beings in accordance with the instructions of the Qur'an. The results of this paper indicate that love for fellow human beings both for parents, children, husband and wife and relatives in Islam is highly recommended, but if this love makes someone associate partners with Allah, commit immorality and disobey the Messenger of Allah, then love for fellow humans is not justified. Rasa cinta yang dimiliki manusia merupakan suatu fitrah dari Allah. Maḥabbah atau cinta sesama manusia berupa cinta kepada orang tua, anak, suami istri dan sanak saudara sesuatu yang alami, karena kedekatan dan hubungan emosional lainnya. Apalagi cinta kepada mereka didasari pada cinta kepada Allah swt. Akan tetapi, semua itu dilarang jika dengan cinta kepada orang-orang terdekat membuatnya berpaling dari Allah, membuat mata dia tertutup dalam membedakan antara yang benar dan yang salah. Atas dasar pemikiran inilah perlu dikaji bagaimana menempatkan cinta sesama manusia yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa cinta sesama manusia baik kepada orang tua, anak, suami istri maupun sanak saudara di dalam Islam sangat dianjurkan, namun apabila cinta ini membuat seseorang menyekutukan Alah, berbuat maksiat serta ingkar kepada Rasulullah, maka rasa cinta kepada sesama manusia tidak dibenarkan.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Konsep Mahabbah dalam Al-Qur’an\",\"authors\":\"Zuherni Zuherni, Raudhatul Jannah Ilyas\",\"doi\":\"10.22373/tafse.v3i2.13273\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Human love is nature from God. Mahabbah or love for fellow human beings in the form of love for parents, children, husband and wife and relatives is something that is natural, because of closeness and other emotional relationships. Moreover, love for them is based on love for Allah swt. However, all of this is forbidden if love for those closest to him turns him away from Allah, making him close his eyes in distinguishing between right and wrong. On the basis of this thought, it is necessary to study how to place the love of fellow human beings in accordance with the instructions of the Qur'an. The results of this paper indicate that love for fellow human beings both for parents, children, husband and wife and relatives in Islam is highly recommended, but if this love makes someone associate partners with Allah, commit immorality and disobey the Messenger of Allah, then love for fellow humans is not justified. Rasa cinta yang dimiliki manusia merupakan suatu fitrah dari Allah. Maḥabbah atau cinta sesama manusia berupa cinta kepada orang tua, anak, suami istri dan sanak saudara sesuatu yang alami, karena kedekatan dan hubungan emosional lainnya. Apalagi cinta kepada mereka didasari pada cinta kepada Allah swt. Akan tetapi, semua itu dilarang jika dengan cinta kepada orang-orang terdekat membuatnya berpaling dari Allah, membuat mata dia tertutup dalam membedakan antara yang benar dan yang salah. Atas dasar pemikiran inilah perlu dikaji bagaimana menempatkan cinta sesama manusia yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa cinta sesama manusia baik kepada orang tua, anak, suami istri maupun sanak saudara di dalam Islam sangat dianjurkan, namun apabila cinta ini membuat seseorang menyekutukan Alah, berbuat maksiat serta ingkar kepada Rasulullah, maka rasa cinta kepada sesama manusia tidak dibenarkan.\",\"PeriodicalId\":410919,\"journal\":{\"name\":\"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-12-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/tafse.v3i2.13273\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/tafse.v3i2.13273","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
人类的爱是来自上帝的天性。Mahabbah或以爱父母、孩子、丈夫、妻子和亲戚的形式对人类同胞的爱是自然的,因为亲密和其他情感关系。此外,对他们的爱是基于对安拉的爱。然而,如果对他最亲近的人的爱使他远离安拉,使他闭上眼睛分辨是非,那么这一切都是被禁止的。在这一思想的基础上,有必要研究如何根据《古兰经》的指示来放置人类同胞的爱。本文的研究结果表明,在伊斯兰教中,对父母、子女、夫妻和亲人的爱是非常值得提倡的,但如果这种爱使某人与安拉为伴,犯下不道德的行为,违背安拉的使者,那么对人类同胞的爱是不正当的。愿真主保佑你,愿上帝保佑你。Maḥabbah atau cinta sesama manusia berupa cinta kepaada orang tua, anak, suami istri dan sanak sauda sesuatu yang alami, karena kedekatan dan hubungan情感学习。Apalagi cinta kepada mereka didasari pada cinta kepada Allah swt。Akan tetapi, semua itu dilarang jika dengan cinta kepada orange - orangang terdekat membuttya berpaling dari Allah, membuttia tertutuka dalam membetanan antara yang benar danyang salah。《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa cinta sesama manusia baik kepaada orang tua, anak, suami isstri maupun sanak saudara di dalam Islam sangat dianjurkan, namun apabila cinta ini memseseang menyekutukan Alah, berun maksiat serangmenyekutukan Alah, berun maksiat serangmenyekutukan, maka rasha cinta kepaada Rasulullah, maka rasa cinta kepaada sesama manusia tidak dibenarkan。
Human love is nature from God. Mahabbah or love for fellow human beings in the form of love for parents, children, husband and wife and relatives is something that is natural, because of closeness and other emotional relationships. Moreover, love for them is based on love for Allah swt. However, all of this is forbidden if love for those closest to him turns him away from Allah, making him close his eyes in distinguishing between right and wrong. On the basis of this thought, it is necessary to study how to place the love of fellow human beings in accordance with the instructions of the Qur'an. The results of this paper indicate that love for fellow human beings both for parents, children, husband and wife and relatives in Islam is highly recommended, but if this love makes someone associate partners with Allah, commit immorality and disobey the Messenger of Allah, then love for fellow humans is not justified. Rasa cinta yang dimiliki manusia merupakan suatu fitrah dari Allah. Maḥabbah atau cinta sesama manusia berupa cinta kepada orang tua, anak, suami istri dan sanak saudara sesuatu yang alami, karena kedekatan dan hubungan emosional lainnya. Apalagi cinta kepada mereka didasari pada cinta kepada Allah swt. Akan tetapi, semua itu dilarang jika dengan cinta kepada orang-orang terdekat membuatnya berpaling dari Allah, membuat mata dia tertutup dalam membedakan antara yang benar dan yang salah. Atas dasar pemikiran inilah perlu dikaji bagaimana menempatkan cinta sesama manusia yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa cinta sesama manusia baik kepada orang tua, anak, suami istri maupun sanak saudara di dalam Islam sangat dianjurkan, namun apabila cinta ini membuat seseorang menyekutukan Alah, berbuat maksiat serta ingkar kepada Rasulullah, maka rasa cinta kepada sesama manusia tidak dibenarkan.